Jumat, 30 Agustus 2013



Sekilas ide dari saya yang saya wujutkan melalui artikel ini,,,,
artikel yang saya buat akan membahas tentang marketing online "bisnis online" karna dengan semakin majunya teknologi pada
zaman sekarang jadi semua serba online,, oleh karnanya kita harus bisa mencari peluag tersebut,,,
Nahh,,,, kita pun juga bisa berjualan,, tp kita berjualan dengan cara yang berbeda tidak seperti penjual-penjual yang
ada di pasar, tetapi dengan cara online,, dengancara tersebuk kita dapat menawarkan produk kita ke banyak orang,,
bahkan bisa sampe ke luar negeri,,,

cara transaksinya pun dengan cara pembeli menransfer uang terlebih dahulu ke rekening kita,
setelah di cek uang sudah masuk lalu kita bisa mengirim barang yang sudah dibeli melalui kantor pos ataupun JNE,,
asal iklan yang kita buat bisa membuat pembeli percaya pasti mereka pun tidak akan takut untuk tertipu,

Selasa, 25 Juni 2013

Martin Sorrell adalah CEO WPP, perusahaan periklanan dengan pendapatan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 2.400 cabang di 107 negara. Ia berpengalaman melewati masa-masa sulit saat harus melepas pegawai dan menyatukan perusahaannya kembali setelah sejumlah proses akuisisi.

Pada 1985, ia meninggalkan Saatchi dan berinvestasi di sebuah perusahaan publik kecil bernama WPP. Ia jadi CEO di sana. Pada usia 40 tahun ia belum pernah memegang perusahaan sendiri, jadi ia menganggap bahwa ini adalah kesempatan emas. Delapan belas bulan berada di WPP, ia pun memutuskan untuk membeli J. Walter Thompson, sebuah perusahaan periklanan yang besarnya 13 kali lipat lebih besar daripada perusahaannya sendiri. “Kami membayar $525 juta. Gampang saja, saya tak punya bayak hal untuk dipertaruhkan, jadi merasa tak ada ruginya,” ungkapnya.

Setelah WPP berkembang jadi lebih besar, ia menghadapi berbagai pilihan sulit, salah satunya adalah masalah sumber daya manusia. “Hal yang paling berat adalah melepaskan mereka. Sangat tidak menyenangkan. Sulit mengajak semua orang bermain di tempat yang sama. Setelah akuisisi, beberapa orang tidak ingin berada di posisi terakhir mereka,” akunya.

Ia juga mengakuisisi perusahaan yang dulunya menjadi pesaing, seperti Ogilvy, Grey, serta Y&R. Suatu langkah yang cukup berani. Namun kendalanya hampir selalu sama. Sulit bagi para pesaing untuk saling berkolaborasi. Pergantian sumber daya manusia terus terjadi, hingga masuk ke generasi ke dua. Walaupun banyak orang-orang baru di generasi baru itu, namun tantangan tetap ada.

“Ketika membeli sebuah perusahaan, kami selalu menganggapnya membeli seluruh tim. Periklanan dan komunikasi adalah bisnis yang melibatkan orang-orang. Tentu orang-orangnya datang dan pergi, dan mitra bisnis dapat berubah, terutama ketika mereka telah menjadi lebih kaya,” ujarnya.

Ia mengaku menghabiskan $9 miliar setahun untuk mengurusi masalah sumber daya manusia. Namun sayangnya ia tak mengevaluasi investasi tersebut. Dalam bisnis periklanan, yang lazim terjadi, jika perusahaan membutuhkan orang, perusahaan akan membajak mereka. Ia pun menyadari bahwa industri ini tidak akan bertahan lama jika kebiasaan semacam itu terus dipertahankan.

Baginya, WPP adalah bisnis yang telah mendarah daging dan sangat personal. Ia telah melihat proses pembangunannya sejak awal. “Siapapun yang nantinya duduk di posisi saya, tidak akan memimpin dengan cara yang sama. Saya tidak bilang mereka lebih buruk, tapi mereka tidak punya kedekatan emosional yang sama seperti yang saya rasakan,” ungkapnya.

Sumber : Suksesberwirausaha.blogspot.com

Tokuji Hayakawa dilahirkan pada tahun 1893 di Tokyo, Jepang. Tokuji Hayakawa merupakan pendiri dari perusahaan elektronik asal jepang bernama SHARP. Tokuji Hayakawa terlahir dalam keadaan yang amat sulit dalam kondisi kemiskinan yang dimiliki oleh keluarganya, Tokuji Hayakawa kemudian diadopsi oleh keluarga Sato. Ia mendengar kenyataan bahwa Ia diadopsi tidak sampai dewasa. Dia kemudian meninggalkan sekolah dasar setelah kelas dua dikarenakan kondisi keluarganya yang amat miskin, dan ia kemudian magang ke pembuat ornamen logam. Dia bekerja dengan rajin dan baik dengan tujuan untuk meningkatkan keahliannya dalam bidang logam dan pemahaman tentang perdagangan dan penjualan, karena keuletan dan kerja kerasnya, ia mendapatkan kepercayaan dari bosnya.

Meskipun ikat pinggang telah digunakan sejak zaman kuno untuk aksesoris seperti baju besi dan sepatu, yang kemudian mulai digunakan pada ikat pinggang untuk celana anak laki-laki pada abad ke-15 dan kemudian untuk digunakan dalam pakaian perempuan di abad ke-19. Ketika Hayakawa meluncurkan ikat pinggang ciptaanya pada tahun 1912, permintaan di Jepang untuk ikat pinggang meningkat dengan penyebaran gaya model Barat. Namun, Hayakawa dan pengrajin lainnya belum sempat mengenakan pakaian gaya Barat dan ikat pinggang. Hayakawa secara kebetulan melihat seorang aktor film yang kurang senang dengan model ikat pinggang yang ia gunakan. Hal ini kemudian menjadi inspirasi dia untuk menghabiskan waktunya menciptakan ikat pinggang atau sabuk baru yang panjang yang bisa diikat. ia kemudian mengembangkan ikat pinggang atau ikat pinggang unik ciptaannya itu.

Bosnya kemudian mengagumi ciptaaanya dan merekomendasikan Tokuji untuk mengajukan permohonan hak paten. Dia mengusulkan nama "Tokubijo" mengadopsi salah satu karakter Tokuji untuk nama hak patennya. Karena tekanan untuk memberikan produk yang tepat waktu, Tokuji memutuskan untuk membangun pabrik untuk memproduksi produk ciptaannya. Dia kemudian meminjam emminjam sebagian lahan ibukota untuk membangun pabriknya dan kemudian ia mendirikan tokonya pada bulan September di tahun 1912. Dia memperkenalkan cara untuk mengembangkan industri, ia kemudian banyak merekrut pekerja untuk dipekerjakan di pabriknya untuk meningkankan produksi dan pesanan para konsumennya. Dia kemudian mampu keluar dan membayar semua utang-utangnya. Dia terus meningkatkan proses manufaktur untuk produknya dan memperluas bisnisnya ke tahap yang lebih besar. 

Pada tahun 1913, Hayakawa memperoleh paten dari sebuah keran air yang inovatif, dan pada tahun 1915, ia juga mengembangkan prototipe dari pensil mekanis yang masih dijual hingga saat ini. Setelah itu ia menunjukkan kecerdasan manajerialnnya dengan cara memperluas perusahaan ke dalam bisnis manufaktur elektronik yang kemudian menjadi salah satu brand produk terkenal di dunia yang diberi nama "SHARP", Nama "Sharp" diambil dari nama penemuan pertama pendiri perusahaan tersebut yaitu pensil mekanis temuan Tokuji Hayakawa "Ever-Sharp" yang diciptakan di tahun 1915. dengan produk unggulan radio tape-recorder dan televisi pada awal berdirinya. 

Tokuji Hayakawa mengatakan bahwa Ada banyak kerja keras yang terlibat dalam proses pengembangan produk ke pasar. Jika produk sukses, perusahaan lain akan keluar dengan produk sejenis. Mereka mengatakan Jepang pandai meniru, meskipun beberapa orang mengkritik ini dari sudut pandang etika bisnis. Namun, apa yang ia katakan kepada divisi perusahaanya adalah "membuat produk yang orang lain ingin meniru." Produk yang bisa ditiru adalah produk yang baik yang diinginkan konsumen, produk yang menjual. Oleh karena itu, jika selalu mencoba untuk keluar dengan produk yang unggul maka pesaing akan meniru, dan perusahaan akan terus tumbuh. Imitasi menimbulkan persaingan, meningkatkan tingkat teknologi, dan mengarah kepada kemajuan dalam masyarakat. Namun, perusahaan yang berasal produk selalu dikejar, sehingga harus memikirkan produk berikutnya dan melanjutkan penelitian. Dan perusahaan tidak bisa berpuas diri dan puas dengan hanya satu produk yang baik. Hal ini tidak bisa berpuas diri hanya karena itu adalah penemu atau penggagas produk. Perusahaan harus melakukan penelitian untuk menjadikan produk yang lebih baik, karena orang yang memperoleh hasil maksimal dari produk yang mereka kembangkan.

Tokuji Hayakawa juga aktif dalam program-program kesejahteraan sosial. Dia meninggal pada tahun 1981 pada usia 86. Sejak itu Sharp Corporation terus berkembang menjadi salah satu perusahaan elektronik terdepan di dunia. Sharp memproduksi beragam produk elektronik konsumen. Termasuk televisi LCD dengan nama merek Aquos, telepon selular, oven microwave, Home Cinema dan sistem audio, Penjernih Udara, penyejuk udara, mesin facsimile dan kalkulator. 

Sumber : jutaanpembaca.com

KOMPAS.com — Muda, cerdas, kaya raya. Itulah David Karp (26), pendiri Tumblr. Senin (20/5/2013) lalu, perusahaan miliknya dibeli oleh Yahoo dengan harga fantastis 1,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 10 triliun. Nilai itu sepenuhnya akan dibayarkan dalam bentuk tunai oleh Yahoo.  Tumblr memang menarik. Sejak didirikan pada tahun 2007, Tumblr sudah menjadi rumah bagi 105 juta blog yang dimiliki oleh orang-orang dari segala penjuru dunia. 

David Karp lahir pada tanggal 6 Juli 1986 di Manhattan, New York. Di daerah itu pula, dia dibesarkan. Ketika berusia 11 tahun, David sudah mulai belajar tentang HTML dan merancang website. Ketika kecil, sebenarnya dia sempat bercita-cita untuk  bisa kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Namun, saat usianya masih 14 tahun, dia sudah mulai merasa bosan dengan sekolah. 

Ibu David, Barbara Ackerman, bisa dibilang merupakan orang yang paling berperan dalam membuka jalan bagi kesuksesan anaknya itu. Dalam sebuah artikel di NYTimes.com yang ditulis oleh Jenna Wortham dan Nick Bilton, diceritakan tentang perkenalan David dengan Fred Seibert, seorang produser TV ternama di AS. Saat itu tahun 2000. David berusia 14 tahun dan sudah duduk di bangku SMA. Sementara Seibert masih bekerja sebagai creative director di MTV. 

Ibu David yang bekerja sebagai guru sains di Calhoun School, sekolah swasta di kawasan Upper West Side, Manhattan, mengajar anak-anak Seibert dan berteman baik dengan istrinya. Kepada istri Seibert, ibu David bercerita tentang anaknya yang cerdas, yang tengah merasa bosan dengan sekolahnya. Mendengar itu, istri Seibert menyarankan ibu David untuk mempertemukan David dengan suaminya.

