Kamis, 28 Februari 2013

Terlahir di kota kecil Grobogan, Jawa Tengah ternyata tidak menyurutkan semangat juang Rustono (43) untuk meraih mimpi besarnya. Siapa sangka bila seorang mantan bell boy Hotel Sahid Yogyakarta ini sekarang bisa sukses merintis usaha tempe di negeri sakura (Jepang) serta mendapatkan gelar khusus yakni

Meskipun bisnisnya kini telah berkembang dengan pesat, namun perjalanan suksesnya dalam membangun usaha tempe tidaklah semulus apa yang kita bayangkan. Setelah memutuskan untuk menuntut ilmu di Akademi Perhotelah Sahid pada tahun 1987, Ia kemudian merintis karirnya sebagai seorang bell boy di Hotel Sahid Yogyakarta hingga bertahun-tahun lamanya. Pengalaman inilah yang kemudian mempertemukan Rustono dengan seorang wanita asli Jepang bernama Tsuruko Kuzumoto, yang kini telah dipersunting sebagai istrinya.

Di tahun 1997, Rustono memutuskan untuk hijrah ke Kyoto, Jepang untuk melanjutkan hidup baru bersama istri tercintanya. Dari sinilah perjuangan Rustono mulai dirintis dari awal. Ia bekerja di beberapa perusahaan Jepang mulai dari perusahaan sayur-mayur higga perusahaan roti yang semuanya menuntut ketelitian dan tanggungjawab cukup besar dari para karyawannya. Rustono yang saat itu berprofesi sebagai seorang karyawan, mendapatkan banyak ilmu dari masyarakat di negeri matahari terbit tersebut, baik dari perilaku hidup sehari-hari maupun dari segi etos kerja para karyawan yang relatif cukup tinggi.

Berbekal pengalaman dan pengetahuannya di beberapa sektor industri, hati kecil Rustono mulai terdorong untuk membuka peluang bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya di Negara Jepang. Terinspirasi dari makanan nato (sebangsa makanan dari kedelai yang rasanya sangat khas orang Jepang), ayah dari Noemi Kuzumoto ini mencoba menekuni sektor bisnis makanan dan membuat tempe dengan sedikit pengetahuan yang pernah Ia ketahui.

Proses trial and error Ia jalani kurang lebih selama empat bulan, bahkan Ia rela pulang ke Indonesia selama tiga bulan hanya untuk belajar membuat tempe yang lezat dari 60 pengrajin tempe di seluruh Pulau Jawa. Kuatnya tekad dan semangat Rustono untuk terus belajar memproduksi tempe, akhirnya membuahkah hasil manis sehingga Ia berhasil membuat tempe yang lezat dengan bantuan ragi dari Indonesia, dan memanfaatkan sumber mata air di sekitar kediaman mertuanya.

Setelah berhasil memproduksi tempe dengan sempurna, ternyata masih banyak kendala usaha yang dihadapi oleh Rustono. Salah satunya yaitu mengenai izin produksi di Negara Jepang yang cukup rumit (harus melalui berbagai tahap penelitian dan tes), serta kendala iklim alam yang kurang bersahabat karena memiliki kelembapan udara kurang dari 60%, sehingga proses fermentasi tempe tidak bisa berjalan maksimal tanpa bantuan peralatan khusus yang bisa menjaga kestabilan cuaca.

Semua kendala tersebut dijadikannya sebagai sebuah tantangan baru, hingga pada akhirnya Ia berhasil mengantongi perizinan dari pemerintah setempat dan memasarkan produk tempenya dengan merek Rusto Tempeh yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suasana kehidupan kampung di Pulau Jawa. Dengan memanfaatkan kemasan produk 200 gram, sekarang ini kapasitas produksi Rusto Tempeh bisa mencapai 16.000 bungkus setiap lima hari. Ia memasarkan produk tempenya hampir ke seluruh kota di Jepang, baik di perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan, sekolah-sekolah, hingga ke beberapa rumah sakit di Fukuoka.

Kerja keras dan semangat juang Rustono di negeri sakura, kini telah terbayar dengan keberhasilan usaha tempe yang Ia rintis. Bila dulunya usaha tempe Rustono dijalankan di rumah kecilnya, kini suami Tsuruko Kuzumoto ini telah membangun pabrik tempe di kawasan pinggir hutan yang bermata air dan memanfaatkan lahan seluas 1.000 meter2. Semoga kisah pengusaha sukses dari Grobogan, Jawa Tengah ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh lapisan masyarakat untuk segera memulai usaha.

sumber : blogspot.com
Setiap orang tentu ingin sukses dan menjadi milyader. NAmun ada yang gagal dan juga ada yang berhasil. Nah gimana sih strategi yang diterapkan oleh seseorang agar berhasil menggapai cita-citanya..? Simak rahasia Suryo Sulistyo berikut ini:

Jakarta – Untuk menjadi enterpreneur sukses, ternyata modal bukanlah hal yang paling penting. Menurut Ketua Kadin Kadin Suryo Bambang Sulisto yang terpenting adalah keinginan dan kemauan untuk sukses yang tertanam sebagai mindset dalam otak.

“Kalau ada keinginan seperti itu otak anda akan di-feed sehingga Anda akan dibawa menjadi berhasil. Saya begitu selesai sekolah, sudah ingin jadi orang sukses. Bahkan target 30 tahun saya jadi milyuner. Saya missed 1 tahun, 31 tahun baru jadi milyuner,” ungkapnya saat ditemui di Enterpreneur Summit 2011 di Gedung Smesco.

Suryo pun memberikan beberapa contoh pencapaiannya yang diperoleh karena dimulai dari suatu keinginan. Dulu, waktu kuliah di AS, Suryo yang bekerja sebagai sopir dari seorang lawyer sukses, sempat menginginkan mobil Jaguar milik sang majikan. Begitu sampai di Indonesia, dia berkenalan dengan seorang yang bekerja di Pertamina menawarkan dirinya sebuah mobil Jaguar dengan harga murah.

“Begitu saya impress saya sewaktu-waktu harus miliki mobil ini. Lalu saya bertemu orang Pertamina yang akan diperiksa, terus saya disuruh ambil mobilnya, Jaguar. Saya bilang nggak punya uang, dia bilang ambil saja, saya mampu bayar segini, dia bilang, iya ambil saja,” ceritanya.

Presiden Komisaris PT Bumi Resources Tbk ini pun mengaku dirinya sempat menginginkan punya ladang minyak. Dan pada akhirnya, Suryo berhasil memenangkan tender. Dia juga ingin menjadi duta besar, lalu kesempatan menjadi duta besar itupun datang ketika Presiden Habibie menginginkan ada 7 duta besar keliling yang berasal dari pengusaha. Begitupun dengan keinginannya menjadi Ketum Kadin. Walaupun sempat gagal pada tahun 1994, akhirnya Suryo berhasil menjadi Ketum Kadin pada 2010 lalu.

“Pada 1994 saya kalah, tapi mimpi itu terus ada di saya, akhirnya jadi juga Ketum Kadin,” kenangnya.
Selain keinginan dan kemauan, lanjut Suryo, kunci sukses lainnya adalah menyenangi bidang yang digeluti.
“Anda harus menyukai apa yang Anda lakukan. Kalau tidak senang, itu sulit untuk berhasil,” ujarnya.
Terakhir, Suryo juga menyarankan untuk terus belajar guna mencapai kesuksesan dan memanfaatkan segala peluang, serta terus mencari inovasi
“Proses belajar tidak ada hentinya hingga akhir hayat karena ilmu itu berkembang terus,” imbuh Suryo.

sumber: detikfinance.com
Pak Rojali seorang ayah beranak 5 asal Jakarta yang membuka usaha Toilet Umum disekitar rumah tempat tinggalnya dengan cara mendirikan rumah kontrakan yang tidak ada kamar mandinya dengan alih Toilet Umum sebagai pengganti kamar mandi mereka.

Dengan membuka usaha bisnis seperti itu pk Rojali mengungkapkan untuk kendalanya tidak terlalu berat juga dan malahan menjanjikan keuntungan cukup besar juga, sampai-sampai dia punya niatan untuk membeli suatu lahan besar untuk membuka tempat kontrakan dan tanpa ada kamar mandinya dan mengandalkan toilet umum sebagai salah satu sarana pengganti kamar mandi dirumah-rumah tersebut.

Dari sebuah usaha bisnis tersebut bpk Rojali akan membuka sebuah usaha yang menurutnya besar keuntungannya dan kecil kerugiannya dalam berbisnis bertahun-tahun bpk Rojali membuka usaha tersebut sampe-sampe bisa menyekolahkan anaknya di di Unipersitas Negri yang ada di Indonesia dan dengan lantangnya dia menjawab klo nnt ada kendala masalah dari usaha saya pasti juga ujung-ujungnya masalah penggusuran lahan jadi saya juga dapat pergantian uang penggusuran juga kan.

