Seperti seorang pilot yang bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpangnya, seorang direktur utama juga bertanggung jawab terhadap keselamatan perusahaan dan seluruh karyawannya. Apalagi kalau direktur utama itu juga pendiri dan pemilik perusahaan, tentu beban di pundaknya akan lebih besar lagi. Karena selain harus menyelamatkan penumpang dan perusahaan, ia harus memikirkan investasi yang dibenamkannya.
Beban ini tentu akan terasa lebih berat kalau kondisi eksternal tidak kondusif. Dalam kondisi seperti inilah kepiawian seorang direktur utama atau CEO diuji. Tak terkecuali, Amir Mahpud, pemilik sekaligus direktur utama PT Primajasa.
Pada saat bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan 100 persen lebih, bisnis transportasi mungkin yang paling berat mendapat tekanan. Tetapi bagi Amir tantangan bukanlah suatu hal yang harus dihindari, melainkan harus diatasi. Dan sebisa mungkin dijadikan peluang. Tantangan bukanlah hal yang baru, bagi pria ramah ini. Ketika Primajasa berdiri pun sudah banyak kendala yang menghadang. “Bagaimana tidak, saat Primajasa berdiri dan memiliki konsep menyediakan transportasi antar kota, kondisi perusahaan induk (Mayasari Bakti)—yang bisnis intinya bus kota— tengah dalam posisi mapan-mapannya. Jelas pemikiran seperti ini terasa berbeda, bahkan bertolak belakang dengan perusahaan induk,” tutur Amir.
Amir mengaku untuk memulai suatu bisnis yang berbeda dengan perusahaan induknya dibutuhkan suatu kekuatan internal. Namun ia ingin membuktikan bahwa perbedaan pemahaman dengan perusahaan induk bisa menjadi jalan keluar atau solusi bisnis. “Dasar saya mendirikan Primajasa adalah menciptakan perbedaan yang riil dari bisnis induknya, sehingga timbul dimensi usaha baru yang terlepas dari fokus bisnis induk,” terang mantan pereli nasional ini.
Selain itu, Amir mengaku intuisi bisnisnya mengatakan bahwa pada suatu saat nanti transportasi bus kota akan mengalami kejenuhan. Intuisinya ini terbukti. Bisnis transportasi bus kota tidak segemerlap dulu lagi, setelah adanya sistem transportasi Bus Way. “Pada waktu itu saya sudah berpikir bahwa transportasi dalam kota suatu saat nanti akan mengalami titik jenuh,” ujar bapak tiga anak ini. Agaknya Amir dikaruniai pola pemahaman bisnis yang berbeda dengan kebanyakan pengusaha. Tetapi cara berpikir yang berbeda inilah yang justru menjadi kekuatan utama dari pertumbuhan Primajasa.
Dalam dunia transportasi, jalur gemuk merupakan godaan bagi setiap pengusaha transportasi untuk berebut kue di jalur tersebut. Namun, Amir mengaku tidak tertarik untuk ikut terjun ke jalur gemuk. Justru Amir mencari dan merintis rute yang memang tidak diminati atau tidak disentuh oleh para pesaing.
Menurut Amir, 90 persen dari rute yang dilayani Primajasa merupakan rute baru yang dirintisnya, sedangkan 10 persen sisanya adalah rute yang dilayani bersama-sama dengan kompetitor. “Kami selalu mengevaluasi rute yang tidak dijalankan para pesaing, sehingga rute ini menjadi sebuah potensi bisnis,” sebut pria yang menimba ilmu di tiga universitas yang berbeda ini, Parahyangan, Pancasila dan Oakland College.
Cara berpikir yang tidak mengikuti mainstream ini juga menjadi dasar mengapa Primajasa tidak ikut-ikutan melayani jalur antar kota jarak jauh. Padahal, sebelum transportasi udara ramai seperti saat ini, transportasi bus jarak jauh juga mengalami masa keemasannya. “Pada waktu itu saya berpikir melayani rute jarak jauh memiliki risiko yang lebih besar. Pun suatu saat transportasi jarak jauh dengan menggunakan bus gampang tergeser dengan jenis transportasi lain. Sekarang ini sudah terbukti,” ucap Amir.
Rute bus antar kota jarak menengah, menurut Amir, posisinya lebih imun terhadap persaingan dengan moda transportasi jenis lain. “Cost pesawat yang tertinggi itu sebenarnya adalah ketika take off dan landing sehingga melayani rute jarak menengah akan membutuhkan biaya yang cukup tinggi, karena frekuensi take off dan landing akan jauh lebih sering dibandingkan ketika melayani jarak jauh,” tuturnya memberikan alasan.
Itu sebabnya bisnis Primajasa tidak terganggu ketika ienis transportasi lain seperti kereta api dan pesawat dengan masif masuk ke dunia transportasi Indonesia. Bahkan, dunia penerbangan yang ramai memberikan berkah tersendiri bagi Primajasa. Pada 10 Oktober 2006 lalu Primajasa membuka rute baru Bandara Soekarno Hatta-Bandung Super Mall.
