OUTBOUND sekarang ini memang tengah digemari. Hal ini pun dilihat sebagai peluang oleh Yul Eko Rubianto. Sekarang ini, perusahaan-perusahaan kelas kakap pun bergantian menjadi klien yang menggunakan jasa outbound yang digawanginya, Binadika Outbound.
Ayah dua orang anak ini mengatakan jika sejumlah perusahaan-perusahaan merupakan kliennya. Sebut saja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Garuda Indonesia (Persero), serta PT Pertamina (Persero).
Tak hanya itu, sejumlah lembaga-lembaga negara juga merupakan kliennya. Mulai dari Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan sejumlah lembaga negara lainnya. “Dalam seminggu bisa ada dua sampai tiga proyek (outbound), jadi sebulan sekira 12 proyek," tuturnya kepada okezone belum lama ini.
Suami dari Lestariani ini menceritakan jika awalnya gabung ke bisnis ini pada 2005. Itu adalah awal booming-nya outbound di Indonesia. Di mana, pada saat itu, sekolah-sekolah tengah gencar mengadakan outbound.
Selain itu, menurut Eko, bisnis outbound ini tak melulu tentang keuntungan. Dari outbound ini, maka akan terlatih kebersamaan, integritas dan loyalitas. Peserta, maupun trainer juga akan lebih menaruh perhatian kepada lingkungan dan keadaan sekitar. "Karena kepekaan kita akan lingkungan dan alam sekitar juga diasah dengan outbound ini," ungkap dia.
Momentum itulah yang membuat pria yang akrab disapa Eko ini menawarkan jasa outbound ke sekolah-sekolah. Saat itu, Eko mangaku tidak memiliki alat-alat outbound sendiri, lantas dia pun menyewa alat kepada salah seorang temannya. Tapi, saat itu ‘keberanian’ Eko menyediakan jasa outbound baru sampai di level sekolah-sekolah, belum ke segmen perusahaan.
Pernah suatu waktu, dia menangani outbound sebuah sekolah di daerah Komplek Bank Mandiri, Cilandak. Kala itu, permainan khas outbound, flying fox pun dia gelar dengan sangat menarik. Tanpa disangka, salah satu orang tua siswa sekolah itu, yang kebetulan merupakan salah satu Kepala Cabang Bank Mandiri sangat tertarik, dan menawarkan Eko untuk mengelola outbound untuk kantornya.
Proyek yang dia dapat dari orang itu pun lumayan besar, dia lantas membeli peralatan sendiri yang tota nilainya sekira Rp20 juta untuk menangani proyek ini. “Baru dari situ semakin percaya diri untuk maju masuk ke pasar perusahaan-perusahaan,” ungkap dia.
Berkah Internet Marketing, Tapi, ternyata menjalankan bisnis ini tak semudah yang dibayangkannya. Awal Eko menggarap pasar outbound untuk segmen perusahaan, dia berusaha menawarkan jasa outbound-nya dengan cara mengajukan proposal ke sejumlah perusahaan. “Tapi itu kayanya cuma nyangkut di satpam, enggak pernah sampai di tangan HRD-nya,” selorohnya.
Alhasil, dari belasan proposal yang dia kirimkan hanya satu yang mendapat respons. “Hanya satu yang telepon balik. Lalu saya presentasi di depan perusahaan itu, dan itu pun tidak tembus,” bebernya.
Tapi hal itu tak membuatnya patah semangat, dia pun mencari strategi baru untuk memasarkan jasa outbound-nya pun dilakukan. Kali ini, pria kelahiran Jakarta 28 Juli 1979 ini menggunakan media internet. Website out bond-nya, http://www.binadikaoutbound.com, dimaksimalkannya sebagai alat promosi Binadika Outbound.
Dengan internet marketing ini, Eko melanjutkan jika dia tidak perlu membuang banyak energi. Selain itu dia juga menuturkan hal itu akan meminimalisir penggunaan kertas. “Website sudah dibuat, lalu digabung dengan internet marketing. Selanjutnya, kita kirim ke perusahaan-perusahaan yang ada emailnya. Lebih mudah, lebih murah, dan tidak perlu panas-panasan. Juga ramah lingkungan kan?” ungkap ayah dari Romzy dan Nakia ini.
Tampaknya, ini merupakan titik awal dari majunya Binadika Outbound yang dikelolanya. Dari situ, order dari sejumlah perusahaan mulai menghampirinya. ”Kita juga sering isi blog, sering mengadakan forum, sekarang Binadika Outbond sudah tidak asing lagi di kalangan netter. Sejak itu kita tak pernah kirim email lagi. Klien biasanya klik http://www.binadikaoutbound.com, lalu telepon, kami datang, presentasi, dan deal harga,” bebernya.
Kendati sudah mendapat banyak job dari perusahaan-perusahaan kelas kakap, Eko juga tetap melayani proyek-proyek kecil yang umumnya berasal dari sekolah-sekolah. “Untuk sekolah masih jalan, ada satu taman kanak-kanak (TK) yang tiap tahun manggil kita untuk acara perpisahannya. Tapi, karena nilainya kecil, tidak cukup kalau pakai trainer (profesional), kita pakai saja remaja masjid untuk jadi trainer-nya,” pungkas Eko.
Sumber : economy.okezone.com
0 komentar :
Posting Komentar