Singkat cerita, David pun menyambangi kantor Seibert di kawasan Park Avanue. Kepada Seibert, dia mengatakan ingin belajar soal engineering. Akhirnya, Seibert menerima David untuk magang sebagai asistennya.  Suatu hari, David datang ke kantor Seibert dan mengatakan akan datang ke sana setiap hari karena dia sudah drop out dari SMA. Seibert tahu David gemar mengutak-atik komputer dan mengerti HTML. Akhirnya, dia meminta David membangun website untuk perusahaan barunya, Next New Networks, yang bergerak di bidang video production.

Seibert bercerita, David memberi tahu dia tentang bagaimana orang-orang akan menonton video di masa depan. Saat itu, Apple baru akan merilis iPod video. Berkat wawasan dari David itu, Next New Networks bisa menjadi salah satu produk video pertama di iTunes, hingga akhirnya diakuisisi oleh Google melalui YouTube.

Hingga kini, kerja sama antara Seibert dengan David masih terjalin. Seibert bahkan tercatat sebagai investor di Tumblr dan duduk di jajaran direksi perusahaan tersebut. 

"Drop out" SMA David adalah anak yang cerdas. Dia pendiam dan cenderung tertutup. Hal itu pun diakuinya sendiri. Dia lebih suka datang lebih pagi ke kantor untuk bekerja dengan tenang.

"Saat di mana saya merasa paling produktif adalah ketika saya tenggelam dalam kode, tenggelam dalam beberapa proyek, dan mengutak-atik desain," kata David dalam sebuah acara Founders Conference yang berlangsung di New York. 

Ketika remaja, kebanyakan waktunya dia habiskan untuk bermain dengan komputernya di kamar.  Melihat David "lengket" dengan komputer, alih-alih menyuruh anaknya bermain di luar rumah dan menghirup udara segar, sang ibu malah menyarankan anaknya itu untuk drop out dan mengikuti "homeschooling". 

"Aku melihat dia di sekolah seharian dan menghabiskan waktunya semalaman di depan komputer," kata ibu David seperti dikutip dari NYTimes. "Sangat jelas bahwa David membutuhkan ruang untuk menghidupkan passion-nya, yakni komputer," lanjut ibunya.

Pada usia 15 tahun, akhirnya David drop out dari Bronx High School of Science. Selama 3 tahun berikutnya, dia menjalani homeschooling.

Sukses di usia muda Ketika usianya beranjak 18 tahun, David memutuskan untuk langsung menapaki dunia kerja. Dia sempat pergi ke Tokyo, Jepang, untuk bekerja di sebuah startup (perusahaan rintisan) bernama UrbanBaby, yang menyediakan layanan online parenting bagi para orangtua. Ketika para remaja sepantarannya belajar di bangku kuliah, David sudah menjabat sebagai Head of Product di UrbanBaby. 

Pada tahun 2006, CNET Networks mengakuisisi UrbanBaby. David kembali ke AS. Jabatan terakhirnya ketika itu adalah chief technology officer (CTO) di UrbanBaby. Setelah akuisisi itu, pada tahun yang sama, David mengundurkan diri dan membangun sebuah perusahaan konsultan miliknya sendiri. Perusahaan itu bernama Davidville. Salah satu proyek yang dia kerjakan di Davidville adalah layanan blog sederhana yang berkembang menjadi Tumblr.

Sebelum Yahoo mengumumkan membeli Tumblr, layanan blogging tersebut sudah bernilai lebih dari 200 juta dollar AS. Namun, hal itu tidak membuat David hidup dalam kemewahan. Sehari-hari, David lebih suka mengendarai Vespa dari tempat tinggalnya di kawasan Brooklyn menuju markas Tumblr di New York. David yang bertubuh tinggi ramping juga lebih suka tampil kasual dalam balutan jeans, T-shirt, dan sneakers. 
Sosok David yang baru berusia 26 tahun kian disorot ketika berita tentang Yahoo yang tertarik membeli Tumblr mulai mengemuka. Kini, setelah Yahoo membeli Tumblr, David pun resmi masuk ke dalam kelompok kecil entrepreneur muda kaya raya yang usianya di bawah 30 tahun, menemani pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.

Sumber : tekno.kompas.com

Hermawan Kartajaya dilahirkan di Surabaya, 18 November 1947 dari keluarga Tionghoa miskin. Hermawan keluarga tinggal di Chinatown di ibukota provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kapasan Gang IV. Ayahnya bekerja sebagai negara satu kasir. Namun, hidup pas-pasan, Herman mengenang ayahnya sebagai orang yang jujur, bahkan terlalu jujur. Kesulitan tidak membujuk dia untuk mengambil yang tidak benar.

Selain menanamkan kejujuran, ayah juga melarang anak-anaknya ke sekolah Tionghoa. Tujuan untuk semua anak-anak mereka memiliki rasa nasionalisme yang tinggi bahkan jika mereka lahir sebagai warga keturunan.
Meskipun ekonomi tumbuh di tengah-tengah keluarga yang sulit, Herman bangkrut. Beruntung, meskipun berasal dari keluarga tidak bisa, Herman dikenal sebagai anak yang pintar. Kelebihan Dia digunakan untuk membantu orang tuanya mencari nafkah. Sejak remaja, ia sering memberi les privat. “Sebagai anak seorang pegawai negeri miskin, saya harus memiliki penghasilan tambahan, setelah semua, saya sudah cinta profesi sebagai guru,” ujarnya seperti dikutip dari situs its.ac.id.

Jika Anda ingin membangun sebuah brand yang kuat, perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mencolok dalam benak konsumen, tidak hanya menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.

Setelah lulus SMA, Herman mengumpulkan rupiah untuk dolar untuk membiayai studi keras bekerja di (10 November Surabaya Institut Teknologi) ITS Jurusan Teknik Elektro. Kemudian, Herman yang sezaman teman kuliah Menteri Muhammad Nuh, merasa kurang nyaman. Program ini diajarkan melalui hanya karena ia mengaku tidak punya bakat di bidang rekayasa. Oleh karena itu, ia pasrah saja ketika saya harus drop out dari ITS.

Gagal gelar, dipersenjatai dengan penguasaan matematika dan fisika yang luar biasa, Herman menyalurkan kemampuan untuk menjadi guru di SMAK St Louis, Surabaya. Hermawan kehadiran di sekolah bergengsi ini ternyata mampu membuat siswa dikhususkan untuk subjek yang sering dianggap sulit. Hermawan Kartajaya juga muncul sebagai guru favorit.

Tentu saja itu bukan tanpa alasan. Menurut Herman, setiap waktu mengajar, ia selalu berusaha untuk menyederhanakan bahan kompleks dengan menggunakan contoh-contoh konkret. Misalnya, ketika membahas kubus, ia mengirim anak didiknya mengambil benang dan membuat demonstrasi.

Fakta itu sebenarnya membuktikan bahwa ia bisa tampil sebagai seorang guru yang mampu mengajar. Namun, pemerintah Orde Baru karena membutuhkan setiap guru SMA harus menanggung gelar sarjana.
Dalam rangka untuk bertahan hidup sebagai guru, sementara masih mengajar, Herman melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Semua mata pelajaran di perguruan dimakan olehnya. Jadi pintar, dalam kenyataannya sering profesor meminta masukan darinya. Menurut orang yang mempunyai kisah sukses pengusaha indonesia ini, apa yang diajarkan di perguruan tinggi telah membaca semuanya, bahkan ketinggalan jaman. Tak heran, maka Herman perguruan sukses lengkap dan memenangkan gelar di bidang ekonomi dalam waktu yang relatif singkat.

Setelah bekerja di beberapa perusahaan, perusahaan besar merekrut teman sekelas Hermawan PT HM Sampoerna untuk mengelola PT Panggung. Penghasilannya sebagai kursus profesional jauh lebih menjanjikan daripada ketika saya adalah seorang guru SMA. Tapi sayangnya, dia tidak bisa menahan kebosanan menderanya. Alasannya, karena jiwa sebagai pendidik. Herman selalu menyebut dirinya “seorang guru lahir”. Dilahirkan untuk menjadi seorang guru!

“Pengajaran iku yang memberi inspirasi kepada orang lain sehingga wong-wong iku iso mengubah dirinya sendiri, sehingga uripe lebih indah,” kata pakar pemasaran dalam gaya khas gado-gadonya: campuran Jawa Indonesia, bahasa Inggris dan Hokkien.

Setelah beberapa tahun pelayanan di HM Sampoerna, pada tahun 1990, kisah sukses pengusaha indonesia ini memutuskan untuk keluar dari salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia dan mulai mencari tantangan baru. Selain itu, pengalamannya sebagai seorang guru selama dua dekade, membuat rumah untuk bekerja kepada karyawan. Maka dibuatlah sebuah perusahaan konsultan dengan MarkPlus nama di kampung halamannya, Surabaya. Ini melakukan penelitian di bidang pemasaran dan memberikan saran strategis bagi organisasi bisnis.

Sejak itu, ia rajin mengikuti kuliah singkat atau kursus berjudul pemasaran luar negeri. Tidak cukup puas, Herman kemudian melanjutkan pendidikannya di University of Strahclyde master, Glasgow dan menerima MSc pada tahun 1995. Dia juga menghadiri program pendidikan eksekutif di sekolah bisnis terkemuka di Amerika Serikat, dari Harvard, Wharton, Kellogg ke Universitas Michigan.

Pilihan melakukan bisnis tetapi masih bisa menyalurkan hasratnya sebagai guru tidak ketinggalan. Perusahaan mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan, dan namanya mulai dikenal sebagai media massa di Surabaya, Jawa Pos dan Surabaya pada khususnya adalah Pos sangat membantu mensosialisasikan ide-ide.
Pemikiran di bidang pemasaran dikenal sudah jauh ke depan, salah satu bahwa pemasaran akan menjadi elemen penting dalam manajemen modern. Dia juga selalu mengatakan, jika Anda ingin membangun sebuah brand yang kuat, perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mencolok dalam benak konsumen, tidak hanya menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.

Pada tampilan awal di mana konsultan profesional belum diketahui bahkan di Surabaya di Indonesia pada umumnya, kisah sukses pengusaha indonesia ini sering mendapat cemoohan karena mereka hanya menjual omongan, hanya mampu berbicara, tetapi belum tentu dapat mengelola perusahaan.

Punya cara yang negatif, Herman mengatakan, “Salah satu pendapat tersebut. Saya mengajar, inspirasi. Karena menjual abstrak saya, ya, tidak terlihat. Sama salah dengan gagasan bahwa pengusaha jahat, licik,” katanya. “Aku punya guru dan tidak pernah berubah Pemasaran yang membuat suatu produk (barang atau jasa) selalu diperlukan.. Kebutuhan pelanggan terus,” tambahnya.

Prinsip yang selalu dijaga oleh dirinya selama profesinya sebagai konsultan pemasaran. Para non-Muslim hanya perbankan syariah konsultan disewa Bank Indonesia mengatakan itu sangat senang dengan keberhasilan yang telah dicapai. Menurut Herman, pekerjaan itu diklasifikasikan ke dalam tiga kategori: pekerjaan, profesi, menelepon. Jika panggilan fase itu (panggilan), maka orang akan menikmati kebahagiaan dalam karyanya. Bekerja dinikmati selama 24 jam, tidak lagi terikat jam kerja, atau pertimbangan lainnya. Hidupnya kini ditujukan untuk pemasaran, karena itulah panggilannya.

Kebahagiaan tumbuh pria berkacamata ketika ia melihat dua bayinya, Michael dan Stephany sudah mandiri dan mengikuti jejaknya dalam dunia pemasaran. Topik pembicaraan dalam keluarga tidak jauh dari masalah pemasaran, positioning, diferensiasi, dan sebagainya. Namun, ia masih menyadari bahwa dua anaknya memiliki dunianya masing-masing.

