Bermula dari sebuah keisengan, peranti lunak akuntansi yang dirancang Fadil Fuad Basymeleh dan teman-temannya kemudian dijual. Responnya cukup bagus. Peranti lunak yang dilabeli Zahir itu laris manis di pasaran.
Kini, di usianya yang tergolong muda, Fadil Fuad Basymeleh, Direktur Utama PT Zahir International sukses meraup omzet Rp 6 miliar lebih per tahun. Pria kelahiran Surabaya 6 November 1971 ini telah membuktikan, bisnis yang fokus dan inovatif akan mengantarkan sebuah produk menjadi market leader.
Bisnis sudah menjadi bagian hidup bagi Fadil muda sejak kuliah di ITB pada 1991. Awalnya dia terjun ke bisnis setting dan lay out. Fadil terpaksa berhenti kuliah pada 1996. Keputusan tersebut diambil setelah dia menerima kucuran kredit sebesar Rp 50 juta dari PT. Sarana Modal Ventura. “Waktu itu saya harus fokus untuk menjalankan bisnis, apalagi setelah mendapat tambahan modal,” ujar Fadil.
Pada 1997, Fadil kembali mendapat kucuran modal senilai Rp 600 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli mesin cetak. Tapi, krisis ekonomi pada 1997 telah menghempaskan bisnisnya. Pada saat itulah Fadil berpikir, untuk bisa mendapatkan kucuran kredit, biasanya bank atau kreditor mensyaratkan adanya laporan keuangan yang tersusun rapi.
Dari situlah Fadil iseng membuat software akuntansi yang bisa membantunya mengambil keputusan bisnis dalam waktu cepat. Peranti lunak itu dijual kepada orang lain dan ternyata disukai. Fadil Fuad Basymeleh yang baru berusia 26 tahun beralih ke bisnis software house.
Fadil mengawali bisnis berjualan software dari Bandung Jawa Barat. Bandung dipilih karena kebetulan dia mengenyam pendidikan di Teknik Fisika ITB. Software yang dipasarkan Fadil sebenarnya bukan sebatas software akuntansi seperti yang sudah banyak beredar. Dia menyebut, Zahir merupakan software untuk decision support system atau sistem pendukung keputusan. Tapi, kata Fadil, decision support system bukan nama yang populer dan kurang menjual. Untuk lebih mudahnya, Fadil kemudian menyebut produknya dengan software akuntansi. Jadilah, Zahir dikenal sebagai software akuntansi seperti sekarang.
Keberhasilan Fadil, membangun merek Zahir hingga dipakai sekitar 5.000 perusahaan butuh proses panjang. “Sukses itu bukan pada hasil, tapi pada prosesnya,” ujarnya.
Untuk memenangkan persaingan pasar, Zahir terus berinovasi. Produknya terus dikembangkan dengan layanan yang juga terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pada 2000 lalu, kantor Zahir berpindah dari Bandung ke Jakarta. Pindah kantor dilakukan seiring meningkatnya bisnis penjualan software akuntansi ini. Untuk lebih mendukung aktivitas bisnisnya, pada 2002 lalu, Fadil mendirikan PT. Zahir Internasional.
Sebagai pengusaha muslim, Fadil Fuad Basymeleh menyadari, umat Islam saat ini belum optimal dalam memanfaatkan teknologi informasi khususnya untuk menunjang bisnis mereka. Karena itulah, kata Fadil, peran TI menjadi penting untuk saat ini. “Proses input data yang manual kan sekarang bisa diotomatisasi. Tapi kalau penggunaan software seperti Zahir ini tidak dipopulerkan, ya kita akan tetap tertinggal,” tegasnya.
Sebagai pebisnis, Fadil merasakan betul turun naiknya dunia usaha, termasuk ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997. “Sukses itu kan seberapa kuat kita bangkit kembali setelah jatuh. Yang penting, sesudah jatuh kita harus bangkit lagi dan selalu meminta bantuan kepada Tuhan.” Itulah yang menjadikan Fadil tak pernah mundur.
Dia bahkan tertantang mengembangkan usahanya. Inovasi dan tidak mudah menyerah, telah menjadi kunci keberhasilan Fadil dalam mengembangkan bisnis di bidang TI. Inovasi ini dibuktikan dengan membuat perangkat lunak yang memudahkan pebisnis mengambil keputusan.
Keberanian Fadil terjun ke dunia bisnis dan menjadi pengusaha, salah satunya dimotivasi oleh hadist yang menyatakan bahwa tangan yang di atas lebih baik ketimbang tangan di bawah. Dengan tangan di atas, maka orang yang bersangkutan bisa beramal, bersodaqoh dan berinfak sebanyak-banyaknya. Bukan hanya itu saja. Baginya, menjadi pengusaha tak ubahnya menjadi pemimpin.