Saking lamanya bicara sama bpk Rojali akhirnya saya berani menanyakan omset perbulan yang dia dapatkan dari usaha tersebut dan dia menjawab kalo satu bulan saya kurang begitu tau tapi saya lebih sering menghitung perharinya saya dapatkan adalah dari 8 lahan tempat usaha bisnis Toilet Umum yang saya lucuti adalah 5 juta sehari.
Pada awalnya pak Sudarso hanya memiliki lahan tanak 50 X 35 meter dan dia memanfaatkan lahan tersebut tuk membuat pemancingan ikan lele dengan modal sangat minim dan dibantu 2 kedua anaknya dan bpk Sudarso memulai menggali kedalaman lubang tempat pemancingan tersebut akan tetapi Bpk Sudarso membutuhkan waktu yang sangat lama selama 3 bulan dengan tenaga yang sedikit dan modal yang minim.

Selang 3 bulan kemudian bpk Sudarso sdh berhasil membuat lubang pemancingan tersebut dan siap diisi air dan ikan-ikannya selang waktu berganti bpk Sudarso mulai membuka tempat pemancingannya itu dan mulai banyak orang yang berdatangan untuk memancing dengan harga Rp 85,000 bpk Sudarso bisa meraup untung 2X lipat dalam 1 minggu dikarnakan ramai pengunjungnya cuma hari-hari libur saja.

Dan semakin lama semakin ramai tempat pemancingannya dan bpk sudarso mulai memikirkan untuk membeli ikan lele biang 10 pasang yang siap bertelur, tak bisa dipungkiri bpk Sudarso mengalami masalah karna dia tidak punya bakat untuk berternak lele biang lalu iakan-ikannya yang betina mati 7 ekor lalu bpk Sudarso mengeluh dan sedih dengan langkah yang dia ambil.

dengan persediaan ikan dikolammya semakin sedikit bpk Sudarso menghentikan usahanya sementara sambil mencari pinjaman modal untuk membeli ikan lele lagi, setelah agak lama tidak membuka tempat pemancingannya akhirnya masalah terselesaikan ada salah satu pemancing yang seringmancing di tempat itu dan bertanya lalu dia membicarakan permasalahannya lalu sipemancing itu meminjamkan modal untuk bpk Sudarso.

Dan bpk sudarso akhirnya meneruskan usaha bisnisnya dengan dia membeli ikan-ikan lagi dan mengikuti salah satu kegiatan Bisnis Usaha Rakyat dan dia tahu bagaimana caranya untuk menernak ikan lele dan bagaimana untuk mengembangkannya.

Akhirnya ilmu pengetahuan dimiliki dan dia mulai berfikir untuk membuka lahan lagi yang ada di belakan rumahnya sebagai tempat peternakan lele, akhirnya dalam waktu 8 bulan bpk sudarso bisa mengembalikan hutangnya, dan dia ber niat untuk membeli lahan sepetak tanah didaerah Bogor dan Depok.

Kian lama bisnis Pemancingan bpk sudarso semakin dikenal banyak kalangan dari daerah Jakarta dan Bandung, tak lama kemudian bpk Sudarso melihat tempat pemancingannya semakin rame pemancing dan dia mulai membuka usaha bisnis baru yaitu pemasok ikan lele ke warung-warung makan Pecel lele.

Kurang lebih 2 tahun bpk Sudarso baru bisa merasakan berapa besar keuntungannya yang dia dapat dan bapak Sudarso menyadari bahwa dari bisnis usahanya itu dia mendapatkan keuntungan sampai Rp40 juta.

Dari semua yang harus anda ketahui bahwa saya memulai bisnis saya dari rasa yakin dan percaya bahwa saya siap menerima kegagalan jika saya mau menjadi orang sukses dalam bidang saya ini," kata bpk dua anak ini.
Setelah menikah tahun 2004, Selvia Nurlia memutuskan untuk melepas pekerjaannya di salah satu perusahaan swasta, dan fokus mengurus keluarga. Sebagai wanita yang biasa bekerja, Selvia tak mau berdiam diri. la ingin sekali melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Akhirnya, dengan modal kompor minyak hadiah pernikahan, Selvia dan sang suami, Denny Delyandri, memutuskan untuk berjualan kerupuk. Selvia menggoreng, suami yang menjajakan ke rumah-rumah makan di Batam, Riau, tempat mereka berdomisili.

Sebenarnya usaha itu berjalan cukup mulues. Selvia sudah menggaet berbagai restoran yang mau disuplai kerupuk. Namun karena keterbatasan tenaga, usaha ini harus ditutup. Tak mau lama-lama berdiam diri, Selvia mencoba peruntungan di bidang lain. Kali ini ia membuat kue-kue pasar yang dijajakan di kantin-kantin. Lagi-lagi usaha ini gagal karena Selvia tidak sanggup jika semuanya dikerjakan sendiri.

Meski sudah gagal dua kali, Selvia dan sang suami pantang menyerah. Dengan modal pinjaman koperasi, mereka berdua membuka usaha baru, yaitu rumah makan. Namun, kurangnya pengalaman di bisnis ini membuat usaha tersebut tidak berjalan lancar dan harus ditutup. "Untuk menutupi kerugian, kami hars menjual aset-aset rumah makan itu," kenang Selvia.

Selanjutnya wanita kelahiran Tanjung Uban,11 Agustus 1980 ini menjajal peluang usaha di bidang EO (event organizer). Untuk memperluas wawasan, ia mencari berbagai informasi lewat internet. Salah satu acara yang diselenggarakan adalah seminar wirausaha dengan mendatangkan beberapa pakar wirausaha. Namun, karena pesertanya tidak sesuai harapan, mereka harus menanggung rugi.

Resep dari nenek
Setelah beberapa kali mengalami jatuh bangun, Selvia masih berupaya untuk membuka bisnis. Setelah mencari-cari ide, akhirnya ia memutuskan untuk berjualan cake pisang. Resepnya ia dapat dari sang nenek.

"Di keluarga besar saya, cake pisang buatan nenek sangat digemari. Saya pikir, kalau pun kuenya tidak laku, tetap bisa saya makan atau dibagikan ke tetangga. Jadi, tidak rugi-rugi amat, kan?" cerita wanita asal Sumatra Barat ini.

Saat memulai bisnis, Selvia hanya menggunakan peralatan sederhana yang sudah dimilikinya, seperti oven dan beberapa loyang. Cake pisang yang sudah jadi kemudian dikemas dalam kardus dan dijajakan ke karyawan-karyawan yang bekerja di dekat kediaman Selvia. Satu dus dihargai Rp 3.000.

Ternyata usaha cake pisang ini mendapat respons yang baik. Selvia pun akhirnya mempekerjakan beberapa karyawan untuk membantunya. Daerah pemasarannya beragam, mulai dari pasar tradisional, warung, sampai toko-toko kue yang ada di Batam. Dari hari ke hari perkembangannya sangat positif. Dari tiga loyang sehari, penjualan cake pisang meningkat hingga berkali-kali lipat.

Oleh-oleh kota Batam
Suatu hari Selvia mendapatkan pesanan dari seorang teman asal Medan yang berkunjung ke kota Batam. Teman tersebut ingin dibuatkan cake pisang dengan jumlah yang cukup banyak untuk dibawa ke Medan sebagai oleh-oleh. Permintaan itu membawa ide segar bagi Selvia. "Saya lihat saat itu belum ada oleh-oleh khas Batam. Padahal setiap daerah di Indonesia punya oleh-oleh khas," tutur ibu dari Faza, Fatanurahman, dan Fahira ini.

Tahun 2007 mulailah Selvia bersama suaminya giat mempromosikan cake pisang dengan label Kek Pisang Villa ini sebagai oleh-oleh khas Batam. Nama Villa sendiri diambil dari nama kawasan toko yang disewanya untuk menjual cake pisang. Media promosi yang digunakan sangat beragam, seperti brosur, situs, billboard, dan media sosial.

Selvia juga gencar memperkenalkan Kek Pisang Villa pada lembaga-lembaga pemerintah kota Batam untuk mendapat dukungan. Jika ada kegiatan di Polda Batam atau Walikota, Selvia selalu menyumbangkan cake buatannya. Alhasil, cake pisang buatannya jadi dikenal sebagai oleh-oleh kota Batam.