Saat ini, perusahaan yang didirikannya, MarkPlus, Inc. telah menyebar ke berbagai negara di Asia ke Amerika. Namanya berhasil dinobatkan sebagai salah satu dari 50 Gurus yang Memiliki Berbentuk Masa Depan Pemasaran oleh The Chartered Institute of Marketing yang bertempat di Inggris (CIM-UK). Dia bahkan ditunjuk Presiden WMA, World Marketing Association pada tahun 2002.

Kemajuan-Plus Mark yang luar biasa tampaknya tidak telah dibuat puas, dari tahun ke tahun, ia bertekad untuk terus mengembangkan perusahaan untuk menjadi yang terbaik. “Tahun 2010 harus menjadi juara ASEAN Tahun 2.015 juara Asia.. Tahun 2.020 juara dunia,” kata bapak dua anak mengungkapkan target. Menetapkan visi dan cita-cita yang tinggi mungkin dimaksudkan Hermawan untuk memotivasi diri sendiri dan adrenalin, bahwa semua mimpi dapat dicapai. Pada prinsipnya, yang penting adalah masa depan bukan masa lalu.

Dalam sibuk menasihati sejumlah perusahaan terkemuka di Indonesia, ia masih aktif menulis buku-buku tentang dunia bisnis dan Indonesia serta pemasaran internasional termasuk Asia Reposisi: Dari Bubble Ekonomi Berkelanjutan, Pemasaran Rethinking: Pemasaran Perusahaan Berkelanjutan di Asia; Hermawan Kartajaya Pasar-ing, The 18 Guiding Principles of marketing di Venus, MarkPlus on Strategy, dan banyak lagi. Herman juga merupakan kolumnis tetap Majalah SWA, GATRA, dan Koran Bisnis Indonesia.

Selain menulis, ada tiga kegiatan lain yang sangat mendorong kreativitas: bepergian, bercanda, dan mandi. Ketika jalan-jalan, bercanda, mandi, selalu muncul ide-ide pemasaran untuk disampaikan kepada publik. Tidak heran dia telah menulis sebuah buku tentang marketing karena kreativitasnya terus mengalir dari tiga aktivitas sederhana. Selain produktif melalui tulisan-tulisannya, ia sering digabungkan memimpin guru manajemen, Philip Kotler juga sering diundang sebagai pembicara di berbagai seminar dan lokakarya di rumah dan di luar negeri.

Sumber : pengusahasuksesindonesia.wordpress.com

Keuntungan dari akuisisi Novus, perusahaan minyak Australia sekitar Rp 192 triliun pembelian Stanvac Rp 54 Triliun.

Arifin Panigoro, lahir di London 14 Maret 1945, merobek mahir cita-cita atau kain tenun kapas rapi hanya dengan tangan kosong sambil membantu ayah menjual di toko Jalan Braga Bandung. Rasa Keyakinan (PD) dalam bisnis yang berhubungan dengan kegiatan olahraga basket, karate, dan terjun payung adalah hobi. Prinsip-prinsip yang sangat sederhana dalam meningkatkan Medco antara lain:

Lainnya Pantang mengambil rezeki, Ketika penawaran untuk sebuah perusahaan mitra lokal asing, sudah masuk usulan pertama dari perusahaan lain, sebenarnya ingin Rewind, tapi menawarkan sudah masuk dan dinyatakan Perusahaan asing menang karena itu sosok yang lebih akrab AP. Karena tidak sepegetahuan buruk dan tidak ada pihak asing, akhirnya AP bersama dengan penawar pertama dan keuntungan 100% untuk bidder pertama sebelumnya. Mitra tersebut terkejut, kan?. Yess ….. menjawab.

 Semangat nomor satu, Membangun kepercayaan dengan kejujuran: Jujur adalah abadi, yang berarti dari pepatah Belanda “Eerlijk duurt’t langst Prinsip yang harus menjalankan bisnis.
Merintis Baru Binis, 

a. Stanvac Nilai Aset yang dimiliki (Mobil Oil dan Exxon Mobil) pada sebuah ladang minyak di Sumatera Selatan bumi sebesar US $ 60 juta, mala dibeli seharga US $ 85 juta untuk menutup perhitungan titik (BEP) jika minyak muncrat 10 juta barel, adalah konten dibuktikan dengan 200 juta barel. Untungnya?. Menurut hitungan saya US $ 6 miliar atau Rp 54 triliun, yaitu: harga jual minyak mentah (US $ 60 barel) – Pengeboran Biaya (US $ 30 per barel) X 200 juta. Pertukaran Rp / US $ / Rp 9.000.

b. Eksecutif perusahaan yang sebelumnya menjadi Medco kontraktor terkejut dan tidak bisa percaya setengah Medco mengikuti memenangkan tender dan pembelian (mengakuisisi) seluruh saham Novus, Australia berbasis perusahaan minyak yang memiliki 26 blok di daerah operasi tujuh negara: Indonesia (Kakap dan Brantas blok), Ausralia, USA Serikat, Oman, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Filipina. Minyak Cadangan terbukti (yang dianggap penelitian pasti) sebelum 139 juta meningkat menjadi 209.900.000 barel. Jumlah cadangan terbukti dan yang tiba-tiba melonjak menjadi 851.700.000 barel. Apa manfaatnya?.
Hampir Rp 192 triliun. WOWWWWWW.

 Banyak kawan-kawan, Juta kawan masih kurang, musuh kebanyakan. Mencari teman lebih sulit daripada membuat musuh, sehingga prinsip kehidupan.

Net Working dan Trust, Setelah jatuhnya Presiden Soeharto, AP aktif di Partai Demokrat Perjuangan (PDIP), AP pasti sangat dekat dengan Presiden Megawati, di depan Medco manajer saya mengatakan “itu, s waktu kita sekarang”, yang nyana, mereka segera menolaknya dengan keras. Tidak ada korupsi Dude … sehingga untuk berbicara manajer Nya mengatakan. Nah lho!

Mengerahkan Duty, Masalah Wajah, Tidak ingin ngemplang. Medco harus menghadapi masalah utang untuk membiayai akuisisi Mangistaumunaigaz ladang minyak di Kazakhstan, fraksi Negara Rusia. Hal ini terjadi karena krisis dan harga minyak jatuh di bawah US $ 10 per barel. Dalam utang restrukturasasi proses, ada kasus yang jarang terjadi ketika membahas utang dengan Credit Suisse First Boston (CSFB) dipimpin David Matlin, Direktur Distress Pasar Utang. Negosiasi yang seharusnya selesai empat hari di atas meja dapur malam itu. “Jika Anda perlu cek dari US $ 270 juta, saya akan memberikannya kepada Anda sekarang, “kata David Matlin.

Kesuksesan data pengusaha sukses ini membeli kembali saham dari tangan orang-orang lain di 2006 dibahas secara rinci oleh Harvard Business School dan menyimpulkan bahwa itu bukan hanya karena kegigihan keluarga Arifin Panigoro, tetapi karena kepercayaan di kalangan investor terhadap kelas dunia perusahaan swasta dari Indonesia yang datang keluar dari krisis.

Februari 2008, AP berbicara di depan mahasiswa di Harvard Business School tentang studi kasus “Entrepreneuship dan Bisnis Keluarga”. Diskusi kasus keberhasilan suatu perusahaan sering terjadi di Harvard, tetapi hanya kali ini disampaikan langsung oleh pemilik dan mungkin dari Indonesia baru AP seperti itu di sini.

Sebagai rasa tanggung jawab sosial dan bisnis kecurangan bantuan prinsip Direktur kecil Grameen Bank Muhammad Yunus, Bangladesh, Medco kerjasama dengan Pemerintah Merauke, yang disebut “Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) dengan tujuan membawa potensi Merauke untuk menjadi lumbung dan enegy terintegrasi. Potensi komoditas dapat tumbuh terdiri dari: padi, jagung, kedelai, sorgum gula, tebu dan tanaman lainnya. Proyek ini melibatkan masyarakat lokal dengan mengakui hak adat dan membuat masyarakat sebagai pemegang saham.

Sumber : eciputra.com

Senin, 24 Juni 2013

Berbeda dari kedai kopi lainnya, Refresho coffee shop tidak hanya menyajikan aneka macam menu minuman kopi bagi para konsumennya, namun juga melengkapi interior bangunannya dengan beragam jenis perabot rumah tangga yang terbuat dari limbah atau ampas kopi.

Dirintis pada bulan April 2010 silam, awalnya Sasang Priyo Sanyoto (sang owner) menekuni bisnis kerajinan yang semuanya diproduksi dari limbah atau ampas kopi. Namun seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen, sekarang ini Sasang tidak hanya memproduksi aneka macam kerajinan dari limbah kopi saja. Tetapi Ia juga mulai membuka bisnis kedai kopi dengan beragam menu andalan yang banyak digemari para pelanggan.

Mengambil ide bisnis dari tradisi “nyenthe” kebiasaan masyarakat Jawa Timur yang sering mengoleskan endapan kopi pada sebatang rokok untuk mendapatkan sensasi rasa baru. Sasang mencoba melakukan sedikit inovasi, dengan mengaplikasikan tradisi nyenthe pada barang perabot rumah tangga yang ada di sekitarnya. Sebut saja seperti piring, gelas, kap lampu, dan lain sebagainya. Tak disangka-sangka inovasi tersebut diminati banyak konsumen, sehingga Sasang mulai tertarik memasarkan kreasi kerajinan limbah kopi dengan mengangkat Centhe Merchandise sebagai brand produk yang Ia usung.

Melihat respon pasar yang cukup bagus, bapak satu anak ini memberanikan diri untuk melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka usaha kedai kopi. Mengambil nama Refresho yang merupakan gabungan kata “refresh” dan “Indonesia”, Sasang ingin menjadikan kedai kopinya sebagai media refreshing bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bermodalkan uang sebesar Rp 30 juta, Sasang membangun kedai kopi Refresho dengan konsep sederhana namun bersahabat, disesuaikan dengan jargon andalannya yakni “lebih kecil, lebih sederhana, dan lebih bersahabat”. Dimana kedai kopi tersebut sengaja menggunakan konsep sederhana agar bisa dijangkau semua kalangan konsumen, serta senantiasa memberikan pelayanan hangat dan bersahabat bagi setiap pelanggaan yang datang ke kedai kopinya.

Kisah Sukses Sasang Priyo Sanyoto dengan Bisnis Kreasi Ampas KopiMemiliki menu andalan seperti misalnya continental coffe, gingseng coffe, ginger coffe, kopi godhog, fruit coffee (kopi rasa buah), serta coffee late dengan hiasan latte art yang menawan. Kedai kopi Refresho yang berlokasi di Sidoarjo ini dikunjungi sedikitnya 200 orang tamu setiap harinya. Tidak heran bila omset sekitar Rp 600.000,00 sampai Rp 1.000.000,00 per hari bisa dikantongi pengusaha sukses ini, bahkan angka tersebut bisa melonjak hingga dua kali lipatnya ketika memasuki hari libur atau akhir pekan (sabtu dan minggu).

Berkat kreativitas Sasang Priyo Sanyoto dalam menggabungkan kreasi kerajinan limbah atau ampas kopi dengan konsep bisnis kedai kopi yang Ia bangun, kini omset puluhan juta rupiah bisa masuk ke kantong Sasang setiap bulannya. Tidak hanya itu saja, sekarang ini bisnis kedai kopi Refresho telah berkembang menjadi bisnis kemitraan dan telah tersebar hingga Daerah Tulungagung, Padang, serta Makassar.

Semoga kisah sukses Refresho berawal dari ampas kopi ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk terus berkreasi dan berinovasi menciptakan peluang-peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan cukup besar. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.

