Kamis, 14 Februari 2013


Ibrahim Mochamad merupakan salah satu sosok wirausahawan sukses alumni Smada Kediri yang merintis usahanya dari nol, namun kini produknya sudah berhasil diterima pasar Eropa dan Amerika serta sejumlah negara Asia.  Bahkan Ibrahim sekarang sudah mempunyai 50 karyawan lebih, serta omzet dalam sebulan mencapai ratusan juta rupiah, sebuah pencapaian yang mengagumkan di usianya yang masih 28 tahun.

Ibrahim lulus dari Smada Kediri di tahun 2001, pengusaha muda yang di Smada terakhir duduk di kelas 3 IPA 3 ini kemudian melanjutkan kuliah di ITB Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Sipil. Selepas menamatkan kuliahnya di akhir tahun 2005, pada 2006 Ibrahim kemudian merintis usaha sendiri di bidang kerajinan (handycraft), namun usaha pertamanya ini masih belum mendapat respon yang bagus dari pasar, pemasukan sedikit sekali. Akhirnya Ibrahim memutuskan bekerja part-time sambil tetap menjalankan usahanya.

Sekitar satu tahun menjalankan usaha sambil bekerja part-time di sebuah kantor konsultan konstruksi, Ibrahim lalu memutuskan untuk fokus menekuni usahanya dan pada tahun 2007 Ibrahim mendirikan http://www.bipstuff.com  (CV Bina Indo Pratama), tetap di bidang industri kreatif namun kali ini lebih terspesialisai untuk memproduksi miniatur instrumen musik seperti miniatur gitar, biola, piano, drum, mandolin dan juga miniatur musik sesuai pesanan pelanggan.

Ketika ditanya darimana ide dalam membuat produk-produknya tersebut, ia menjawab “Berproses, awalnya saya munculkan sebuah ide kemudian pasar menolak, saya belajar dari permintaan pasar, akhirnya muncul ide baru lagi, apakah responnya bagus atau tidak, jika bagus, sepertinya idenya perlu ditingkatkan lagi dan lagi, jadi tidak pernah berhenti untuk mendapat dan mengaplikasikan ide”

Pada awal mendirikan usaha tersebut semuanya dikerjakan oleh Ibrahim sendiri, pada waktu itu dia belum mempunyai karyawan. Seperti ketika memulai usaha yang sebelumnya, setengah tahun pertama sejak ia mendirikan bipstuff penjualan tidak ada sama sekali, padahal semua modalnya ia dapat dari investor, ia hanya bermodal keberanian untuk menawarkan proposal bisnisnya ke beberapa investor, dari para investor itulah dia mendapat modal awal sekitar Rp12 juta.

Masa-masa awal mendirikan usaha bipstuff disebut Ibrahim sebagai masa survival, dimana pada masa itu dia harus berjuang agar bisa tetap survive, masa dua tahun pertama yang penuh perjuangan, ‘berdarah-darah’ tanpa kejelasan pendapatan, tanpa kepastian adanya penjualan. Seringkali dia bekerja lebih dari 16 jam sehari, bahkan minggu dan hari liburpun ia tetap mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk kelangsungan usahanya tersebut.

Tantangan pada awal-awal membuka usaha tidak hanya karena sepinya penjualan, tapi ketika itu orang tua Ibrahim sebenarnya menginginkan anaknya tersebut bisa berkarir di perusahaan di Jakarta. Namun dengan memberikan pengertian yang baik pada orang tua, meyakinkan orang tua bahwa dia sangat ber-passion dalam dunia entrepreneurship, dan dia benar-benar ingin serius mengembangkannya, lambat laun orang tuanyapun merestuinya.