Seiring dengan semakin dikenalnya Kek Pisang Villa, banyak orang yang tertarik untuk bermitra dan membuka cabang. Sampai saat ini, cake pisang sudah ada di tujuh cabang. "Saya menetapkan bahwa setiap mitra hanya boleh membuka cabang di daerah Batam. Dengan begitu, cake ini benar-benar bisa menjadi oleh-oleh khas," jelas Selvia.

Sempat diprotes
Meski sukses, bukan berarti usaha yang dibangun Selvia tanpa rintangan. Saat sedang gencar-gencarnya mengampanyekan cake pisang sebagai oleh-oleh khas Batam, ia banyak menerima protes dari masyarakat kota tersebut. "Banyak yang protes karena merasa cake pisang bukanlah penganan asli leluhur di Batam. Tapi saya tetap tidak goyah. Toh bika ambon juga aslinya bukan dari Medan, namun bisa dijadikan oleholeh khas Medan," jelas Selvia.

Kegigihannya menciptakan oleh-oleh khas Batam menuai hasil manis. Ia mendapat apresiasi dari walikota Batam. Media-media setempat pun selalu meliput
usahanya. Kesuksesan itu tidak membuat Selvia puas diri. Ia terus mengembangkan usaha, antara lain dengan menciptakan berbagai varian rasa cake pisang seperti mixed fruit, blueberry, keju pandan, dan moka. Produk Kek Pisang Villa ini dijual mulai harga Rp 35.00 per loyang. Ia juga tengah berinovasi dengan membuat brownies dan kue-kue lain.

Kini Selvia sudah memiliki 85 karyawan yang bekerja di pabrik khusus pembuatan cake pisan. Sehari ada 2.000 loyang yang laris terjual. Gerai yang menjual cake ini memang hanya ada di Batam, tapi kelezatannya bisa dinikmati di seluruh daerah. "Saya ingin oleh-oleh khas Batam ini bisa dinikmati siapa saja. Karena itu, saya menyediakan layanan pesan antar ke berbagai wilayah di Indonesia.

sumber : kompas.com
Dongeng ini begitu membekas pada ibu dua anak dari perkawinannya dengan Prof. Djokosoetono itu, yang kini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan dalam kompleks Universitas Indonesia, tempatnya mengabdi.

Dari segi bisnis, kehidupan keluarga Mutiara dimulai saat suaminya meninggal. Satu buah bemo yang dimiliki dan dikemudikan Chandra Soeharto, putra pertamanya, ikut menjadi penopang perekonomian keluarga. Purnomo, adik Chandra yang tidak memiliki surat izin mengemudi, bertugas sebagai asisten alias kondektur.

Mutiara mulai masuk ke bisnis taksi setelah dapat hadiah dua mobil dari polisi dan tentara, sebagai jasa atas pengabdian sang suami yang meninggal tahun 1965. Berhubung yang selalu menyopiri adalah Chandra, maka nama yang dikenal pun Chandra Taksi.

Izin sebagai perusahaan taksi, diperoleh Mutiara era Gubernur Ali Sadikin (alm) memimpin Jakarta, pada tahun 1971. Sempat tidak diberikan izin lantaran belum berpengalaman, membuat wanita kelahiran Malang, Jawa Timur itu makin kreatif. Para penumpang Chandra Taksi dimintai rekomendasi layanan mereka, kemudian diajukan ke Gubernur. Hasilnya: izin pun keluar.

selamat jalan bemo. Karena setahun setelah Blue Bird berdiri, 25 taksi langsung dieperasikan. Mobil-mobil yang digunakan adalah buah kepercayaan para istri mantan pejuang terhadap Mutiara. Ini, armadanya sudah mencapai 21 ribu taksi.

Bisnisnya pun melebar hingga ke angkutan kontainer. Namun yang pasti, tetap konsisten di jalur transportasi darat yang setiap bulan melayani 8,5 juta penumpang. (sumber: plasadana.com)

Itulah sebuah kisah pengusaha sukses yang didapat oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Walaupun tanpa kehadiran seorang suami, namun semangat bisnisnya tidak pernah pudar, sekalipun dirinya tidak tahu sama sekali mengenai dunia bisnis.  Dengan hanya berbekal keinginan yang kuat untuk menghidupi anaknya, akhirnya ia mampu untuk meraih segala cita-citanya.

Cermin perjalanan seorang Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono tampaknya patut dicontoh dan diterapkan dalam menjalankan usaha. Keberhasilan itu semua tak lepas dari kerja keras, optimisme yang yang tinggi, dan kecintaannya terhadap pekerjaan. Teruslah melaju Blue Bird Group agar menjadi perusahaan paling terdepan di garda bisnis transportasi Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah semangat anda, salam sukses luar biasa.

sumber :  blogspot.com
Hidup adalah ibadah. Ungkapan ini sering keluar dari mulut orang yang sudah sukses dan tinggal mengenyam hasil jerih payahnya selama ini. Kalimat itu pula yang terucap dari bibir Yusuf Zainal Abidin, ketika ditanya apa kunci sukses berbisnis.

Pria berusia 41 tahun ini punya keyakinan bahwa dengan usaha yang disokong doa, niscaya usaha apa pun akan menuai hasil memuaskan. Keyakinan ini mengantarkan Yusuf menjadi seorang perajin kerupuk cukup mentereng di Indramayu, Jawa Barat.

Memakai merek usaha Rajawali, Yusuf membuat aneka rasa kerupuk, seperti rasa udang, ikan, bawang, jengkol, cumi-cumi, dan rasa pedas. Ia secara rutin memasok ke beberapa distributor di Tangerang, Bogor, Cilegon, Sukabumi, Cianjur, Karawang, Purwakarta, dan Jakarta.
Saat ini, Yusuf mempekerjakan sekitar 40 karyawan. Tiap hari, ia mampu memproduksi hingga 2,2 ton kerupuk atau senilai Rp 13,2 juta.

Bayangkan, betapa besar omzet suami Umiyati ini per bulan. Omzet ini bisa melonjak sampai tiga kali lipat saat menjelang bulan puasa. "Saga mengambil margin 20 persen," ungkapnya.
Usaha kerupuk yang berawal dari dapur rumah Yusuf ini telah menjelma menjadi pabrik produksi seluas hampir satu hektar. Kini, Yusuf sudah menggunakan peralatan modern seperti ketel uap untuk merebus dari mengolah kerupuk. Yusuf membeli ketel uap itu tahun 2006 dengan harga Rp 60 juta.
Investasi Yusuf dalam peralatan sebentar lagi semakin lengkap dengan pengadaan oven raksasa. Kata Yusuf, harga alat ini sekitar Rp 20 juta per unit. Masih ada aset lain seperti mobil angkut. Saat ini, ia memiliki mobil Mitsubishi T120 buat mendistribusikan hasil produksinya.

Layaknya pepatah padi yang semakin tua dan berisi justru semakin menunduk, begitu pula karakter Yusuf. Meski sudah sukses, ia enggan disebut pengusaha sukses. "Saya belum layak disebut pengusaha sukses," ungkapnya merendah.

Pria yang hobi membaca Al Quran dan jalan-jalan ini memposisikan dirinya tak lebih sekadar mendapat limpahan rahmat dari Yang Maha Esa. Namun, di balik kenikmatan itu, alumni Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri Indramayu ini sempat memendam kekecewaan mendalam
 
sumber :  .kompas.com
Pada 2009 ia pun mulai mengembangkan kue bingka bakar. Di bawah bendera usaha Kue Bingka Bakar Nay@adam, ia memproduksi kue bingka bakar sebanyak 11.000 loyang setiap hari. Dengan harga jual Rp 20.000 per loyang, omzetnya dalam sebulan mencapai ratusan juta rupiah. “Alhamdulillah cukup untuk menghidupi keluarga dan sekitar 60 karyawan,” katanya.

Berkat kerja kerasnya, kue bingka kini sudah menjadi salah satu jajanan khas Kota Batam. Banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang membeli kue bingka. "Sekarang kue bingka sudah lumayan dikenal hingga ke luar Batam," katanya.

Popularitas kue ini bahkan sudah sampai di Singapura. Selain dibawa turis Singapura yang melancong ke Batam, ia juga pernah memperkenalkan langsung kue ini dengan mengikuti pameran kuliner di Negeri Singa tersebut.Produk kue bingka buatannya bisa diterima pasar karena sudah dimodifikasi sesuai dengan selera masyarakat modern. Aslinya, kue berbahan baku santan yang dibuat berbentuk bunga matahari segi delapan ini hanya memiliki satu varian rasa. Yakni, rasa pandan yang dibuat manis dan paling lama tahan satu hari.