Sumber : bisnisukm.com

Berikut adalah kisah pendiri produk pakaian jadi “Dannis” specialis pakaian muslim. Dengan modal awal Rp.1juta dan keuletan berusaha kini beromset Rp 2 milyar. Salah satu kisah sukses yang bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Sebuah inspirasi bisa muncul dari mana saja, termasuk dari keluarga sendiri. Tati Hartati pun bisa menjadi seorang pengusaha pakaian muslim yang sukses berkat terinspirasi kemandirian ibu kandungnya.

Sewaktu kecil dulu, pemilik “Rumah Dannis” ini hidup dalam keprihatinan. Untuk membeli pakaian saja tidak mampu. Bila ingin baju baru, sang ibu rajin membuatkan baju untuk Tati dan juga saudara-saudaranya.

Alhasil, Tati terbiasa mengenakan pakaian hasil jahitan sang ibu. Begitu pula ketika Hari Raya Lebaran tiba. Ketekunan dan ketelatenan sang ibu inilah yang menjadi sumber ilham bagi Tati untuk memberanikan diri menjahit pakaiannya sendiri saat duduk di kelas empat sekolah dasar (SD).

Sejak itu pula Wati belajar mandiri. Setidaknya, dia tak lagi meminta uang jajan kepada orangtuanya lantaran dia bisa mencari uang sendiri dari jualan pakaian boneka dan tempat pensil. Apalagi hasil keterampilan tangan Tati semakin terkenal di kalangan teman-temannya. “Di sekolah jadi banyak yang tahu, dan pesanan terus bertambah,” kenang Tati.

Setelah lulus sekolah kejuruan itu, bukannya bekerja, Tati malah masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, dia bisa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga berhasil meraih gelar insinyur kimia.

Setelah lulus kuliah, Tati pun harus bekerja di kantoran. Maklum, ketika itu sang ayah memasuki masa pensiun dari sebuah badan usaha milik negara (BUMN). Tanggung jawab keluarga seolah berpindah ke pundak Tati. “Ibu saya tidak bekerja dan ayah pensiun. Jadi, untuk biaya kuliah adik, saya harus mencari uang,” kata Tati.

Setelah menikah pada 1998, ternyata sang suami tidak mengizinkannya bekerja di kantoran. Larangan inilah yang menjadi dorongan kuat bagi Tati untuk berjualan pakaian buatan sendiri. Dengan modal Rp 1 juta dari suami, Tati mulai membuktikan keahliannya dalam menggambar dan mendesain pakaian. Itu semua dia lakukan di sela-sela kegiatan mengurus rumah dan anak.

Meski disambi mengurus rumah tangga, saban bulan, Tati mampu membikin 50 potong pakaian anak. Semuanya dia desain, jahit, dan bordir sendiri. “Jiwa saya selalu ingin menghasilkan sesuatu,” ujar Tati.
Dan ternyata, baju anak hasil kreasinya diterima pasar. Tati pun kian semangat. Dia juga mulai berani memasang merek Dannis pada baju bikinannya.

Lantas, tumbuh pula kepercayaan dirinya untuk mengembangkan usaha. Tati mulai memproduksi pakaian muslim dewasa, mukena, hingga jilbab.

Sayang, kali ini tidak laku. Toko-toko pakaian di Surabaya tidak mau menjual produknya. Ternyata, pakaian muslim buatan Tati bukan segmen dari toko-toko pakaian itu. Dia lantas berpikir, produk Dannis harus jelas target dan segmentasinya. “Akhirnya saya fokuskan produk ini untuk kalangan menengah ke atas,” tutur Tati.
Untuk bisa membuat model baju dengan mode mutakhir, Tati rajin menonton acara mode di televisi, membuka majalah wanita, hingga jalan-jalan ke berbagai kota. “Kalau lihat ada pameran fashion di televisi, saya selalu membayangkan berada di acara tersebut dan melihat semua desain untuk menyelami,” ujar Tati.

Omset Rp 2 miliar, Di dunia mode, Tati merasakan sebuah ide itu menguras pikiran dan tenaga; hingga terkadang Tati merasa jenuh. Tapi, karena bisnis ini menguntungkan, dia pun tetap senang menjalaninya.

Kemampuannya berimajinasi soal model membuat busana Dannis selalu segar. Karena itu, tak perlu heran kalau bisnis Tati juga terus berkembang. Sekarang ini Tati mampu memproduksi 35.000 potong baju dengan omzet mencapai Rp 2 miliar per bulan. Harga termahal dari baju muslim bermerek Dannis ini Rp 250.000.

Tati kini memperkerjakan 1.000 orang karyawan dengan melibatkan 500 agen yang tersebar di kota-kota besar. Dia menerapkan konsep kemitraan. “Jadi, saya tidak perlu membuat gerai, sehingga lebih efektif dan efisien,” imbuh Tati.

Kendati sudah malang melintang di dunia busana, pakaian muslim buatan Tati tak lepas dari kritikan, termasuk dari konsumen. “Saya anggap kritikan itu sebagai pemacu untuk menampilkan produk yang lebih baik lagi,” ujar Tati.

Sumber : diradja.wordpress.com

Di tengah trafic kota London Firdaus Ahmad menyetir Mercedes 120 CDI dengan tenang. Mobil yang sanggup mengangkut sepuluh orang itu adalah kendaraan “dinas” laki-laki 54 tahun ini dari rumah ke restorannya.

Nusa Dua Restaurant berdiri di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di kawasan belanja dan tempat nongkrong anak-anak muda itu. “Sejak Presiden Barack Obama datang ke Indonesia, menu favorit di sini nasi goreng,” kata Daus.

Selain itu, ada banyak makanan khas Indonesia di daftar menu: ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang. Saya makan di sana ketika restoran masih tutup menjelang sore. Tapi, di depan pintu, pelanggan dari pelbagai ras yang akan makan malam sudah antre mengular.

Resto ini adalah buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Ia tiba di London pada akhir 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya, sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London. Daus nekat berangkat ke Inggris karena penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi tak menentu.

Mendarat di Bandar Udara Heathrow yang sibuk, lulusan SMA 1 Indramayu ini termangu dua jam. Ia tak tahu jalan keluar. Ia amati setiap penumpang. Asumsinya, orang yang kusut pasti baru mendarat setelah penerbangan yang jauh. Ia ikuti mereka menyeret koper. “Saat itu saya baru tahu arti ‘exit’ itu keluar,” katanya, terbahak.

Daus lalu bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring. Tapi resto ini tak berumur lama. Pemiliknya ketahuan mengakali pajak. Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembelinya adalah tukang masak asal Malaysia. Resto itu kini jadi rumah makan Asia yang tukang masaknya adalah pemilik lama, bekas majikan Daus.

Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant. Daus diajak bergabung dan naik pangkat jadi chef. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak sanggup membayar cicilan modal. Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Daus kelimpungan tak punya pekerjaan.

Pada 1991 ia sudah menikahi Usya Suharjono, perempuan manis yang tengah kuliah kesekretariatan di London. Ayah Usya adalah wartawan radio BBC seksi Indonesia. Ia mengikuti orang tuanya ke London setelah lulus SMA 2 Jakarta Pusat pada 1983. Daus punya ide mengambil alih Nusa Dua.

Usya maju sebagai negosiator dengan bank karena ia fasih berbahasa Inggris. Daus hingga kini masih gagap. Kepada tiga anaknya, ia berbicara dalam bahasa Indonesia, tapi dijawab dalam bahasa Inggris. Usya membujuk bahwa resto itu merugikan RBS karena tak mendatangkan untung, sementara pajak tetap harus dibayar.

Daus meyakinkan mereka akan mengelola rumah makan dengan jaminan membayar cicilan 1.000 pound tiap bulan tepat waktu. ”Jika tahun pertama pembayaran tak jelas, bank silakan ambil alih lagi,” katanya. Deal. RBS ternyata setuju.

Sejak itu, Daus yang pegang kendali. Ia belanja, ia memasak, ia pula yang melayani pembeli. Karena makanan racikannya enak, pelanggan lama kembali, dan pembeli baru berdatangan. Restorannya mulai untung dengan omzet 10 ribu pon (Rp 140 juta) setiap pekan. Dalam waktu enam tahun, utang 100 ribu pound lunas.

Tabungannya mulai kembung. Daus membeli sebuah rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di sudut jalan dekat sekolah anaknya. Rumah sembilan kamar itu kini disewakan kepada pelancong asal Indonesia dengan tarif 19,5 pound semalam. Meski tak ada papan nama, orang tahu rumah bata merah di sudut jalan kompleks elite Colindale itu ”Wisma Indonesia”.

Daus-Usya tinggal tak jauh dari situ. Tiga mobil nangkring di garasi. Semuanya Mercedes yang harga satu unitnya rata-rata Rp 1,4 miliar. Daus kerap bolak-balik London-Bekasi untuk menengok keluarga besarnya di Jatiasih.

Sumber : inspirasisuksesmulia.blogspot.com

Kamis, 20 Juni 2013

Tak punya latar belakang ilmu bisnis apalagi bidang perikanan, Hj. Ermawati justru sukses mengelola area Pemancingan 100 dan 1000 yang didirikan suaminya, H. Nurmiyanto. Tiap musim liburan tiba, area pemancingan yang berlokasi di Desa Janti, Polanharjo, Klaten, itu banyak dipilih orang untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Bagaimana kiat sukses Erna mengelola bisnis dan puluhan karyawannya?

Berapa banyak ikan, beras, dan sayuran harus disediakan tiap musim liburan? 
Bisa sampai 2 ton ikan sehari. Biasanya, sih, hari biasa cuma 6 kuintal. Berasnya bisa sampai 3 ton dari kualitas terbaik. Mentimun dan cabai sampai 1 kuintal lebih. Saya juga heran kenapa pengunjung bisa banyak datang ke Pemancingan 1000 ini.

Kenapa tertarik berbisnis pemancingan? 
Saya enggak sangka akan berbisnis seperti ini. Saya kenal dunia pemancingan karena pernah bekerja di rumah Pemancingan No. 10 milik tetangga. Saya kerja di sana selulus dari SMA Polanharjo tahun 1994. Baru kerja setahun, putranya yang punya pemancingan itu melamar saya. Jadi, status saya dari pegawai berubah menjadi menantu. 

Setelah itu, makin akrab dengan dunia perikanan, ya? 
Oh, belum. Orangtua saya, Pak Suraji dan Ibu Sri Murni, kan, petani transmigran asal Jawa ke Bandar Lampung. Berhubung jarak sekolah jauh dari rumah, saya dipindah ke Klaten. Saya memang lahir di Klaten, 29 April 1976.

Lalu setelah menikah? 
Oleh mertua, suami dimodali toko kelontong kecil di pasar. Lalu toko itu dijual, laku Rp 25 juta. Uangnya untuk modal bikin lokasi pemancingan. Kebetulan mertua punya lahan persawahan, luasnya 3 ribu meter pesegi. Mula-mula bikin pemancingan kecil saja. Lama-lama dapat pinjaman uang lalu dipakai untuk membesarkan usaha sedikit demi sedikit. 

Kolam pemancingan itu kami namakan Pemancingan 100. Lama-lama usaha ini jadi besar. Semua lahannya sekarang sudah terisi kolam. Pengunjungnya juga makin banyak. Lama-lama saya bisa beli tanah untuk Pemancingan 1000 ini. Luasnya sekitar 6.500 meter pesegi. Awalnya ditertawakan orang saat kami beli lahan bekas tempat buang sampah ini. Tapi kami, kan, punya planning sendiri.

Hobi memasak ikan?   
Saya hobi masak apa saja. Hanya saja dulu saat masih bantu-bantu mertua di pemancingan ada pengunjung yang minta dimasakkan ikan. Kalau akhirnya sering masak ikan, itu berawal dari faktor ketidaksengajaan. Dulu Pemancingan 10 tidak dikonsep sebagai tempat bersantap. Sekadar tempat mancing  saja. Sehabis memancing hasilnya dibawa pulang pengunjung. 

