Kamis, 21 Februari 2013


Bambu merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Bahkan, jenis bambu di negara ini, disebut-sebut paling banyak macamnya jika dibandingkan negara lain di dunia ini.

Hal itu yang membuat harga bambu ataupun produk yang dibuat dengan bahan dasar bambu relatif murah. Lihat saja, produk-produk bambu yang banyak dijual di pasar tradisional.

Namun, produk bambu bukan lagi menjadi barang yang biasa lagi bagi dua orang bernama Adang Muhidin dan Abah Yudi Rahmat. Dua orang warga Bandung ini mendirikan sebuah komunitas bernama Indonesian Bamboo Community (IBC). Melalui komunitas ini, mereka berusaha membuat bambu memiliki nilai yang tinggi.

Awalnya, Adang berjumpa dengan Abah Yudi pada tahun 2011. Adang merupakan seorang pegawai swasta dengan latar pendidikan teknik logam. Adang mulai tertarik pada seluk bambu ketika sedang menempuh kuliah S2 di Jerman pada 2009.

Sedangkan Abah Yudi sejak tahun 1979 memang sudah dikenal sebagai seniman bambu, dan merupakan pembuat violin bambu.

Rasa ketertarikan Adang terhadap dunia bambu bermula ketika Ia melihat seorang pedagang kursi bambu, yang menjual dagangannya seharga Rp 27.000.

“Saya miris dan terenyuh melihat usaha membuat kursi bambu yang rumit tapi dihargai cuma segitu,” tutur Adang. Melalui IBC, Adang dan Abah Yudi membuat bambu menjadi lebih berkelas dan lebih bernilai.

Salah satunya dengan menjadikannya alat musik seperti gitar bambu, biola bambu, dan flute bambu. Adang bilang, kalau dilihat dari harga pembuatannya, ketiga alat musik tersebut mungkin cuma bernilai sebesar Rp 50.000.

Namun, IBC mampu menjualnya dengan harga masing-masing sebesar Rp 350.000. Namun, dari sekian pembeli alat musik buatan IBC, kebanyakan adalah pembeli dari luar negeri.

Sementara, menurut Adang, pembeli lokal bisa dihitung dengan jari.Selain bisa meningkatkan nilai jual dari sebuah bambu, melalui IBC, keduanya juga mampu memberdayakan penduduk sekitar rumahnya, yang berada di daerah Pagarsih, Bandung.

Padahal, sebelumnya di lingkungan tersebut, banyak anak muda yang menganggur dan tak punya pekerjaan. Adang bilang, selain bisa dibuat menjadi alat musik, bambu juga bisa dimanfaatkan menjadi barang-barang lainnya yang bernilai tinggi.

Misalnya, akar bambu yang bisa dibuat menjadi patung, rantingnya bisa disulap menjadi suvenir cantik berbentuk angklung. Di IBC, daun bambupun bisa dibuat menjadi kanvas untuk melukis.

Tak hanya itu, IBC juga sering membuat kegiatan-kegiatan seperti pagelaran musik. Sebagian besar keuntungan dari kegiatan-kegiatan itu akan diputar kembali untuk kegiatan IBC. Kegiatan di IBC memang tidak mengutamakan keuntungan.

Sumber : jpmi.or.id

0 komentar :

Posting Komentar