Passion dan minat yang besar akan dunia kewirausahaan yang ada dalam diri Ibrahim didapat sejak ia kuliah di kampus ITB dulu, ketika itu ia rajin mengikuti seminar-seminar entrepreneurship. Ibrahim, sosok pebisnis muda yang mengidolakan pengusaha nasional Chairul Tanjung serta pengusaha kelas dunia yang juga seorang filantropis Warren Buffet, ini juga aktif di beberapa komunitas bisnis seperti TDA (Tangan Di Atas), EA (Entrepreneur Association), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), diakuinya dengan bergabung di komunitas-komunitas pengusaha sangat mendukung untuk pertumbuhan perusahaan.

Kembali ke masa-masa awal bipstuff berdiri, setelah berjalan kurang lebih dua tahun dan hasilnya masih belum seperti yang diharapkan, penjualan masih sepi, sementara biaya operasional terus berjalan, terlebih pada tahun 2008, setahun setelah bipstuff berdiri, dia sudah merekrut karyawan, disitu jiwa entrepreneur Ibrahim ditempa untuk tidak mudah menyerah, Ibrahim tetap yakin melangkah karena melihat prospek usaha ini yang masih sangat terbuka, kompetitor sangat jarang, sedikit sekali yang terjun di usaha miniatur instrumen musik. Disamping itu juga pertimbangan akan nasib para karyawannya dan mengingat amanah dari para investornya untuk membuat apa yang sudah mereka investasikan bisa berkembanglah yang tetap memacu Ibrahim pantang surut melangkah meski keuntungan penjualan tidak sebanding dengan pengeluaran usaha.

Namun pelan tapi pasti, pesanan miniatur instrumen musik mulai berdatangan dari mana-mana, mengandalkan online marketing lewat situs sendiri di http://www.bipstuff.com, juga lewat global marketplace seperti http://www.alibaba.com, http://www.wholesaler.com serta sosial media seperti facebook dan twitter, yang memungkinkan target konsumen dapat diraih dari seluruh penjuru dunia. Dengan kemudahan cara pembayaran yang ditawarkan, seperti bisa menggunakan credit card, paypal, wire transfer, dan L/C, buyer luar negeri utamanya dari Eropa dan Amerikapun mudah diraih, terlebih lagi karena memang Ibrahim begitu menekankan pada kualitas produknya yang benar-benar harus berkualitas nomor satu. Kini bipstuff memiliki kapasitas produksi puluhan ribu items perbulannya dan terus meningkat seiring dengan pesanan yang terus mengalir dari berbagai negara.

Perjuangan yang akhirnya menuai kesuksesan dalam mendirikan bipstuff tersebut memacu daya kreatif dan semangat optimisme Ibrahim untuk menelorkan usahanya yang berikutnya, ia juga mencoba terjun dalam dunia fashion dengan mendirikan TUNEECA (www.tuneeca.com) yang memproduksi dan memasarkan model-model busana alternatif  khusus wanita yang bernuansa modern dan etnik. Dan di tahun 2010 lalu ia juga merambah dunia IT dengan mendirikan bippo (www.bippo.co.id) yang berfokus pada penyediaan jasa solusi ERP (Enterprise Resource Planning) bagi perusahaan baik skala kecil maupun menengah yang bergerak dalam bidang penjualan barang, baik itu retail maupun grosir.

Brand-brand-nya bisa semakin lebih dikenal oleh dunia internasional serta produknya makin bisa tersebar di berbagai penjuru dunia adalah salah satu impian yang ingin digapai oleh Ibrahim. “Dulu, saya memulai usaha dari nol, sangat sulit sekali mencari investor. Akan tetapi sekarang, mudah sekali mencarinya, bahkan lebih seringnya datang sendiri, karena saya sudah mempunyai track record yang bagus” terang Ibrahim ketika menjelaskan kondisinya kini dibanding awal-awal memulai usaha dulu.

“Jangan setengah-setengah dalam memulai usaha” pungkasnya ketika ditanya pesan yang bisa disampaikan kepada para wirausaha muda pemula.

Sumber : wirasmada.wordpress.com

0 komentar :

Posting Komentar