Selanjutnya, ada yang minta dimasakkan ikan hasil pancingannya karena ingin makan di pinggir kolam. Nah, kebetulan saya suka masak. Sejak itulah banyak pemancing ikut-ikutan minta dimasakkan. Mungkin juga cocok rasa olahan ikannya, ya. Akhirnya keterusan dan makin banyak mengundang tamu.

Hal seperti itu juga ada di area pemancingan lain? 
Awalnya tidak. Di Klaten kami hampir 10 tahun bisnis kolam pemancingan, ya, sepi. Padahal sudah dibantu Balai Pembenihan Ikan. Mereka sempat menyarankan ikannya diolah sehingga menarik pengunjung untuk datang lagi. Tapi, kok, belum pada tertarik. Nah, baru di Pemancingan 10 yang kemudian memulai. Setiap hari Minggu sampai tak muat tempatnya. Lama-lama bermunculan kolam pemancingan serupa. Ya, arena memancing, ya, arena makan juga. Dulu nomor usahanya berurutan. Sekarang tidak lagi.

Kenapa pakai nomor 1000? 
Habis pakai nama Pemancingan 10, jadi ramai. Bikin nomor 100 juga berjalan baik. Nah, biar semakin besar usahanya saya pakai nomor 1000. Selain lokasi pemancingan dan bersantap, kami juga menyediakan tempat bermain air buat anak. Agar saat orangtuanya mancing anaknya bisa bermain bersama ibunya. Ternyata benar, Pemancingan 1000 yang letaknya agak jauh dari jalan raya banyak didatangi pengunjung. 

Sejak usaha membesar, bagaimana pembagian tugas dengan suami? 
Saya full mengelola usaha ini. Suami yang menyiapkan semua keperluan bahan baku, dari membina pembibitan ikan, menanam beras, sampai sayuran. Seperti tomat, daun kemangi, padi, mentimun, cabai, semua ditanam sendiri di lahan kami secara organik. Semua itu untuk persiapan event  besar. Misalnya menyambut Lebaran, Natal, tahun baru, dan liburan sekolah. Di luar itu, sebagian dicukupi pemasok.

Bekerjanya dari Minggu ke Minggu, dong? 
Iya. Pas hari libur, sih, bisa sampai tidak istirahat. Tapi kalau hari biasa, jam 18.00 pemancingan sudah saya tutup, meski ada tamu yang datang. Tapi pas liburan, meski sudah jam 18.00, kalau bahan baku masih ada, ya, saya terima saja tamu yang datang. Kasihan, kan, sudah jauh-jauh datang.

Jadi, kapan istirahatnya? 
Kalau tidak ada musim liburan. Biasanya saya pakai jalan-jalan ke mal atau Toko Buku Gramedia mengantar anak-anak. Mereka, Putri Ike Nurmawati, sekarang kelas 1 SMA, dan Putra Nur Mahendra, masih kelas 5 SD. Saya pribadi paling suka belanja buku masakan. Dan untuk urusan liburan ini, paling tidak tiap tahun saya ambil 12 hari cuti buat umrah bersama suami.

Oh ya, apa kuncinya bisa mengelola bisnis dengan 60 karyawan? 
Saya anggap mereka keluarga. Saya tahu persis siapa saja yang potensial di bidangnya, kemudian saya tempatkan sesuai kapasitasnya. Dengan perlakuan yang baik, karyawan akan tumbuh kesadaran sendiri. Misalnya, tiap kali musim liburan dan tamu membludak, karyawan bisa datang ke pemancingan jam 03.00 dini hari tanpa saya suruh. 

Setelah punya dua arena pemancingan dan sawah yang luas, apalagi obsesi ke depan? 
Suami sudah beli tanah lagi di pinggir jalan. Rencananya akan kami manfaatkan buat gedung pertemuan. Kebetulan di Desa Janti belum ada gedung pertemuan yang memadai fasilitasnya.

Sumber : eciputra.com

Jika Anda kebetulan melintas di Jalan Abdullah Bin Nuh, Taman Yasmin Bogor, Jawa Barat, sempatkan sejenak mampir dan membeli keong rebus yang dijual di sepanjang jalan itu.  Keong rebus yang dijual itu adalah keong sawah yang rasanya hampir mirip dengan kerang laut. Masakan ini pas disantap bersama nasi putih hangat. Di masyarakat Sunda, keong sawah ini biasa disebut dengan tutut.

Terdapat sekitar 50 pedagang tutut rebus yang mangkal di sepanjang Jalan Abdullah Bin Nuh, Bogor. Selain memakai gerobak, banyak juga pedagang yang menggunakan mobil untuk menjajakan dagangannya Setiap pedagang menyediakan kursi atau alas tikar bagi pembeli yang ingin makan di tempat. Namun, tidak sedikit pula pelanggan yang minta dibungkus untuk dibawa pulang.

Salah satu pedagang tutut rebus di daerah ini adalah Ade. Untuk memperkaya rasa, Ade menambahkan berbagai variasi bumbu, seperti original, rendang, asam manis, saus tiram, bumbu pedas, dan rasa kari. Untuk tutut rebus rasa original dibanderol Rp 3.000 per porsi. Sedang keong rasa saus tiram dihargai Rp 5.000 per porsi. Dari berjualan tutut ini, Ade mengaku bisa menjual 30 kilogram (kg) sampai 50 kg tutur rebus per hari. “Laba bersih saya sekitar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari,” katanya.

Pedagang lainnya adalah Abdul Muhyi yang mengusung merek dagang Tutut Mang Oyeng. Dengan tiga gerobak dagang, ia bisa menjual tutut rebus sebanyak100 hingga 300 porsi per hari. " Pendapatan saya berkisar Rp 200.000, Rp 300.000, hingga Rp 400.000 per hari,” katanya.

Rezeki berjualan tutut rebus juga diperoleh Giyanto. Bedanya, ia menjajakan barang dagangannya di mobil. Dalam sehari ia bisa menjual 20 kilogram tutut rebus, dengan pendapatan berkisar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari. "Tutut ini banyak yang mencari karena bagus buat kesehatan," ucapnya.

Bahan tutut biasanya dibeli dari pembudidaya keong sawah di Cianjur. Selain itu, ada juga yang membeli dari petani di Bogor. Giyanto sendiri membeli dari Pasar Anyar Bogor. Namun belakangan, para pemburu tutut di pasar semakin banyak. “Kalau mau beli di pasar, sudah harus menunggu dari jam dua pagi,” katanya. 

Sumber : ciputraentrepreneurship.com

Selasa, 18 Juni 2013

Pak Oman, sebagaimana para peternak yang kita kenal, berpembawaan sederhana. Walau sebetulnya usaha pak Oman dapat dikategorikan berhasil dikelasnya,Tak dipungkiri, pak Oman sering mendapat tamu yang ingin menimba pengalamannya, antara lain: peserta kewirausahaan dari Bank BUMN, para peternak pemula yang mau belajar, juga para peserta pelatihan, seperti rombongan kami, yang berasal dari berbagai BPD di Indonesia.

Pak Oman memulai usaha sejak tahun 1951 dengan berdagang sayur mayur di Pasar Senen Jakarta. Saat Pasar Senen mengalami perombakan, pak Oman pindah berdagang sayur di Pasar Induk Kramat Jati. Nasib pak Oman mulai membaik, sejak tahun 1987, saat Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (Koperasi PSPBU) menawarkan pembelian sapi perah dari New Zealand melalui kredit selama 7 tahun. Pak Oman mengajukan pembelian sapi 4 (empat) ekor senilai Rp.4.400.000,- yang cara pembayarannya melalui setoran susu sapi setiap harinya ke Koperasi PSPBU. Ternyata pak Oman dapat melunasi pinjaman dalam tempo lebih cepat yaitu 5 (lima) tahun.

Saat ini pak Oman mempunyai 11 ekor sapi dan 4 (empat) ekor anak sapi. Produksi susu per ekor 18-20 liter per hari, sehingga dari 6 (enam) ekor sapi produktif rata-rata mendapatkan 108 liter/hari. Harga susu dibeli oleh koperasi seharga Rp.3.300,- – Rp.3.500,- per liter, tergantung dari kualitasnya. Sebagai anggota koperasi, pak Oman dikenakan iuran wajib Rp. 25.000,- per bulan. Namun pak Oman mendapat kunjungan dokter hewan (ada 4 orang di Kabupaten Lembang, yang bekerjasama dengan KPSPBU) secara gratis jika ada keluhan sapi nya kurang sehat. Juga pelayanan dari mantri kesehatan, di daerah Lembang ada 15 mantri kesehatan, yang bekerja sama dengan koperasi, secara berkala mengunjungi peternakan sapi. Sapi yang masih produktif menghasilkan susu, jika dijual bisa laku Rp. 14 juta per ekor. Sedangkan sapi yang telah beberapa kali bunting (umumnya sampai 7-9 kali), dianggap tidak produktf, jika dijual berharga Rp. 7-8 juta per ekor. Sapi yang tidak produktif ini, masih dapat di ambil dagingnya.

Dari hasil beternak sapi perah, dari delapan anaknya, telah ada 4 (empat) orang yang berhasil lulus Sarjana. Pemberian makan kepada sapi, diberikan tiga kali sehari, pagi dan sore mendapat makanan dedaunan (rumput gajah, rumput Taiwan dll), sedang siang hari mendapatkan konsentrat yang dibeli dari koperasi seharga Rp.75.000,- per karung. Agar sapi dapat menghasilkan susu yang berkualitas tinggi, perawatan kandang, pemberian pola makan harus benar-benar diperhatikan, disesuaikan dengan berat masing-masing sapi.

Hasil kotoran sapi dikumpulkan, dimasukkan dalam septic tank, yang ditutup oleh plastik, agar gas naik keatas, yang nantinya disalurkan melalui pipa, dan menjadi biogas. Gas yang berasal dari biogas ini (hasil pelatihan dari Departemen Pertambangan), dialirkan melalui pipa, yang kemudian disambungkan dengan pipa plastik ke kompor. Kompor yang menggunakan biogas, dibuat khusus, gas nya tidak berbau, perbedaan dengan gas LPG adalah jika biogas menyalakan kompor harus dengan menggunakan korek api.

Sumber : edratna.wordpress.com

Adalah Anggono seorang yang telah sukses membudidayakan ikan mas di daerah Sukabumi Jawa Barat. Berawal membantu saudaranya mengelola 18 kolam selama 6 tahun membuatnya paham dan mengerti teknik budidaya ikan mas. Kemudian pada tahun 1994 kepemilikan kolam beralih kepadanya setelah tukar guling kepemilikan tempat dengan rumahnya di Surabaya dan mendapat tambahan modal dalam bentuk uang Rp. 12 juta yang kemudian sebagian besar uang tersebut di  belikan bibit ikan konsumsi seperti mas, nila, gurame dan bawal. Meski berbagai jenis ikan telah di pelihara namun Anggono memilih membudidayakan ikan jenis mas karena permintaannya lebih tinggi dan harganya lebih terjangkau selain itu rasanya lebih cocok dengan lidah konsumen mana pun.

Budidaya ikan di Kolam air deras Pada waktu itu ia lebih cenderung memelihara ikan dalam kolam air deras sementara sebagian orang memakai fasilitas kolam jaring apung (KJA) dan kolam tanah. Belasan kolam yang ia kelola berdekatan dengan sungai Cipelang. Arus aliran dari sungai mengalir cukup deras dari satu kolam ke kolam lainnya, sudah pasti aliran air saling silih berganti setiap detik sehingga kebutuhan oksigen akan selalu tercukupi.