Tapi, di tangannya, kue bingka kini hadir dengan 12 varian rasa, seperti keju, stroberi, buah naga, kiwi, wijen, durian, mochacino, hingga blueberry. Dengan pilihan rasa yang kian variatif, kue bingka kini semakin diterima pasar. Padahal sebelumnya, kue ini hampir punah. Kalaupun ada, paling hanya dijual di pasar-pasar tradisional. "Saya bereksperimen mengembangkan varian rasa kue ini dengan dibantu keluarga," ujarnya.

Selain kue bingka, ia juga memproduksi makanan khas daerah Batam lainnya. Di antaranya kek, sejenis kue blackforest tapi berbahan dasar pisang. Ia berharap, semua kue buatannya tetap bisa menjadi rujukan oleh-oleh khas Batam bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Berkat usahanya ini, ia pun diganjar sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya adalah pemenang terbaik 1 Wirausaha Muda Mandiri Bidang Usaha Boga Mandiri 2010, UMKM Kreatif versi Kadin Provinsi Kepulauan Riau 2010, The Best Entrepreneur of The Years 2011 oleh Indonesia Community Center. Prestasi lain yang didapatnya adalah The Indonesian Small & Medium Business & Entrepreneur Award (ISMBEA) 2012.

Sukses yang diraih Rosnendya Wisnu Wardhana tidak didapat dalam waktu sekejap. Perlu waktu dan kerja keras agar bisa sukses seperti sekarang. Beberapa kali, ia mengalami jatuh bangun dalam menjalankan usaha.  Sebelum merintis usaha Kue Bingka Bakar Nay@dam, Wisnu pernah mencoba menjalankan usaha cuci motor dan mobil, cuci helm, hingga membuka gerai angkringan. "Karena pengelolaannya tidak fokus, Alhamdulillah semua usaha ini akhirnya tutup," ujarnya.

Tetapi, hal itu tidak membuatnya putus asa. Belajar dari pengalaman, ia mencoba bangkit kembali dan fokus di satu jenis usaha.

Hal itulah yang dilakukannya saat merintis usaha pembuatan kue khas Batam, seperti kue bingka dan kue bilis. Ia merintis usaha ini di awal tahun 2009 dengan modal awal Rp 5 juta. Modal yang tak seberapa itu dipakainya buat membeli bahan baku, mixer, dan Loyang cetakan kue.  Sisanya dipakai buat menyewa sebuah konter berukuran 2x3 meter di kawasan Pasar Mega Legenda, Batam. Ia sengaja memilih konter terkecil karena modalnya sudah habis buat yang lain. "Karena konter kecil biaya sewanya hanya sekitar Rp 390.000 per bulan," ujarnya.

Awalnya, ia hanya menjual aneka jajanan pasar, seperti kerupuk ikan, keripik talas, hingga keladi pedas. Berbagai camilan itu cukup sering dijual di pasar-pasar Batam saat itu. Setelah hampir dua bulan berjalan, ia kemudian memutuskan untuk membuat kue bingka bakar. Di awal-awal berjualan, kuenya belum begitu laris. Dalam sehari paling hanya 15 loyang kue bingka yang laku terjual. "Saya ingat saat itu harganya Rp 8.000 per loyang," ujarnya.

Namun, saat itu, ia sudah bertekad ingin menjadikan kue bingka bakar sebagai oleh-oleh khas Batam. Ia pun gencar memasarkan produknya ke sejumlah acara, baik di tingkat kelurahan, kecamatan, atau provinsi. Seperti acara penyuluhan keluarga berencana maupun perhelatan mushabaqoh tilawatil quran (MTQ) tingkat provinsi.  Lambat laun, upayanya itu mulai membuahkan hasil. Pada Agustus 2009, Pemerintah Kota Batam mengajaknya untuk ikut serta dalam acara Asia Food Festival di Singapura. Setelah mengikuti acara itu, kue buatannya semakin dikenal masyarakat, baik warga Batam maupun wisatawan yang datang.

Ia mengaku, saat itu masih minder bila ada wisatawan yang mendatangi gerainya. "Karena masih kecil sekali, seperti konter pulsa begitu kok," katanya.

Baru di tahun 2010, ia memindahkan lokasi usahanya ke sebuah ruko yang lebih luas. Selain luas, lokasi baru ini juga lebih rapi dan bersih. Setelah pindah ke ruko inilah usahanya semakin berkembang.  Namun, butuh perjuangan bagi Wisnu untuk memindahkan usahanya ke ruko tersebut. Soalnya, ruko itu dibeli dengan cara mencari pinjaman ke bank. Untuk keperluan itu, ia terpaksa menjaminkan surat keputusan (SK) pengangkatan pegawai negeri sipil (PNS) milik istrinya ke bank tersebut.
Maklum, mengandalkan omzetnya dari berjualan di pasar belum cukup. "Saat itu omzet bulanan saya rata-rata masih sekitar Rp 5 juta per bulan," ujarnya.
Tapi, semua upayanya itu tidak sisa-sia. Dengan menempati ruko, makin banyak pelanggan yang percaya dengan kualitas produknya. Selain warga Batam sendiri, banyak wisatawan asing dan lokal yang membeli penganan khas Batam hasil karyanya ini. "Kalau dulu takut ada wisatawan yang datang karena gerai -nya kecil , sekarang malah sangat berharap makin banyak wisatawan yang datang," ujarnya.
Saat ini, kue bingka buatannya sudah menjadi salah satu jajanan khas Kota Batam. Jumlah gerainya juga terus bertambah. Sampai saat ini, sudah ada enam gerai Kue Bingka Bakar Nay@adam miliknya di Kota Batam.
Untuk membesarkan usahanya, ia juga menggandeng pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Batam. Para pelaku UKM tersebut diberi kesempatan untuk menitip jual makanan, minuman, serta aneka produk kerajinan lainnya di gerai -gerai miliknya. Alhasil, gerai Nay@dam pun kini makin semarak. Selain makanan, juga ada aneka suvenir seperti kaos dan gantungan kunci khas Batam. "Saya berharap, ada sesuatu yang bisa dijadikan kenang-kenangan setelah seseorang berkunjung ke Batam," ujarnya.
Melalui usahanya itu, Wisnu memang berharap bisa turut membantu mengembangkan pelaku usaha lain. Terutama mereka yang aktivitas produksinya terkait dengan pernak-pernik khas Batam. Kendati sudah sukses, Wisnu masih tetap ingin membesarkan usahanya tersebut. Salah satu keinginannya adalah membuka gerai di luar Kota Batam, termasuk Jakarta.
Selain untuk bisnis, gerai tersebut diharapkan bisa ikut mempromosikan Batam. "Cita-cita sih ingin membuka gerai di Jakarta, rencananya di tahun ini," ucapnya.
Ia juga mengaku, sudah banyak pihak yang memintanya menawarkan kerja sama waralaba. Namun, ia belum mau memenuhi permintaan tersebut. "Kalau business opportunity mungkin masih bisa ya," katanya ayah dari dua orang anak ini
 
sumber :  kompas.com
Hari Minggu, seperti biasa saya menikmati pagi dengan membaca Kompas Minggu. Alangkah terkejutnya saya, saat melihat headline-nya. Ada nama dan foto sahabat saya disana, lengkap dengan liputan usaha rendang yang digelutinya beberapa tahun terakhir.
Kompas cetak edisi Minggu, 25 September 2011, kemarin meliput usaha rendang. Makanan yang oleh CNN-go ditetapkan dalam urutan ke 11 dari 50 jajaran kuliner yang digemari dan paling enak sedunia. Disukai hingga ke mancanegara.

Sejak 6 tahun terakhir, sahabat dekat saya semasa SMA ini memang menggeluti bisnis kuliner khas Sumatera Barat. Ia wanita berdarah minang asli, tepatnya berasal dari Payakumbuh. Reno Andam Surinamanya. Bisnisnya bermula dari parsel rendang yang dikirim untuk keluarga dan kerabatnya. Tak disangka, parsel rendangnya digemari kerabatnya. Tak hanya segi rasa. Tapi juga kemasannya.
Kemasan rendang yang dibuatnya terkesan mewah. Dikemas dalam toples-toples cantik dan kantong kertasyang unik dan menawan. Tak heran, mengingat sejak dulu saya mengenalnya, ia memang sangat kreatif dalam urusan disain seperti ini. Hingga, karena minatnya didunia desain, ia juga menimba ilmu pada jurusan desain grafis universitas Trisakti.