“Islam kan mengajarkan, setiap kamu adalah pemimpin. Kalau saya hanya jadi karyawan dan kemudian ada teman sekantor yang berbuat maksiat, saya kan tidak punya kekuatan untuk melarang. Tapi jika saya menjadi pemimpin maka saya bisa melarang hal itu. Kepemimpinan seseorang benar-benar diuji ketika menjadi pengusaha. Salah satu ujiannya, apakah pengusaha bersangkutan bisa menerapkan hukum-hukum Islam di kantornya,” jelasnya.
Menjadi karyawan tentu berbeda dengan menjadi pengusaha. Bagi Fadil, menjadi pengusaha identik dengan keleluasaan. Hal ini dirasakannya saat hendak menunaikan ibadah. Sebagai pengusaha, Fadil selalu berharap bisa beribadah secara lebih baik. Seperti untuk shalat, maka dia bisa memilih menjalankannya di masjid. Dengan berstatus karyawan, jelas hal itu akan menimbulkan kerepotan tersendiri. Karena pada umumnya para karyawan terikat dengan jam kantor.
Dirut PT. Zahir Internasional, Fadil Fuad Basymeleh punya pandangan menarik seputar bagaimana memperlakukan karyawan. Baginya, ada dua tipe orang. Pertama, orang yang memperlakukan dirinya sebagai karyawan, dan yang kedua adalah orang yang memperlakukan dirinya sebagai saudara. Orang jenis pertama, kata Fadil, lebih memilih untuk bekerja, menerima gaji dan melakukan aktivitasnya sesuai aturan.
Kondisi ini menciptakan kekakuan hubungan antara atasan dan bawahan. Atas dasar itulah, dia lebih suka hubungan seperti saudara dan kalau bisa menjadi keluarga. “Kita punya mimpi besar sama-sama. Meskipun Anda nanti mimpinya agak berbeda jauh, tapi selama perjalanan, kita bersama. Nah di situ enak, tidak atasan-bawahan dan tidak kaku. Kita sama-sama seperti keluarga,” urainya.
Namun, kata Fadil, semuanya kembali pada pilihan karyawan. Beberapa karyawan ada yang minta dibuatkan aturan tentang lembur. Usulan seperti ini, menunjukkan bahwa si karyawan lebih memposisikan dirinya murni sebagai karyawan dan bukan lagi sebagai keluarga. Jika ada karyawan sakit, kata Fadil, biasanya perusahaan akan memberikan bantuan. Jumlah bantuan ini memang berbeda-beda tiap karyawan sesuai prestasinya. Namun perlakuan tersebut rupanya memicu rasa iri di kalangan karyawan. Inilah yang kemudian menjadikannya mengeluarkan aturan lagi.
“Kalau sudah begini, posisinya benar-benar seperti karyawan. Sebab, kalau pemberian bantuan telat, mereka komplain,” kata Fadil.
Padahal, menurut Fadil, orang-orang yang berpikiran besar dan jauh tidak akan terlalu memperhitungkan hal-hal seperti ini. “Jadi matanya itu mata jauh. Sekarang terlihat tidak enak di sana-sini. Yang dilihat saat ini, padahal perusahaan ini masih berjalan untuk besar. Kita perlu orang-orang besar saat itu. Perlu jenderal-jenderal besar. Kalau Zahir ke mana-mana, kita kan perlu banyak jenderal saat itu,” tegasnya.
Apa motivasi Fadil Fuad Basymeleh terjun ke dunia bisnis seperti sekarang? “Ibadah,” katanya lugas. Sejak kuliah di ITB Bandung, Fadil memang sudah akrab dengan bisnis. Ini tak lepas dari keputusannya untuk nikah muda waktu itu. Sebagai suami, dia bertanggung jawab untuk bisa memberi makan istri dan anaknya.
“Kalau niatnya ibadah dan berbuat baik pasti ada jalan dari Allah. Itu kan niat baik. Jelas kekuatan-kekuatan Allah yang membantu kita.
Karena niat kita kan niat baik. Kita ndak mau maksiat. Uang yang kita hasilkan tidak untuk foya-foya bukan untuk yang ndak-ndak. Pasti Allah menolong,” paparnya yakin.
Sesuai janji yang disebutkan di Quran, kata dia, Allah pasti akan menolong orang-orang yang beriman. Adapun orang yang berbuat dhalim pasti tidak akan beruntunng. Menurutnya, ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari Islam sebagai agama.
“Yang jelas niatnya jangan memanfaatkan agama untuk bisnis. Tapi, keputusan bisnis itu murni dari kita. Juga harus berdasarkan kesadaran dari kita, bahwa kita disuruh berbuat baik. Orang yang terbaik adalah orang yang panjang umurnya dan banyak amalnya,” tegas Fadil.