Menurutnya dengan sistem pemeliharaan di kolam air deras pertumbuhan ikan mas lebih bagus karena pergerakan ikan lebih aktif sehingga pakannya pun lebih banyak tentunya pertumbuhan lebih cepat. Budidaya ikan mas bukan hanya bisa dilakukan di daerah dingin dengan suhu rata-rata 22-25 derajat celcius, namun ikan mas pun cocok di daerah daratan rendah hingga suhu 30 derajat celcius.

Jumlah Populasi ikan per kolam Agar pertumbuhan ikan dalam kolam lebih optimal ia memasukan ikan 1000 ekor dengan kolam berukuran 12 x 3 meter dengan kedalaman 1,25 meter, ia mengisi bibit terbaik umur 40 hari atau seukuran dua jari orang dewasa. Bibit ikan di beli dari para petani sekitar kampung Bantar Panjang di Sukabumi dengan satuan kilo yang berisi 80 sampai 150 ekor.

Pakan dan peralatan  Ia memerlukan waktuk sekitar 4 sampai 5 bulan dalam pembesaran ikan mas hingga siap panen dengan ukuran 200/ 300 gram per ekor atau 3-5 ekor/ kg. Selama pembesaran ia memberikan pakan berupa pelet buatan pabrik, bahkan gonta-ganti pakan buatan pabrik pernah ia lakukan pasalnya tingginya harga pakan kerap tak sebanding dengan daging yang dihasilkan. Namun guna mencari pakan yang efisien Anggono mengakui pakan yang agak mahal memang bagus karena rasio konversi pakan (FCR) bisa mencapai 1,2-1,5 artinya dengan 1,2-1,5 kg pakan bisa menghasilkan bobot badan seberat 1 kg.

Ada hal yang unik dan menarik dalam pemberikan pakan, Anggono tak menentukan pemberian pakan seperti memberikan pakan dari persentase bobot ikan. " Saya berikan empan semaunya ikan makan," ujarnya sambil memberikan makan pada ember yang di gantung. Meskipun demikian setidaknya dalam sehari, ia memberikan pakan 2-3 kali manakala isi pakan di ember habis, selain ember pakan ala Anggono yang unik ini peralatan lain yang digunakan diantaranya saringan, drum-drum penampungan, timbangan, plastik, oksigen, tali dan karet gelang.

Harga ikan mas Kad Anggono lebih tinggi Memang harga jual ikan mas kolam air deras milik Anggono lebih mahal dari ikan mas pembudidaya lain pada umumnya. Di karenakan pola budidaya yang berbeda dan pemberian pakan yang berbeda pula." pemberian pakan di kolam air deras kudu kenceng, karena ikan perlu empan lebih banyak sehingga pertumbuhan cepat, " tegasnya.

Mahalnya harga sekilo ikan mas yang di jual Anggono tetap saja diminati rumah makan seperti Lembur kuring, Saung Kuring dan rumah makan Sunda yang tersebar di sekitar Sukabumi, Cianjur, Bogor, Jakarta dan Tanggerang. Menurutnya tak ada trik marketing khusus yang dilakukan untuk memasarkan hasil panen ikan mas tersebut.

Sumber : Tabloid Peluang

Saat ini, singkong, seperti juga produk agro lainnya; sawit, karet dan tebu, sedang booming dan mendatangkan rejeki berlimpah ke petani dan agen. Naiknya harga minyak membuat produk substitusi di cari banyak kalangan, singkong sebagai salah satu bahan baku bio fuel juga menjadi primadona dan intensif di budidayakan. Apalagi teknik budidaya singkong relative mudah, murah, tahan penyakit dan bisa tumbuh di lahan yang kritis sekalipun….!

Serial tulisan ini sharing kecil saya untuk temen-temen TDA berdasarkan pengamatan sehari-hari di daerah Lampung sebagi sentra penghasil singkong terbesar di Indonesia. Semoga bisa memberi inspirasi, memberdayakan lahan-lahan kosong dan menaikkan pendapatan petani kita.

Nyoman Petani sederhana ini juga ber profesi sebagai guru SMA, beliau merupakan transmigran dari Bali sejak tahun 60-an. Saat ini mengelola ratusan hektar tanaman singkong dan ber mitra dengan petani-petani lain dalam kelompoknya. Sebagai seorang pemimpin kelompok tani, Pak Nyoman juga menjadi agen yang menjembatani penjualan panen singkong dari petani-petani ke pabrik di sekitar wilayah lahan, baik untuk bahan baku industri tepung tapioca maupun untuk ethanol. 

Pengalaman puluhan tahun sebagai petani singkong membuat beliau punya jaringan yang sangat luas dikalangan petani, apalagi sesama komunitas transmigran bali yang masih sangat erat kekerabatannya. Sebagai agen sebuah pabrik besar P Nyoman di berikan target harian untuk bisa memenuhi kebutuhan pabrik, angka 100 – 150 Ton singkong segar per hari bukanlah target sulit untuk dicapai. Sekarang, mari kita coba hitung berapa omzet harian dan bulanan beliau sebagai agen dan kita estimasi pendapatan bulanannya. Juga penghasilan sebagai coordinator kelompok tani.

Dengan makin banyaknya pabrik berdiri, baik pabrik tepung tapioca maupun bio fuel, kebutuhan akan supply singkong meningkat, sedangkan perkembangan luas lahan relative lambat dan masih harus ber kompetisi dengan jenis tanaman lain; karet, tebu dan sawit yang juga sedang booming dan menguntungkan. Kondisi ini menyebabkan harga singkong naik tajam dari rentang Rp. 200 – 300 /kg di tahun 2006 menjadi Rp 400 – 500/kg an di sepanjang 2007 dan trend di tahun 2008 di prediksikan akan semakin naik. 

Dengan asumsi harga rata-rata Rp. 425/kg maka omset harian beliau adalah Rp. 425 x 100,000 kg = Rp. 42,500,000 dan dengan asumsi pabrik ber operasi 25 hari kerja per bulan maka omset P Nyoman mencapai Rp. 1,062,500,000 / bulan…Fantastis bukan..???

Pakem yang berlaku dalam proses jual beli singkong dari petani – agen – pabrikan, biasanya agen akan mendapat keuntungan/fee sebesar Rp. 10 – 15 dari pabrik. Dengan target 100 Ton/hari, 25 hari kerja dan asumsi fee Rp. 10/kg maka keuntungan/fee dari keagenan sebesar Rp. 25 juta/bulan…sebuah angka yang sangat besar…barangkali setara dengan manager senior di bank-bank yang sudah mapan…!! Tentunya untuk mensupply 100 Ton/hari, P Nyoman dibantu oleh pekerja atau saudara-saudara nya yang lain, tapi tetap saja penghasilan yang diterima sangat wah…!!

Dari aktifitas bertanam singkong dan mengkoordinir kelompok tani, beliau juga masih memperoleh keuntungan lagi yang jumlahnya juga cukup besar. Sebagai gambaran biaya budidaya tanaman singkong per hektar rata-rata adalah Rp. 4.5 juta/Ha dengan rincian sebagai berikut :Sewa tanah Rp. 1,000,000/Ha Pengolahan Lahan Rp. 1,000,000 Pemupukan Rp. 1.600,000 Tenaga Kerja Rp. 900,000.

Dengan perawatan yang baik dan pemupukan yang tepat, bisa menghasilkan singkong sebesar 30 Ton/Ha dengan rendemen 24% untuk waktu penanaman 10 – 12 bulan. Harga di pabrik-pabrik di Lampung saat ini berkisar di angka Rp. 450/kg….maka untuk hasil panen 30 Ton/Ha akan menghasilkan 30,000 kg x 450 = Rp. 13,500,000, masih dipotong ongkos transport dan cabut Rp. 100 x 30,000 = Rp 3,000,000……..hasil bersih Rp. 10,5 juta dengan modal awal Rp. 4,5 juta ( itupun dengan asumsi lahan sewaan, kalau lahan sendiri hasil akan lebih besar lagi…!). Sebuah investasi yang sangat menarik bukan Keluarga P Nyoman memiliki lahan 15 Ha, maka dari hasil bertanam singkong, keluarga petani ini memperoleh penghasilan Rp. (10,5 jt – 4,5 jt ) x 15 Ha = Rp. 90 juta/panen atau setahun. Jumlah yang cukup lumayan…belum lagi dari kegiatan coordinator kelompok tani yang jumlah nya ratusan hektar, beliau masih memperoleh fee tambahan Rp. 10 untuk setiap kilo hasil panen singkong. Perbincangan terakhir saya dengan Pak Nyoman minggu lalu, beliau sudah ber ancang-ancang menggati mobil Suzuki Katana tuanya dengan Nissan Terano terbaru, agar lebih mudah masuk lahan katanya……sebuah aktifitas off road yang menguntungkan tentunya.

Anda tentu mengira cerita diatas hanyalah segelintir dari ribuan petani lain yang susah hidupnya….Namun jangan salah…! Di Lampung, cukup banyak petani / agen singkong yang bahkan ber omzet dan penghasilan lebih besar dari P Nyoman........satu demi satu, Insya Allah akan saya ceritakan siapa saja petani-petani itu dan bagaimana mereka memperoleh penghasilan sebanyak itu di edisi berikutnya.

Jika anda tertarik menginvestasikan uang nganggur anda, mainlah ke Lampung, masih sangat banyak lahan terbengkalai eks HGU perkebunan-perkebunan besar yang ditelantarkan dan kemudian dikuasai kembali oleh masyarakat (mungkin dulu juga mengambil paksa dari masyarakat. Anda bisa menyewa tanah dari masyrakat adat dan mencari petani mitra yang bisa di percaya galakkan agro industri kita sehingga semua petani bisa kaya, berpenghasilan cukup dan melampaui petani-petani di Thailand.

Sumber : visimandiri.blogspot.com

Saya ini gagal kuliah dulu karena orang tua saya miskin. Karena saya tahu orang tua saya tidak akan mampu membiayai kuliah, saya justru nekat menyelewengkan uang kuliah dan uang indekos yang diberikan ibu saya," kata dia.Bapak tiga anak ini menceritakan saat kuliah di FMIPA Unila tahun 1989, ia sedih jika pulang kampung. Sebab, pasti akan menyusahkan orang tuanya, yakni ibunya mencari utangan uang panas untuk membayar kuliah."Begitu dapat uang kuliah dan uang indekos dari ibu yang hasil pinjaman, saya dapat ide nekat. Akhirnya, saya cuti kuliah dan uang itu saya pakai untuk modal menanam semangka di kampung. Alhamdulillah, ternyata semangkanya jadi dan dapat untung cukup besar. Itulah yang membuat saya cuti kuliahnya kebablasan, hahaha...,"

Modal pengalaman menanam semangka pertama yang sukses itu mendorong ia tak melirik bidang lain. Bangku kuliah ia “selesaikan” hanya dengan dua tahun. Sejak itu, ia seperti bersumpah untuk memusuhi kemiskinan dan ingin membalas budi orang tuanya yang telah ia “tipu”. "Saya merasa berutang kepada orang tua. Untungnya, orang tua saya bangga ketika saya berhasil mandiri dengan bertani semangka ini. Dan, walaupun terlambat, akhirnya saya jadi sarjana juga," kata lulusan Stisipol Darma Wacana Metro itu.

Meskipun demikian, perjalanan bertani dan berdagang komoditas hortikulturanya tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ia sempat bangkrut hingga menyisakan satu unit sepeda ontel sebagai harta terakhirnya. Itu terjadi saat ia sudah menikahi Wasri dan diamanahi satu anak dan tinggal bersama mertua.Namun, tampaknya jiwa berani Nursalim memang teruji. Sepeda satu-satunya itu ia jual untuk modal menanam jagung. Modal terakhir itu pun jeblok sehingga “lunas”-lah semua yang pernah ia miliki.Kebangkitan kembali Nursalim adalah ketika ada teman kuliah yang memberi kepercayaan berbisnis semangka lagi. Dengan ketekunan dan ketelatenan, usaha anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Muchlasin dan Waginem itu mulai tumbuh. Selain menanam semangka dengan cara menyewa lahan sela musim tanaman padi, ia berhasil memupuk keuntungan.