Teringat beberapa waktu lalu, saat saya bertemu dengannya dan berbincang tentang bisnisnya ini, saya menyarankannya untuk meluaskan distribusi usahanya dengan membuat fanspage di Facebook. Saat itu, dengan santai dia menjawab, tidak terlalu mengejar omset berlebih. Alasannya, ia tak ingin produksi rendangnya kehilangan “feel” cita rasa keotentikannya, karena diproduksi massal. Ia sangat menjaga itu.

Selain itu, ia sudah cukup bahagia dan menikmati hidupnya. Terlebih saat usaha yang dibangunnya bermanfaat bagi orang banyak. Karena ia mempekerjakan masyarakat sekitar dalam melakoni usahanya tersebut. Ia berbagi rizki dengan ibu-ibu tetangga dekatnya yang membantu mengaduk rendang. Tukang ojek yang mengantar pesanan rendangnya. Dan juga tukang becak yang mengantar kayu bakarnya. Dengan begitu ada nilai berkah yang dikejarnya.

Bisnis rendangnya kini berkibar. Tak hanya di pasar dalam negeri. Bahkan banyak dipesan pelanggannya untuk dibawa ke mancanegara, menjadi kuliner pengobat rindu bagi warganegara Indonesia yang tinggal di luar negeri.

Rendangnya juga digemari sebagai bekal mereka yang pergi berhaji. Karena dia inovatif dalam mengemas produknya. Ia membuat kemasan rendang siap bawa menggunakan kemasan kedap udara. Ia juga membuat kemasan individual pack, yang sangat praktis. Dimana satu paketnya hanya berisi 2 potong rendang. Kemasan sekali makan habis. Ini dimaksudkan agar tidak berantakan dalam menyantapnya. Jadi simple, higienis dan tidak kotor. Dan berkat inovasi kemasan rendangnya ini juga, ia berhasil menjadi salah satu pemenang penghargaan Wanita Dan Wirausaha Femina 2009.
Ucapan selamat segera saya luncurkan melalui pesan BBM. Bersiaplah menjelang sukses besarmu teman….

sumber :  kompas.com
Menjijikkan tapi menguntungkan. Begitulah slogan Midin Muhidin, pengusaha dari Depok, Jawa Barat, dalam mengibarkan usaha lintahnya. Di tangannya, binatang penghisap darah ini justru membawa berkah dan rezeki. Baru setahun lebih usahanya berjalan, ia sudah bisa mengantongi omzet hingga Rp 120 juta per bulan.

Sebelum memulai bisnis lintah, Midin Muhidin adalah seorang karyawan di semuah perusahaan perakitan pompa minyak dan gas dengan jabatan document controller and HSE safety. Bosan menyandang status karyawan kantoran dengan rutinitas jam kantor dan penghasilan pas-pasan selama tujuh tahun, ia pun memutuskan untuk berwiraswasta.

Midin lantas meninggalkan pekerjaannya. "Dengan jam kerja yang fleksibel, membuat saya punya lebih banyak waktu luang bagi diri sendiri," kata Midin. Pria kelahiran 15 Juli 1972 ini kemudian berburu informasi mengenai komoditas yang paling menguntungkan untuk dibudidayakan. Sampai suatu ketika, Midin melihat peluang usaha lintah secara kebetulan.

Ceritanya, saat itu, dia mengantarkan orang tua angkatnya yang sakit stroke stadium tiga untuk terapi lintah di Depok. "Ajaib, setelah dua kali terapi, orang tua saya menunjukkan perubahan yang signifikan, hampir sembuh total dan bisa berjalan lagi," ujar Midin.

Sejak itu, ia mulai yakin khasiat terapi lintah. Dari hasil ngobrol sana-sini dengan banyak terapis lintah, ternyata mereka selama ini kesulitan mencari binatang penyedot darah itu karena pemasoknya masih jarang. Apalagi yang membudidayakan sendiri. "Saya pikir, ini peluang bisnis yang sangat bagus," kata Midin.

Akhirnya, Midin memulai usaha pada September 2009 dengan modal Rp 10 juta. Ia memakai dana ini untuk biaya renovasi lahan dan pembelian 500 indukan lintah seharga Rp 1,5 juta. Dia pun membangun badan usaha CV Enha Farm untuk peternakan lintahnya.
Beruntung, lahan budidaya lintah yang ia pakai seluas kurang dari satu hektare di daerah Limo, Depok milik saudaranya. Jadi, Midin tidak perlu membayar sewa. "Saya hanya menumpang lahan," ungkap dia.

Di awal-awal usaha, teman-temannya banyak meragukan keberhasilan budidaya lintah. "Bisnis lintah saat itu masih tergolong asing dan terapi lintah ketika itu juga belum banyak yang tahu," imbuhnya.
Tetapi, Midin jalan terus sambil mempelajari manfaat lintah sebagai alat terapi dari bermacam referensi secara otodidak. Hasilnya, terapi lintah ternyata sudah sangat populer dalam dunia kedokteran di pelbagai negara, seperti Rusia, China, Jerman, dan Prancis. Bahkan, menurutnya, bangsa Mesir kuno sudah mempraktekkan pengobatan alami ini. Fungsi lintah untuk mengisap darah kotor yang ada di dalam tubuh manusia. Itu sebabnya, terapi lintah bisa mengobati bermacam penyakit termasuk diabetes dan stroke. Saat lintah menyedot darah kotor, binatang tersebut juga melepas zat hirudinnya yang berfungsi sebagai antikoagulan yang dapat mencegah penggumpalan darah.

Tapi, tak sembarang lintah bisa dipakai untuk terapi. Hanya lintah jenis Hirudo medicinalis atau Hirudo spinalis yang bisa digunakan sebagai sarana terapi. Di Indonesia, lintah ini dikenal dengan nama lintah kerbau. Lintah kerbau hanya hidup di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Makanya, negara-negara barat selalu mencari lintah kerbau ke tiga negara tersebut dengan jumlah permintaan yang tinggi. "Thailand dan Malaysia sudah lebih dulu mengekspor lintah," tutur Midin.

Menurut Midin, budidaya lintah cukup mudah lantaran tidak membutuhkan lahan yang luas. Biaya budidaya pun sangat murah. Ia bisa menampung sekitar 1.000 ekor lintah dalam satu bak berukuran 2x3 meter hanya dengan memberi pompa oksigen. Air diganti setiap dua pekan sekali. Risiko paling besar hanya polutan seperti asap rokok yang mampu menimbulkan risiko kematian si lintah.

Pakan lintah antara lain belut hidup. Lintah menghisap darah belut saban dua pekan. Perhitungannya, 20.000 lintah butuh 4 kilogram belut yang harga sekilonya Rp 52.000. Pembiakan hewan hermaprodit ini gampang saja, karena cepat berkembang biak. Alhasil, dua bulan pertama mengawali usaha, Midin sudah mendapatkan banyak lintah. Panen pertama, dia meraih omzet Rp 50 juta

sumber :  kompas.com
Kisah inspiratif Balamurukan Kuppusamy membuat masyarakat Singapura mengacungkan jempol. Dalam waktu lebih kurang setengah tahun, Balamurukan "mengubah jati dirinya" dari narapidana menjadi pengusaha kedai makanan India yang sukses.

Dinginnya hotel prodeo bukanlah sesuatu yang asing bagi pria berumur 41 itu. Dia sudah tiga kali masuk keluar penjara. Total satu dekade terakhir Balamurukan habiskan waktunya di balik di jeruji besi karena serangkaian tindak kriminal.

Ketika kembali keluar, pada Mei tahun lalu, ayah dari seorang putra berumur 8 tahun itu merasakan hidupnya gelap, tak menentu. Dia bingung, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Pada masa-masa sulit itu, lembaga Industrial and Services Cooperative Society (Iscos), muncul dan menjadi malaikat penyelamatnya. Iscos, organisasi sosial yang membantu rehabilitasi mantan napi untuk kembali berintegrasi dengan masyarakat kemudian memperkenalkan Balamurukan ke Dr Leong Kaiwen.
Profesor Ekonomi di NTU itu kemudian menjadi mentor Balamurukan yang tertarik untuk membuka usaha makanan. Dr Leong yang memimpin lembaga non-profit bernama Princenton Mind kemudian memfasilitasi Balamurukan mengikuti sejumlah program pelatihan untuk membekali dia dengan lebih banyak ilmu mengenai usaha kuliner.

Dengan bantuan Dr Leong, Balamurukan berhasil menemukan lokasi yang sesuai di Bukitu Batok dan mendapat pinjaman lunak dari perusahaan yang memfasilitasi usaha kecil dan menengah.
Saat ini, kedai makanan yang dibukanya sukses besar. Bakat memasak yang dimilikinya sejak muda benar-benar dimaksimalkan. Antrean panjang selalu terjadi setiap jam makan siang di kedainya.
"Saya sangat bersyukur dengan perubahan luar biasa dalam hidup, memulai hidup baru yang penuh harapan" tuturnya. Dibantu istri dan ibunya, dia berencana memperluas usahanya dengan membuka kedai makanan Western dalam beberapa bulan ke depan.

sumber :  kompas.com
Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.


Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.

Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.

Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.

Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.

Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).

Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.

sumber : blogspot.com

Rabu, 27 Februari 2013

Bill Gates lahir pada tahun 1955, ketertarikannya pada dunia komputer diawali ketika usianya beranjak 13 tahun yaitu pada tahun 1968. Ketika belum banyak orang tahu tentang dunia programming Bill Gates lebih dahulu mempelajarinya. Awalnya ia hanya belajar di laboratorium komputer yang ada di sekolahnya karena pada waktu itu harga komputer sangatlah mahal.

2. Semangat dan berkomitmen.
Bill sangat bersemangat mempelajari dunia komputer. Dia bahkan menghabiskan hari-harinya hanya untuk mempelajari program-program atau perangkat lunak komputer. Siang dan malam ia habiskan waktu hanya untuk belajar komputer. Semangatnya begitu luar biasa. Ia percaya bahwa suatu saat ia akan mendapatkan apa yang telah di usahakan.

3. Mempunyai Jiwa Enterpreneur
Bill memulai kulaihnya di Universitas Harvard pada tahun 1973 namun ia memutuskan berhenti dari kuliahnya bukan karena ia orang yang bodoh atau pun kurang biaya, tetapi ia ingin serius menekuni bisnis bersama temannya Paul Allen di Microsoft Corporation. Konon ia menjadikan bagasi sebagai tempat penelitian bisnisnya.
4. Mempunyai Daya Cipta yang Berguna.
Sejak masih duduk di bangku kuliah Bill dan kawan-kawan sudah membentuk sebuah tim programmer yang disebut Lakeside Programmer. Dia berambisi bisa masuk di Perusahaan Pusat Komputer dan terbukti karena kerja keras timnya, ia di undang oleh perusahaan supaya mengidentifikasi bug dan masalah komputer lainnya. Mereka juga mendapat penghasilan dari royalti penjualan software. Bill dan Allen juga berjasa menciptakan sebuah program untuk mengatur lalu lintas dan dari sana ia mendapatkan kocek $20.000. Dan yang paling terkenal adalah sebuah operasi sistem Windows yang sekarang sudah digunakan oleh hampir dua per tiga penduduk dunia.

5. Suka memberi dan peduli orang lain.
Ternyata walaupun dia orang kaya namun hatinya seperti malaikat. Bill Gates sangat senang berbagi kepada orang lain. Konon sebenarnya ia sudah tidak memperdulikan lagi tentang kedudukannya sebagai orang terkaya di dunia. Alih-alih menumpuk kekayaan ia justru berniat mengedarkan kembali uang yang ia punya kepada masyarakat. Ia dan isterinya mendirikan  Bill and Melinda Gates Foundation untuk menyalurkan kepeduliannya terhadap sesama.

Sumber :  blogspot.com
Muhamad Firdaus seorang pedagang herbal dan pembisnis bengkel sekaligus deler motor yang sukses dengan menerapkan cara bisnis isalam ( Saudagar ) awal mulanya Daus ( Panggilanya akrabnya ) hanya seorang anak yang tumbuh biasa sama halnya dengan anak yang lainnya akan tetapi daus mempunyai ciri hal yang berbeda sejak kecil dia sudah diterapkan ilmu agama dari ayahnya.

Tak lama kemudian Daus lulus SMU dan melamar kerja di salah satu Universitas sebagai OB dan dia bekerja tidak lama cuma 2tahun dan dia memundurkan diri dari pekerjaannya tersebut cuma gara-gara suruh potong janggutnya.

Dan dia keluar dari pekerjaannya dan dia mulai pusing memikirkan mau mencari pekerjaan dimana yang menerima karyawan berjanggut setelah 2 bulannan kirannya dia sudah melamar sana sini tidak ada kabar lagi.

Dan dia memutuskan untuk berdagang buku dengan temannya,hari kehari, minggu keminggu sampai tahun ketahun dia memutuskan untuk buka usaha sendiri tetapi bukan usaha menjual buku tetapi usaha obat herbal yang dia lucuti dengan berjalan kurun waktu dia mengalami kesusahan usaha dengan kalahsaing dengan agen- agen toko herbal yang ada.

Tetapi dia tidak pantang menyerah begitu aja dan dia mulai aktif pada pengajian dan bersamaan itu pula dia menemukan reseller obat terbesar disemarang dan dia ditawarkan untuk kerja sama dengan dia untuk memasarkan obat herbalnya didaerah semarang.

seiring dengan berjalannya waktu dan tawaran demi tawaran dari reseller Semarang dari awalnya pesanan 1 bulan hanya 500 botol sampai 4000 botol perbulan dan juga dengan usaha bisnisnya yang semakin berkembang dia memutuskan untuk mencari teman hidup dan tidak lama kemudian dia mendapatkan teman hidup seorang wanita asal Kalimantan. 

Dan dia mulai mengembangkan usaha herbalnya dan muncullah ide baru yang memajukan motifasi dia untuk memanfaatkan lahan dengan membuka usaha bengkel motor dan toko herbal di Kalimantan selang berganti dia memberanikan untuk mengembangkan bisnis dengan menambah deller motor,usahanya semakin ramai dengan keadaan usaha bengkel yang jarang dan jaraknya pula berjauhan.

Setelah 2 tahun berjalan Daus berinisiatif membuka bisnis bengkel, deller motor dan herbalnya di Jakarta dan memulai mencari pegawai yang untuk membantunya dalam bekerja, bisnisanya kian maju dan mulai berkembang dan saat ini Daus mendapatkan omset Rp 25 juta perhari.

Alhamdullilah saya menumbuhkan cara ber bisnis dengan cara saudagar muslim dan menumbuhkan rasa percaya bahwa kalau ada kemauan insya allah ada jalan dan kesuksesan akan mudah diraih.
Pada awalnya Solihin hanya seorang penjual pempek biasa sehari harinya berliling dari tempat kesatu tempat dari sekolah ke sekolahan lain dan dari kegigihannya siapa disangka solihin dibalik dari kemauannya untuk usaha dia telah memikirkan kenapa Pk yos ( Pemilik Pempek Solihin bekerja ) bisa membuka usaha sedangkan saya tidak akhirnya solihin mengumpulkan uang untuk membuat sebuah gerobak untuk berjualan pempek miliknya.

Dan pada akhir tahun 2000 dia beranikan diri ke Jakarta untuk membuka usaha sebuah pempek tetapi apa yang dipikirkannya tidak semudah dengan fikirannya dia mengalami kesulitan dari tingkat tempat tinggal sampai tempat wilayah yang akan dia berdagang selalu ada kendalanya.

Akhirnya dia bertemu dengan salah satu kerabatnya dari kampung yang berjualan gorengan dan akhirnya kesulitan teratasi dan dari tempat kosan yang kecil dia memulai usaha pempeknya dan mulai membangun gerobaknya.

Pada awal Solihin berdagang dia kesulitan tentang lokasi dagangnya dia sampai-sampai nyasar disuatu tempat yang asing baginya dan pada akhirnya keajaiban datang disitu lah dia dia menemukan ide tuk membuka sebuah tempat netap karna pada dia nyasar dengan dagangan masih banyak nah disitulah tempat berkumpulnya anak-anak komunitas.

Setelah pempeknya laku ditempat itu solihin mulai ingin membuat gerobak baru untuk memperluas lokasi bisnis dagangnya diJakarta dan kesusahan melanda solihin dengan upaya untuk mencari pegawai baru untuk menjalankan usaha pempeknya dengan gerobak barunya itu.

Tidak kesengajaan terjadi ada seseorang menghampiri dia meminta bantuan agar dia mau memperkerjakannya di tempat pempeknya itu tetapi solihin menolaknya dan menawarkan dia mau membawa gerobak pempeknya dengan syarat tinggal bersamanya di kosannya itu 
.
Dan orang itu menolaknya akan tetapi dia punya tempat tinggal dan tidak mau tinggal bersama solihin, selang waktu pembicaraannya yang lama solihin akhirnya meminta untuk diantarkan kerumahnya untuk melihat rumahnya, ternyata rumahnya tempatnya cukup memadai dan akhirnya dia membuka pempek ditempat tersebut.

Setelah kurun waktu 2 tahun dia dia sudah bisa mempunyai 17 gerobak dan sudah mulai memikirkan ingin mempunyai tempat tinggal dan menambah relasi baru seperti menerima pesanan krtring.