Ini tak lepas dari kejelian Amir membaca peluang. Dengan adanya frekuensi penerbangan yang tinggi maka tingkat mobilitas warga juga semakin besar. Selama ini belum ada transportasi bus dari kota Bandung yang langsung melayani ke Bandara Soekarno-Hatta atau sebaliknya. Padahal antara Jakarta dan Bandung sudah terhubung jalan tol. Inilah kesempatan emas yang tidak disia-siakan Amir. “Kami tidak membidik penumpang bus antar kota Jakarta-Bandung atau sebaliknya. Tetapi kami membidik para penumpang yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi dari Bandung ke Bandara Soekarno-Hatta atau sebaliknya. Jadi kami meng-create pasar baru,” ujar pengusaha yang juga Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Wilayah Jawa Barat ini.
Kemampuan membaca peluang ini terbayar. Load factor pada awal Primajasa melayani rute ini sudah mencapai 60 persen dengan kecenderungan meningkat. Bahkan untuk perjalanan akhir pekan, reservasi tiket sudah full booked. “Kita jangan melihat load factor pada saat ini. Dua bulan yang akan datang baru kita bisa melihat load factor-nya,” ujar Amir optimistis.
Dengan adanya kecenderungan jumlah penumpang yang terus naik, Primajasa kembali menambah armadanya sehingga jarak pemberangkatan bisa diperpendek menjadi 45 menit sekali. Pemberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta mulai pukul 08.00 hingga 22.00. Sedangkan dari Bandung Super Mall Primajasa melakukan pemberangkatan mulai pukul 01.00 hingga 15.00.
Dari sisi strategi, sebenarnya pembukaan rute Bandara Soekarno Hatta-Bandung Super Mall ini tidak mengikuti pakem yang ada. Biasanya, mal-mal atau tempat perbelanjaan yang justru berusaha mendekati terminal, bukan sebaliknya terminal yang mendekati mal. Ini terkait dengan pola pemikiran masyarakat kita yang menjadikan terminal sebagai titik keberangkatan dan titik kedatangan ketika melakukan perjalanan ke luar kota. Namun Amir yakin akan keberhasilan dari terobosannya ini.
Tak lama lagi Amir bakal merintis trayek baru Jababeka-Bandung Super Mall. Pakem yang selama ini digunakan: melayani dari suatu terminal ke terminal ia ubah menjadi melayani dari suatu tempat keramaian ke tempat keramaian. “Di Jababeka terdapat 1200 pabrik. Tentu ini pasar yang sangat potensial,” imbuh pria yang kini lebih giat berolah raga golf ini.
Strategi lain yang ia tempuh adalah sedikit demi sedikit menggeser pasar Primajasa ke arah menengah atas. Itu sebabnya, kepuasan pelanggan merupakan suatu komitmen, yang menurutnya, tidak bisa ditawar-tawar. Dan kebutuhan SDM yang berkualitas, menjadi sebuah keniscayaan.
“Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas kami selalu mendidik dan melatih karyawan baik secara internal maupun eksternal. Kami juga bekerjasama dengan para produsen untuk pengembangan keahlian teknis bagi karyawan teknik. Selain itu, kami juga mendidik crew bus secara internal dua kali dalam kurun waktu satu bulan dan mengirimkan secara terbatas pengemudi untuk ikut serta dalam pendidikan yang diselenggarakan pemerintah,” paparnya.
Dengan kepiawian Amir mengemudikan roda Primajasa, maka perusahaan transportasi yang awalnya hanya memiliki 25 unit bus pariwisata ini telah berkembang menjadi sekitar 700 armada, yang dengan setia melayani rute di wilayah DKI, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Sedang armada taksinya kini berjumlah sekitar 500 unit.
Meski arah kemudi di tangan Amir, namun kontribusi karyawan tidak bisa diabaikan. Amir sangat menyadari hal itu. Oleh karena manajemen yang dibangun di dalamnya adalah manajemen kekeluargaan. Aktivitas yang ditempuh untuk saling mendekatkan sebagai sebuah keluarga adalah mengadakan pengajian rutin seminggu sekali untuk karyawan dan pengemudi, buka puasa dan tarawih bersama tiap bulan Ramadhan, mengarahkan minat olah raga dan memberikan fasilitasnya (badminton dan sepak bola), rekreasi bersama keluarga karyawan.
Selain itu, perusahaan juga memberikan program bea siswa bagi keluarga karyawan dan crew bus. Program bea siswa ini diberikan perusahaan sejak 2003. Perusahaan tercatat telah memberikan bea siswa kepada 356 putra-putri karyawan mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi.
Sementara itu, untuk membangun spiritual dengan Sang Khalik, perusahaan memberikan jatah naik haji dan umroh. Program ini sudah digulirkan sejak perusahaan berdiri pada 1990. “Tiap tahun kami memberangkatkan 2-3 orang untuk menunaikan ibadah haji,” ujar Amir yang belum lama ini membangun sirkuit motorcross di Kota Tasikmalaya, tempat ia dilahirkan.
sumber : majalah pengusaha
0 komentar :
Posting Komentar