Nursalim selalu ingin memperbaiki kualitas semangka yang ia tanam. Berbagai teknologi terbaru ia buru sampai ke sumber-sumber yang semula tidak pernah ia bayangkan. "Saya belajar teknologi tanam semangka nonbiji dengan sistem pengairan menggunakan selang ini dari Malaysia. Juga mengamati perkembangan dan pertumbuhan tanaman secara saksama dipadu dengan tata cara yang standar. Artinya, saya belajar dari buku, guru ilmiah, dan juga dari pengalaman di lapangan dan terjun langsung," kata dia.

Soal pasar, politisi PKS ini sudah mengenali sejak mulai berbisnis semangka. Sambil menjual hasil panen dari lahan yang ia kelola, ia juga membeli semangka petani lain, menimbang sendiri, memuatnya ke truk, mengawal ke Jakarta, lalu menggelar lapak untuk dijual eceran. Jika sedang jeblok, kata dia, jualan di Jakarta bisa sampai satu bulan. Itu pun rugi. "Pesan ibu saya, jadi orang itu harus prigel. Prigel itu artinya bekerja rajin, tidak kenal lelah, dan kreatif. Katanya, orang prigel itu bisa mengalahkan orang pinter, haha..."Kini, ia sudah melewati periode-periode berat dalam berbisnis di bidang agro. Usaha hortikultura, terutama semangka, cukup untuk membiayai hidup keluarga dan kegiatan lainnya di luar.

Setidaknya, setiap bulan ia panen atau tidak panen semangka seluas 30 hektare. "Saya katakan panen atau tidak panen, karena tidak setiap menanam pasti sukses. Ya, namanya usaha, kadang berhasil kadang gagal. Tetapi catatan saya, menanam semangka ini, misalnya tiga kali gagal, satu kali panen dengan harga bagus, masih dapat untung," kata dia.Untuk mendukung usaha yang sarat modal dan sarana, Nursalim mendirikan UD Salim Mandiri. Perusahaan dagang ini bergerak dalam penyediaan alat dan sarana pertanian, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan tanaman semangka. Omzetnya? "Ya, adalah Rp5 M setahun.” Kalau aset? "Kalau yang itu, rahasia, hehehe..," kata dia.

Dari usahanya ini, Nursalim kini bisa mengawasi lahan semangka yang kebanyakan di wilayah Tulangbawang dengan tenang. Saat ke kantor DPRD, ia tampil klimis dengan Honda CRV hitam yang dihela seorang sopir. Saat “ngantor” ke ladang, ia tampil siap turun ke lumpur dengan Daihatsu Feroza-nya. Ia mengaku bisnis agro ini masih berpeluang besar. Ia mengaku sudah menularkan ilmu dan modalnya, juga memberdayakan sembilan kelompok tani semangka di daerahnya. "Terakhir, saya bersama sembilan kelompok tani itu baru menandatangani kontrak ekspor semangka ke Dubai, Uni Emirat Arab, dan ke Singapura. Kontraknya, 25 ton atau satu kontainer setiap pekan. Insya Allah dapat kami penuhi," 

Soal harga, pria murah senyum dengan cukuran cepak ini tak khawatir. Harga pasaran di lahan saat ini, kata dia, sekitar Rp2.200 per kilogram. Produk setiap hektare saat panen bagus mencapai 30 ton. Pedagang akan datang ke lahan untuk dibawa ke pasar-pasar di Pulau Jawa, Palembang, Jambi, dan lokal Lampung. "Kalau sudah ekspor nanti, insya Allah kami dapat harga yang lebih bagus dan tidak fluktuatif karena sudah terikat kontrak," ujar Nursalim.

Sumber : lampungpost.com 

Sebagai CEO dari Crown Group, ia telah menangani beberapa proyek yang progresif di Australia mulai dari perumahan mewah, apartemen butik dan perumahan besar sampai bangunan komersil di daerah Sydney. Di bawah kepemimpinan Iwan Sunito, Crown Group mengalami kesuksesan yang luar biasa di Sydney. Hingga kini, telah meyelesaikan 11 proyek seperti pembangunan perumahan di Bondi, Bondi Junction, Ashfield, Epping, Eastwood, Strathfield, Five Dock, Homebush dan Pennant Hills. 

Ditambah proyek Sanctum by Crown yang merupakan proyek bernilai Rp 1,15 triliun, terletak di Rhodes, dekat Sydney Olimpic Park dan dibangun di depan danau. Saat ini, Crown Group merupakan salah satu developer properti paling aktif di Sydney dengan 3 proyek yang sedang dalam proses pembangunan termasuk di dalamnya: proyek apartemen V by Crown di Parramatta yang terdiri dari 27 lantai, Viking by Crownbernilai Rp 5 triliun yang terletak 5 kilometer dari pusat kota Sydneydan Top Ryde City Living yang terdiri dari 5 tower.

Crown Group berencana meluncurkan proyek pembangunan terbarunya di North Sydney yang bernama Skye by Crown, tahun 2013 ini. Crown berencana membangun sebuah properti yang terletak di pusat kota Sydney. Bagi Iwan Sunito kesuksesan Crown Group diperoleh melalui dedikasi Crown Group untuk menghasilkan apartemen dengan kualitas tinggi, harga yang terjangkau dan lokasi yang strategis. "Ini merupakan waktu yang sangat menggembirakan bagi kami;  Crown Group berkembang dengan kuat dan berkelanjutan dengan berdasar pada kaidah kaidah yang solid. Kami telah berulang kali membuktikan kemampuan kami dalam menawarkan perumahan berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau," kata Iwan, laki-laki kelahiran Surabaya dan besar di Pangkalan Bun, Ibu Kota Kabupaten Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. "Dalam semua proyek yang digarap Crown, kami selalu berusaha untuk menembus batasan batasan yang ada dan membuat suatu taraf baru dalam desain," kata Iwan.

Ia sering berkunjung ke Indonesia dan secara aktif terlibat dalam beberapa acara amal dan organisasi sosial. Pada peristiwa tsunami di Asia tahun 2006, Iwan Sunito menjabat sebagai pimpinan 'Indonesia's Tsunami Corporate'. Iwan Sunito saat ini menjabat sebagai pimpinan program mentoring B2B (Business to Business) bagi para profesional muda. Ia juga aktif terlibat dalam aktivitas penggalangan dana untuk organisasi seperti Sydney Children Hospital, John Fawcett Eye Foundation di Bali dan juga beberapa panti asuhan di Indonesia. Ia saat ini tinggal di daerah Sydney bagian timur bersama dengan istri dan ketiga anaknya. 

Sumber : tribunnews.com

Jumat, 14 Juni 2013

Diah Meidianti, Sang Produsen Sayuran Organik Pakaian seragam harian baru saja ditanggalkan Diah Meidianti. Setelah berganti kostum: kaos dan celana hitam, perempuan yang sehari-hari dipanggil Mei melesat ke Taman Galaksi, di pinggiran timur Jakarta. Di kompleks perumahan itu ia mengangkut beragam sayuran.

Sayuran Diah Meidianti memang mengelola sebuah kebun kecil, seluas 3.500 meter persegi saja, untuk menanam sayuran semusim. Lokasi lahan terjepit oleh tembok-tembok perumahan di pemukiman elite Taman Galaksi. Lahan itu asalnya sebidang tanah kosong yang belum dibangun oleh pengembang perumahan setempat. Mei, alumnus Institut Pertanian Bogor, menyewa tanah kosong tersebut dengan harga Rp 1,5 juta per tahun sejak 2006. Di sanalah ia secara tekun membudidayakan 10 jenis sayuran secara bergilir sesuai musimnya.

Ketika dikunjungi, Mei tengah menanam kangkung, selada, bayam merah, kacang panjang, dan terung. “Saya sengaja memilih sayuran berumur pendek, agar cepat panen,” kata Mei yang pernah mengikuti pendidikan sistem budidaya organik di Nakhonratchasima, Thailand, selama 4 bulan. Selain komoditas itu, sayuran lain yang ia tanam adalah pakcoy, mentimun, dan pare.

Sayur-mayur ia tanam di dalam guludan-guludan berukuran 1,2 m x 10 m. Jumlah kesemuanya 280 guludan atau bedeng. Satu jenis sayuran dibudidayakan di 10 bedeng. Itulah sebabnya ia rutin memanen 300 kg per bulan untuk masing-masing jenis - kangkung, caisim, bayam merah, pakcoy, dan 240 kg masing-masing kacang panjang, mentimun, daun ginseng, terung ungu, serta pare.

Volume produksi lahan sayurannya dengan menguntungkan memenuhi permintaan pasar. Karena menggunakan teknik budidaya organik, maka Mei hanya memberikan pupuk nonkimia pada tumbuhan sayuran sehingga panennya pun bermutu tinggi karena berstandar organik. Semua hasil panen ia pasok ke sebuah pasar swalayan di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Perempuan kelahiran Surabaya, 27 Mei 1963 itu memperoleh harga rata-rata Rp 6.000-Rp 7.000 per kg atau mencapai Rp 17 juta per bulan.

Jika pendapatan kotornya itu dikurangi biaya produksi untuk benih, pupuk, dan tenaga yang total Rp 7 juta per bulan, tanpa menghitung sewa lahan, maka dalam sebulan Mei bersih mengantongi Rp 10 juta. 

Sumber : reni-yuliani.blogspot.com

Demi menyambung hidup, Muhammad Arif (47), seorang tunanetra di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, harus bekerja sebagai petani dan beternak. Terbukti, keterbatasannya ternyata tak membatasinya untuk sukses melakoni pekerjaannya bersama istri tercinta. Dari hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun, pria ini mampu membeli sebidang tanah untuk rumah hunian serta tiga petak sawah dan empat sapi. 

Apa yang dilakukan Arif bukan tanpa tantangan. Saat mengembala ternak, warga Pakkawarue, Kelurahan Tanete, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, ini harus berjuang sangat keras. Pasalnya, selain harus menggembala sapinya ke kebun milik warga, setiap hari ia juga harus memotong rumput untuk pakan. Belum lagi, ketika sapinya mengamuk meski tali kekang sudah ada di genggamannya. Jika demikian adanya, maka kesabaran dan keteguhan Arif yang mengalahkan segala kesulitan itu. 

Arif mengaku mengalami kebutaan sejak berusia tiga tahun akibat penyakit katarak. Pria ini pun hingga sekarang tak mengetahui siapa orangtua yang melahirkannya karena ia tinggal di panti asuhan kecil. "Saya besar di panti asuhan, jadi saya tidak tahu siapa orangtua saya karena katanya saya ini anak dibuang," ujarnya saat mengisahkan perjalanan hidupnya,

Awalnya, Arif bukanlah petani. Dulu ia bekerja sebagai tukang pijat keliling di Kota Watampone, Kabupaten Bone. Namun kerasnya persaingan membuat Arif memilih mencari usaha lain. "Sampai sekarang saya pintar urut orang, apalagi kalau cuma sakit rematik. Insya Allah bisa saya sembuhkan. Saya berhenti karena di kota sudah banyak panti pijat dan salon plus-plus," ujar Arif sambil tertawa.

Kini Arif lebih bersyukur karena tidak lagi mengandalkan bantuan orang lain. Arif hanya berharap agar segera memiliki keturunan. Sejak 10 tahun pernikahannya, ia belum dikaruniai momongan. 