Berbagai kendala sudah dia hadapi masalah juga terselesaikan,tetapi tingkat kemauan dan ke gigihannya yang tidak akan pudar,"kata solihin
Pada usia 22 tahun beliau berusaha mencari kerjaan di Jakarta dan tak lama kemudian ia menerima panggilan di salah satu perusahaan sabun sebagai seorang salesman. Sambil bekerja menjadi seorang sales beliau mengisi waktu lowong dengan berlatih kungfu. Baginya, kungfu bukan sekedar bela diri akan tetapi ada nilai nilai komitmen, kedisiplinan, perjuangan dan tanggung jawab di dalamnya.

Ketika film-film kungfu mulai booming di pasaran, orang yang akrab di panggil Bang Andrie ini mulai berminat menjadi bintang film kungfu. Beliau sempat mengirimkan lamaran ke perusahaan film kungfu di Hongkong namun ia gagal.

Karena ada suatu masalah, ia berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang salesman. Kondisi ini sempat membuat kehidupannya terganggu khususnya secara keuangan. Ditambah lagi dengan kepergian salah satu orang tuanya membuat kondisinya caruk-maruk. Akhrinya beliau memutuskan untuk pulang kampung ke Malang.

Setelah beberapa tahun di Malang, beliau kembali mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1979. Kini ia melakoni pekerjaan sebagai Pelayan Toko. Upah yang di dapat dari pekerjaan nya itu belum cukup memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Sambil bekerja sebagai seorang pelayan toko, ia juga mendirikan sebuah perguruan kungfu bernama Hap Kun Do. Hingga hasilnya penghasilan yang di dapatkan dari perguruan kungfu ini lebih besar dari gajinya sebagai seorang pelayan toko. Di sinilah kembali muncul impian untuk menjadi bintang film. Andrie lalu keluar dari pekerjaannya dan berlatih kungfu secara intensif selama dua minggu, kemudian mengirimkan foto dan surat lamaran ke Hongkong. Sungguh malang nasibnya ternyata masih di tolak.

Tiga bulan kemudian, setelah mencoba melamar ke beberapa perusahaan akhirnya ia berhasil mewujudkan impiannya menjadi bintang film di Taiwan, meski bukan sebagai aktor utama.

Setelah 3 tahun berada di Taiwan, beliau kembali ke Indonesia. Beliau mencoba bisnis kecil-kecilan dengan membuat kartu ucapan yang berisi kata-kata mutiara. Tahun 1985 lahirlah Harvest. Pada awalnya bisnis ini tidak berjalan dengan mudah, berbagai macam penolakan dan hambatan selalu menghampirinya. Dimulai dari penjualan kartu secara keliling dari sebuah kamar kost, usaha tersebut berjalan sukses.

Hingga saat ini Harvest telah memiliki beberapa perusahaan pendamping. Boleh dibilang Andrie Wongso sejak tahun 80-an telah menjadi seorang motivator karena produk Harvest pada awalnya berupa kartu berisikan ucapan motivasi yang kemudian berkembang menjadi produk-produk inovatif lainnya. Tahun 1992 adalah momentum bagi Andrie Wongso untuk terjun secara total dalam bidang motivasi.

Dalam bidang motivation training, Andrie menggagas sebuah pemikiran filosofis Action and Wisdom Motivation Training. Filosofi terkenal dari Andrie Wongso adalah “Success is My Right” yang lahir delapan tahun yang lalu. Pelatihan yang diberikan Andrie Wongso kini sudah merambah ke seluruh lapisan, baik perguruan tinggi, BUMN, perusahaan swasta, atlet dan lain-lain.

"Masa, saya yang SD tidak tamat saja bisa (sukses), lha wong kalian yang sarjana, tamat SMA, lahir dari keluarga mampu, nggak sukses?" begitu kira-kira logika Pak Andrie. Maka, berbahagialah orang yang miskin, sekolah rendah, tapi sukses!

Saat ini beliau menjadi salah seorang motivasi terkenal dengan bayaran yang tinggi di Indonesia. Perjalanan sukses yang dilaluinya tidak lah mudah, banyak sekali jalan terjal yang harus dilalui, aral dan rintangan yang di hadapi. Namun sekali lagi ketekunan akan mengalahkan segalanya. Tetaplah semangat dalam menggapai impian dan cita-cita kita dan jangan pernah menyerah.

sumber :  blogspot.com
. Sakit dahulu, bahagia kemudian.
Seperti pepatah masyarakat kita yang mengatakan, "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian" adalah salah satu prinsip yang di pegang teguh oleh Muhammad Ali. Tahukah anda sebenarnya beliau sangat membenci masa-masa latihan yang menghabiskan banyak waktu setiap harinya. Namun dalam hatinya percaya bahwa kerja keras yang ia lakukan pasti akan membuahkan hasil. Ia tak pernah berhenti dan percaya bahwa suatu saat nanti ia bisa menikmati hasil usaha lewat kerja kerasnya.

2. Tekad, mimpi, dan visi.
"Seorang juara tidak hanya dibentuk oleh sebuah gym, seorang juara harus memiliki tekad, mimpi, dan visi yang kuat dalam jiwa mereka." kata Muhammad Ali.
Apakah Anda memiliki tekad yang  membara untuk sukses? Apakah keinginan itu selalu ada ketika siang dan malam?, bahkan ketika bangun di pagi hari. Seorang juara memiliki keinginan yang kuat  untuk berhasil, mereka memiliki gambaran dalam keberhasilan dan bertekad untuk melihat gambar yang secara nyata. Seorang juara tidak pernah berhenti sampai tujuan mereka tercapai, mereka tidak bisa berhenti, mereka berada di sebuah misi.


3.  Tegaskan diri
"Melayang seperti kupu-kupu dan menyengat seperti lebah. Tidak ada yang bisa mengalahkan Muhammad Ali".
Kalimat di atas adalah sebuah pengulangan penegasan yang selalu di ucapkan Muhammad Ali yang mengarah pada keyakinan. Ketika kepercayaan itu menjadi keyakinan yang mendalam, hal-hal luar biasa akan mulai terjadi. "Jadi jangan menunggu seseorang untuk menegaskan Anda, tegaskan diri Anda!" Ali melakukan ini sepanjang waktu. Dia selalu berkata pada dirinya, "Akulah yang terhebat sepanjang masa". Kata-kata inilah yang menjadikan Muhammad Ali selalu meraih kemenangan dalam setiap pertarungan.

4.  Berubah
Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hidup ini harus berubah mengingat waktu yang selalu bergerak berubah setiap saatnya. Seseorang yang hanya diam berjalan di tempat akan tertingal jauh oleh seorang yang menyesuaikan diri dengan perubahan. Kita harus berubah dan mencintai perubahan. Ali mengatakan, "Dia yang tidak cukup berani untuk mengambil risiko tidak akan mendapatkan apa-apa dalam hidupnya."

5. Gunakan Imajinasi.
"Orang yang tidak memiliki imajinasi, tidak memiliki sayap."
Seekor burung yang tidak menggunakan sayapnya tidak akan bisa membuat dirinya terbang jauh. Kita manusia memiliki sayap juga, itulah imajinasi kita. Kita memiliki kemampuan untuk meninggalkan duniawi dan melambung ke dunia mimpi, sebuah dunia tanpa batas. Jika kita percaya apa yang kita lihat di dunia itu, maka visi yang akan lahir di dunia ini. Visi akan mendorong kita mendapatkan apa yang ada di dalam mimpi.

6. Tujuan adalah segalanya.
"Yang membuat saya tetap bertahan adalah tujuan"
Tujuan akan memberikan gambaran kemana kita akan pergi. Apa yang akan terjadi ketika anda pergi tanpa sebuah tujuan? Kenalilah tujuan hidup anda, kemana anda akan berjalan? Anda perlu membuat rencana untuk sampai kpada tujuan hidup anda. Jangan pernah meremehkan pentingnya tujuan, karena tujuan membuat Anda bergerak maju dengan benar.