Untuk memperbanyak amal ini, lanjut Fadil, seseorang bisa berkiprah sesuai keahlian yang dimiliki. Jika orang itu penulis, maka dia bisa menulis. Kalaupun orang itu seorang ulama atau guru, maka amal yang bisa dilakukan adalah mengajar sebanyak mungkin orang. Sebagai pengusaha, Fadil mengaku, amal yang bisa diberikannya adalah melakukan usaha atau bisnis yang sesuai syariat Islam.
Bersedekah dan cinta (mahabbah) pada orang tua punya arti penting bagi Fadil. Orang yang bersedia menyedekahkan hartanya, kelak akan dibalas 7 kali lipat, 10 kali lipat, bahkan hingga 700 kali lipat.
“Dan itu janji Allah pasti ditepati. Nah tinggal kita yakin atau nggak. Waduh kalau saya ngikutin aturan Allah, saya nggak dapat order nih. Saya nggak nyuap gak dapat order. Kalau sudah begitu, kuat-kuatan kita yakin. Tawakkal kan itu artinya. Nah kalau kita sudah tawakkal sudah pasti beres semua,” kata Fadil.
Cinta pada orang tua, lanjut Fadil, ibarat jimat yang tidak bisa dilepaskan. Rasa cinta dan bakti kepada orang tua bisa menjadi sumber motivasi sekaligus pembuka pintu rezeki.
“Ada hadisnya, sungguh merugi, sungguh merugi kamu punya orang tua tapi tidak bisa membuat dia masuk surga. Ada lagi, pintunya jannah orang tua. Kalau mau memanfaatkan pakai, kalau nggak ya sudah terserah kamu,” jelas Fadil.
Orang tua, tegasnya, merupakan kunci kebahagiaan. Ini karena, doa orang tua pasti terkabul. Untuk itulah, menyenangkan kedua orang tua hukumnya harus bagi Fadil. “Kita membantu dia sedikit saja, pasti dia senang, walaupun nggak minta. Itu luar biasa sekali dan sudah saya buktikan. Saya juga selalu berkomunikasi, telepon orang tua tiap hari karena jauh. Kalau lagi sakit kita bantu berobat, kita motivasi semangat hidupnya kalau dia lagi down. Ada masalah ya kita bantu,” jelasnya.
“Saya itu terlalu gampang mendengarkan orang dan mudah menerima pendapat. Banyak pendapat yang saya masukkan ke produk Zahir,” ujar Fadil Fuad Basymeleh. Karena terlalu gampang mendengarkan pendapat orang itulah, produk software yang dirancang terus mengalami perubahan. Semuanya demi memudahkan pengguna Zahir. Fadil mengaku, ada kepuasan batin tersendiri jika produknya bisa memudahkan pebisnis dalam menyusun laporan keuangan dan mengambil keputusan bisnis.
“Ada kepuasan batin, nah uang itu adalah efek samping. Uang akan datang dengan sendirinya kalau produk Zahir bagus. Dengan memakai Zahir, pengusaha bisa melihat langsung kinerja bisnisnya. Penggunaan softwarenya juga mudah karena dibuat dalam bahasa Indonesia,” jelas Fadil.
Pengembangan software lokal, kata Fadil, masih terbuka luas. Sayangnya, masyarakat Indonesia masih menganggap produk software buatan luar negeri lebih bagus daripada buatan lokal. Namun kondisi itu tak menyurutkan rencana besar Fadil mengembangkan bisnis software akuntansi. Pengembang lokal diyakini punya peluang untuk menciptakan berbagai aplikasi yang sesuai dengan kondisi lokal, satu hal yang tidak bisa dipenuhi pengembang global.
Segmen UKM yang menjadi bidikan produk Zahir memang tepat. Fadil Fuad Basymeleh menghitung, di Jakarta saja paling tidak ada sekitar 700 ribu UKM yang menjalankan berbagai macam bisnis. Bila menggarap 10%-nya saja, berarti sudah 70 ribu UKM yang memakai produk Zahir.
Bila dikalkulasi, ia memperkirakan potensi pasarnya bisa mencapai Rp 35 miliar. Terlebih lagi jika pengembangan softwarenya disesuaikan dengan selera lokal, maka produk tersebut bakal makin kompetitif.
Fadil bermimpi akan mengikuti langkah Apple Computer dalam mengembangkan bisnis software-nya. Dia ingin Zahir bisa menguasai segmen pasar tertentu dengan volume penjualan yang besar serta memiliki klien yang loyal. “Kita main di pasar perusahaan menengah kecil, tidak untuk korporasi besar. Zahir itu hanya untuk UKM. Kalau untuk perusahaan besar mungkin kami akan membuat brand lain,” paparnya optimistis.
Sumber : portalinvestasi.com
0 komentar :
Posting Komentar