Saat Kompas.com berpamitan untuk pulang, ia sempat berpesan agar menghilangkan rasa putus asa dalam hidup.  Arif mencontohkan dirinya yang buta, tetapi bisa sukses dan bahagia di dalam rumah tangga bersama sang istri. "Dalam hidup tidak usah banyak berpikir kalau kita kekurangan. Jalani saja apa adanya, dan jangan terlalu banyak berharap sama bantuan orang. Kalau hati kita yakin untuk dapat mengerjakan pekerjaan itu, maka kerjakan, Insya Allah pasti selesai," kata Muhammad Arif. 

sumber : kompas.com

Kamis, 13 Juni 2013

Saat datang ke Medan, Sumatera Utara, tahun 1986, Muhammad Muhdi (46) bukanlah siapa-siapa. “Naik kereta (sepeda motor) saja saya tidak bisa,” kata Muhdi. Namun, 25 tahun kemudian, ia adalah pengusaha keripik singkong dan turunannya dengan 75 karyawan
dan mulai mengekspor produknya.

Berbincang dengan Muhammad Muhdi selama sekitar dua jam membawa kesimpulan bahwa ia sukses sebagai pengusaha keripik singkong karena ia orang yang optimistis dengan hidupnyi. Namun,  optimisme itu pun tidak ia peroleh dengan singkat. Ada masa ia terjepit dan terjatuh, tetapi bisa bangun lagi dan berhasil seperti saat ini. Selulusnya dan Madrasah Aliyah Pondok Baru, Payaman, Magelang, Jawa Tengah, Muhdi pergi ke Medan menjadi nazir Masjid Nurul Imam di kawasan Kompleks Perhubungan Udara, Padang Bulan, Medan. Ia juga bekerja macam-macam, seperti menjadi tukang  kebon Taman Kanak-kanak Ikadiasa, Kompleks Perhubungan Udara, Jalan Penerbang, Medan. A Siong, seorang pedagang telur, pernah menawarinya berdagang telur.

Usahanya menanjak saat ia mulai memasok logistik, seperti telur, beras,  minyak goreng, minyak tanah, hingga sirup, ke Pondok Pesantren Roudhatul Hasanah, Medan. Semua berbalik saat krisis moneter tahun 1997. Pemilik toko tempat ia mengambil barang bangkrut. Ia mencoba berdagang bahan pokok.

Di tengah situasi tak menentu, ia pulang kampung saat Lebaran tahun 1999. Di situlah ide membuat keripik singkong muncul. “Ada orang buat keripik manual. Saya lalu beli peralatannya,” cerita Muhdi. Ia membeli alat potong Rp 120.000, wajan Rp 75.000, dan alat penampi Rp 15.000. Ia bawa peralatan itu ke Medan.

Sesampai di Medan, ia langsung membeli singkong 5 kilogram di pasar dan minyak goreng 2 kilogram untuk praktik membuat keripik. Ternyata keripiknya tenggelam dalam minyak.

Esoknya ia beli singkong ke petani, dengan asumsi kualitas singkong lebih baik. Eh, sama saja, keripik tenggelam di dalam minyak.

Usut punya usut, ternyata api kurang besar, sementara wajan kebesaran. Berkali-kali dicoba, baru ketemu formula pas, antara banyaknya minyak, besarnya api, panas minyak, dan besarnya wajan. Wajan yang ia beli dari Magelang ternyata kebesaran sehingga ia perlu mengganti wajan dari tukang pisang yang membantu ia menemukan formula pas untuk menggoreng keripik.

Akhir tahun 1999, produksinya membutuhkan 100 kilogram singkong per hari dan proses menggoreng nonstop hingga malam hari. Masyarakat sekitar mulal terusik dengan aktivitas produksi keripiknya, terutama karena limbah singkong. Ia pun pindah ke kawasan Medan Tuntungan di pinggĂ­r kota. “Saya sewa rumah yang kata orang berhantu Rp900.000 untuk tiga tahun,” katanya. Kebetulan air di kawasan itu bagus.

Ia membuat dapur dan mulai berproduksi lagi. Ia memanggil lima orang tetangganya di Tuntungan untuk bekerja kepadanya. Produksi terus  meningkat, dari 150 kg per hari menjadi 0,5 ton, kemudian 1 ton per hari. Tenaga kerja meningkat menjadi 15 orang. Tahun 2002, pemilik rumah hendak menjual tanah dan rumah sewanya di Jalan Tunas Mekar, Tuntungan II, Pancur Batu, Medan. Ia pun mencari  pinjaman bank untuk membeli rumah dan tanah itu. Sementara itu, produksi meningkat menjadi 2 ton per hari. Pada tahun itu, ia juga mengikuti pelatihan di Dinas Perindustrian dan Perdagangin Kota Medan, dan mulai mendaftarkan produknya ke dinas kesehatan dan memberi merek “Kreasi Lutfi”, mengambil nama anaknya. Ia juga mulai membuat keripik aneka rasa.

Produksi sempat berhenti total selama tiga bulan pada 2004 karena para penjualnya lari. Se1uruh produk dibawa penjual sehingga ia menjual kendaraan operasional untuk menutup utang.

Utang bank pun tak terbayar. Ia memulai lagi menggoreng keripik dengan modal Rp 1,1 juta. Jadilah 200 bal keripik. Ia meminta salah satu mantan penjualnya untuk menjadi  distributor. Mulai dari situ bisnisnya kembali menanjak dan sejak tahun 2005 ia memproduksi 4 ton singkong setiap hari.

Ia juga melebarkan sayap ke bisnis gaplek, mengolah kulit ubi menjadi makanan ternak. Kini ia tengah menjajaki bisnis opak dan pembuatan tepung singkong agar bisa menggantikan tepung terigu. Total karyawannya 75 orang.

Awal tahun ini ia mulai mengekspor keripiknya ke Korea Selatan. Dua minggu sekali ia mengirim satu kontainer kenipik singkong ke Korea Selatan. Satu kontainer berisi 2.566 kotak keripik. Satu kotak berisi 2,6 kg keripik. ”Ini khusus untuk diameter singkong 5,7
cm,” kata dia.

Muhdi, yang selalu tampil sederhana itu, mengatakan, semua itu dimulai dari kepepet (terjepit). Ia mengatakan bahwa ilmunya sederhana saja,  yakni menyelaraskan otak, otot, dan omong, membuat produknya mutu, mudah, dan murah, serta bekerja dengan senang,santal, tetapi selesai.

Begituiah Muhdi,yang menyelesaikan kuliahnya di  Institut Agama Islam Negeri Sumut, dengan harapan bisa mengajar di Medan. Namun, malah jadi pengusaha keripik.

Sumber : hariankompascetak

OUTBOUND sekarang ini memang tengah digemari. Hal ini pun dilihat sebagai peluang oleh Yul Eko Rubianto. Sekarang ini, perusahaan-perusahaan kelas kakap pun bergantian menjadi klien yang menggunakan jasa outbound yang digawanginya, Binadika Outbound.

Ayah dua orang anak ini mengatakan jika sejumlah perusahaan-perusahaan merupakan kliennya. Sebut saja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Garuda Indonesia (Persero), serta PT Pertamina (Persero).
Tak hanya itu, sejumlah lembaga-lembaga negara juga merupakan kliennya. Mulai dari Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan sejumlah lembaga negara lainnya. “Dalam seminggu bisa ada dua sampai tiga proyek (outbound), jadi sebulan sekira 12 proyek," tuturnya kepada okezone belum lama ini.
Suami dari Lestariani ini menceritakan jika awalnya gabung ke bisnis ini pada 2005. Itu adalah awal booming-nya outbound di Indonesia. Di mana, pada saat itu, sekolah-sekolah tengah gencar mengadakan outbound.
Selain itu, menurut Eko, bisnis outbound ini tak melulu tentang keuntungan. Dari outbound ini, maka akan terlatih kebersamaan, integritas dan loyalitas. Peserta, maupun trainer juga akan lebih menaruh perhatian kepada lingkungan dan keadaan sekitar. "Karena kepekaan kita akan lingkungan dan alam sekitar juga diasah dengan outbound ini," ungkap dia.

Momentum itulah yang membuat pria yang akrab disapa Eko ini menawarkan jasa outbound ke sekolah-sekolah. Saat itu, Eko mangaku tidak memiliki alat-alat outbound sendiri, lantas dia pun menyewa alat kepada salah seorang temannya. Tapi, saat itu ‘keberanian’ Eko menyediakan jasa outbound baru sampai di level sekolah-sekolah, belum ke segmen perusahaan.

Pernah suatu waktu, dia menangani outbound sebuah sekolah di daerah Komplek Bank Mandiri, Cilandak. Kala itu, permainan khas outbound, flying fox pun dia gelar dengan sangat menarik. Tanpa disangka, salah satu orang tua siswa sekolah itu, yang kebetulan merupakan salah satu Kepala Cabang Bank Mandiri sangat tertarik, dan menawarkan Eko untuk mengelola outbound untuk kantornya.

Proyek yang dia dapat dari orang itu pun lumayan besar, dia lantas membeli peralatan sendiri yang tota nilainya sekira Rp20 juta untuk menangani proyek ini. “Baru dari situ semakin percaya diri untuk maju masuk ke pasar perusahaan-perusahaan,” ungkap dia.

Berkah Internet Marketing, Tapi, ternyata menjalankan bisnis ini tak semudah yang dibayangkannya. Awal Eko menggarap pasar outbound untuk segmen perusahaan, dia berusaha menawarkan jasa outbound-nya dengan cara mengajukan proposal  ke sejumlah perusahaan. “Tapi itu kayanya cuma nyangkut di satpam, enggak pernah sampai di tangan HRD-nya,” selorohnya.

Alhasil, dari belasan proposal yang dia kirimkan hanya satu yang mendapat respons. “Hanya satu yang telepon balik. Lalu saya presentasi di depan perusahaan itu, dan itu pun tidak tembus,” bebernya.
Tapi hal itu tak membuatnya patah semangat, dia pun mencari strategi baru untuk memasarkan jasa outbound-nya pun dilakukan. Kali ini, pria kelahiran Jakarta 28 Juli 1979 ini menggunakan media internet. Website out bond-nya, http://www.binadikaoutbound.com, dimaksimalkannya sebagai alat promosi Binadika Outbound.
Dengan internet marketing ini, Eko melanjutkan jika dia tidak perlu membuang banyak energi. Selain itu dia juga menuturkan hal itu akan meminimalisir penggunaan kertas. “Website sudah dibuat, lalu  digabung dengan internet marketing. Selanjutnya, kita kirim ke perusahaan-perusahaan yang ada emailnya. Lebih mudah, lebih murah, dan tidak perlu panas-panasan. Juga ramah lingkungan kan?” ungkap ayah dari Romzy dan Nakia ini.

Tampaknya, ini merupakan titik awal dari majunya Binadika Outbound yang dikelolanya. Dari situ, order dari sejumlah perusahaan mulai menghampirinya. ”Kita juga sering isi blog, sering mengadakan forum, sekarang Binadika Outbond sudah tidak asing lagi di kalangan netter. Sejak itu kita tak pernah kirim email lagi. Klien biasanya klik http://www.binadikaoutbound.com, lalu telepon, kami datang, presentasi, dan deal harga,” bebernya.

Kendati sudah mendapat banyak job dari perusahaan-perusahaan kelas kakap, Eko juga tetap melayani proyek-proyek kecil yang umumnya berasal dari sekolah-sekolah. “Untuk sekolah masih jalan, ada satu taman kanak-kanak (TK) yang tiap tahun manggil kita untuk acara perpisahannya. Tapi, karena nilainya kecil, tidak cukup kalau pakai trainer (profesional), kita pakai saja remaja masjid untuk jadi trainer-nya,” pungkas Eko.

Sumber : economy.okezone.com