7. Bersiaplah untuk sukses.
"Pertarungan ini menang atau kalah yang disaksikan para penonton - di belakang garis, di gym, dan di luar sana di jalan, jauh sebelum aku menari di bawah gemerlapnya hidup."
Kebiasaan sehari-hari anda akan menentukan seberapa jauh anda pergi, itu bukan tentang "gemerlap hidup," ini tentang bagaimana anda mempersiapkan diri untuk kesuksesan anda. Persiapkanlah diri anda untuk sukses. Apa yang dikatakan "menang atau kalah yang disaksikan para penonton" oleh Muhammad Ali masudnya adalah bahwa ia mempunyai sebuah tekad untuk selalu menang dalam setiap pertandingannya karena ia telah mempersiapkan kesuksesannya.

sumber : blogspot.com

Selasa, 26 Februari 2013

Kemudian ia mendirikan sebuah komunitas yang bernama komunitas SAMPAHKOE bersama teman-temannya. Komunitas ini mencoba menggerakan masyarakat agar peduli terhadap lingkungan, salah satunya adalah dengan mengelola sampah menjadi barang yang bermanfaat. Khalida bersama timnya pun bergerak ke berbagai daerah di Indonesia mulai dari Cimahi, Bandung, Sukabumi, Tangerang, Cikarang, Padang, Jambi, Yogyakarta, Surabaya, dan Solo.

Ia mengaku memulai usahanya dari titik nol Bahkan dia membiayai sendiri semua kegiatannya tersebut. Khilda mengaku modal untuk bisnis yang dia lakukan ini berasal dari gajinya di berbagai tempat dan menjual koran. Setelah beberapa bulan dirintis akhirnya usahanya membuahkan hasil. Ia mengaku sering menjadi narasumber untuk para walikota dan bupati dalam Konvensi Nasional Pengelolaan Sampah Pasar.

Prestasi yang ia dapatkan tidak main-main. Sebelumnya Khalida menyandang predikat sebagai salah satu Mahasiswa berprestasi Unpas 2011. Dan sekarang ia telah berhasil menyabet penghargaan seperti Young Change Maker Ashoka 2009, Pemenang Termuda Sampoerna Pejuang 9 Bintang 2010, Danamon Award 2011, kandidat penerima nobel Women Initiative Project London 2010 dan yang terakhir adalah menjadi salah satu 100 Wanita Inspiratif Tupperware She An 2012.

Sukses yang di capai Khalida adalah berkat kerja keras dan ketekunannya yang ia lakukan dengan gigih demi sebuah tatanan lingkungan yang bersih dan bermanfaat. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

sumber :.blogspot.com
Di sebuah desa terpencil seorang buruh bernama Ali syahbana adalah pegawai teladan di pabrik tahu milik bosnya bernama Pak Arifin. Pabrik ini sudah berjalan sejak lama dan memiliki banyak sekali pelanggan. Ali adalah sosok pekerja yang ulet dan tekun. Kemahirannya adalah keahliannya dalam mencetak tahu yang sangat bagus sehingga ia juga sangat sering diberi bonus oleh bosnya. Ia mendapat gaji 700rb/bulan.

Pada suatu hari Ali merenung dan memikirkan masa depan. Ia berpikir bahwa masa depannya tidak akan berkembang banyak jika ia terus-terusan menjadi seorang karyawan. Ia pun meminta izin kepada bosnya untuk berhenti bekerja dan ingin membuka usaha sendiri. Pada awalnya pak Arifin keberatan mengingat Ali adalah sosok karyawan teladan yang tak tergantikan. Namun karena tekad Ali untuk membuka usaha demi masa depan yang lebih baik, bosnya mengijinkan Ali.

Pada awalnya Ali membuka usaha bakso, namun keuntungannya masih sedikit masih dibawah gajinya di pabrik tahu, Ali pun tetap bekerja keras dan berusaha. Tetapi hasilnya tetap sama. Dan Ali pun berpikir untuk usaha tempe dan tahu,dia tidak merasa asing dengan pekerjaan itu karena dia memiliki keahlian dibidang tersebut, dia pun mulai membuat cetakan tahu dan tempe dan mulai menjualnya, ketika itu banyak orang yang suka dengan tahu dan tempe yang dibuat oleh Ali dan Ali pun mempunyai banyak pelanggan, karena Ali keteteran menghadapi banyak pesanan dari pelanggan sehingga Ali mencari karyawan untuk membantunya.

Akhirnya Ali pun berhasil berbisnis tahu dan tempe dan memiliki beberapa orang karyawan dan pabrik yang cukup besar melebihi apa yang dimiliki bosnya (pak Arifin) dahulu. Ali merasa bangga dan bersyukur atas apa yang telah dicapainya. Dengan tekad dan impian Ali di iringi ketekunan dan sikap pantang menyerahnya ia bisa mendapatkan apa yang ia harapkan

sumber : blogspot.com
Brooklyn, New York, Amerika Serikat bernama Ted Wiliam Ia adalah seorang tunawisma yang mengais rezeki di jalanan sebagai seorang pengemis di jalanan kota Colombus, Ohio.

Kisah suksesnya berawal dari sebuah video berdurasi 90 detik yang di unggah ke youtube. Video tersebut di rekam oleh juru kamera dari Columbus Dispatch. Dalam video tersebut terlihat Ted menuliskan sebuah kalimat, "Tolong bantu aku, aku punya karunia Tuhan. Dahulu saya adalah mantan penyiar radio yang kini jatuh dalam masa-masa yang sangat sulit. Semoga Tuhan memberkati anda. Selamat berlibur" Dalam video tersebut ia mengenakan jaket lusuh dan rambut acak-acakan sambil menendendangkan suara jingle radio merdunya.

Akhirnya harapan itu datang dengan dia menjadikan dirinya sebagai bisnis figur yang ketidak sengajaan. video Chenowith's mendapatkan popularitas setelah link ke sana telah diposting di situs Microblogging Twitter oleh stasiun radio olahraga 1310 Radio.

Sekarang Williams telah menerima tawaran pekerjaan dari orang seperti MTV, NFL dan ESPN. Berbagai stasiun TV dan Radio pun berebut mendapatkannya bahkan salah seorang direktur film pasca-produksi untuk National Football League, McLoughlin pernah berkata kepada karyawannya "Jika kau tidak mendapatkan Ted Williams, kau dipecat". Bayangkan banyak orang yang berebut karena terpesona oleh suara merdunya yang khas.

Kini berkat karunia Tuhan berupa suara, ia bisa mendapatkan dolar yang begitu luar biasa. Bayangkan padahal dulunya ia hanyalah seorang pengemis. So, siapapun kita, Tuhan pasti memberikan sebuah kelebihan jadi tugas kita adalah mencari kemudian mengembangkannya. Jika Ted Wiliam saja bisa sukses, kenapa kita tidak!

sumber :  .blogspot.com
Aang Widian Toko Ia adalah pengusaha muda berikutnya asal Indonesia yang berbisnis pembuatan sepatu buatan tangan atau handmade shoes. Bermarkas di Bandung ia menjalankan bisnisnya dengan menargetkan konsumen yang memiliki selera tinggi (harga mahal). Harga jual berkisar antara Rp 495.000-Rp 923.000 per pasang.
 
Aang Widian Toko adalah salah satu anak dari keluarga keturunan yang kurang mampu dia hanya mengandalkan ijazah lulusan SMUnya saja untuk mencari sebuah pekerjaan, dan ia juga harus membiayai 2 orang adiknya yang sedang duduk di bangku sekolah dasar dan di SLTP .

Dan juga selain dia bekerja juga dia mempunyai usaha sampingan yaitu berjualan sepatu di Pasar Dago selama 3Tahun, dan setelah itu muncullah pemikiran untuk dia mau membuka usaha sendiri selang 2Bulan dia bicara sama temannya bahwa dia mau ikut belajar sol sepatu-sepatu, nah dari situ timbullah dia mau buka usaha membuat sepatu kecil-kecilan dengan bermodalan dia mempunyai bakat gambar dia beranikan diri menawarkan sepatu buatannya dia ketemannya tuk di sol dan di pasarkannya juga. 

Tanpa disangka temannya tertarik dengan sepatu buatannya dan meminta tidak tanggung-tanggung 10 pasang sepatu, setelah itu kendala modal melanda niat dia akhirnya setelah dipikirkan oleh dia dia bicara sama teman dia, dia join dengan temannya dengan cara bagi hasil.

Usaha bisnis berjalan lancar dan tawaran samakin banyak oleh karna itu dia membutuhkan pegawai untuk membantunya dia dalam membuat sepatu, dan juga seiring waktu berjalan dia juga membutuhkan tempat dan peralatan sol akhirnya temannya itu memutuskan untuk menjual rumah sekaligus pabrik yang dia bekerja dan sekarang menjadi miliknya.
 
Selain memiliki toko ritel di Bandung, ia juga memasarkan sepatu buatannya itu ke berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bali. Kini Fauzan meraup omzet Rp 50 juta setiap bulan, dengan margin keuntungan 10%-15% dari omzet.

dan sampai saat ini kegigihan untuk mengembangkan bisnis tidak ada kata menyerah untuk menuangkan kretifitasnya hingga menjadi usaha.