Kamis, 21 Februari 2013


Kue pukis adalah kue tradisional yang sering kita jumpai di pasar-pasar tradisional maupun di toko-toko roti. Kue ini mempunyai rasa gurih yang khas, biasanya didalamnya diselipi dengan selai nanas atau rasa lainya sesuai selera. Kue yang biasanya mempunyai dua warna kuning dan coklat.

Menurut beberapa sumber para pengusaha kue jenis ini berasal dari gombong kebumen jawa tengah. Hampir sebagian besar pedagang kue pukis di pasar-pasar kota besar di jawa berasal dari daerah ini. Salah satu pengusaha kue pukis yang berhasil kami temui adalah Kuat. Pria kelahiran Gombong 28 tahun lalu ini sudah berkecimpung dalam usaha ini lebih dari 10 tahun. Diawali tahun 1996 selepas bangku SMP langsung pergi ke jakarta untuk ikut salah seorang kerabatnya yang berjualan kue pukis.

Setelah beberapa tahun singgah di beberapa kota besar seperti banjarmasin dan surabaya akhirnya Kuat memutuskan untuk mendirikan usaha sendiri di jogja mulai tahun 2006. Bisnis kue pukis cukup menguntungkan, buktinya kini Kuat dapat menghidupi anak dan istrinya serta 4 orang karyawannya.

Bahan baku untuk membuat kue pukis ini adalah tepung, kelapa, telur ayam, gula pasir, essence,fermipan, soda kue. Alat-alat yang digunakan dalam usaha ini relatif sederhana yaitu : kompor, ember, teko, gayung, dan cetakan. Pertama-tama kelapa diambil santannya kemudian dicampur dengan tepung terigu. Gula dan telur dikocok sampai gula larut. Masukkan campuran santan dan terigu ke dalam kocokan telur. Tambahkan fermipan dan soda kue . Kemudian adonan ditaruh di ember dan ditutup dengan kain basah. Adonan dibiarkan selama 6 jam sampai mengembang. Adonan sudah jadi siap untuk dipanggang dalam cetakan.

Menurut Kuat yang ditemui penulis di kediamannya mengatakan kendala yang sering ditemui adalah adonan tidak mengembang sempurna. Untuk mengatasi hal tersebut Kuat mempunyai trik yaitu dengan meneteskan air nanas kira-kira 10 tetes ke dalam adonan. Komposisi yang bagus untuk membuat adonan adalah kelapa 1 kg, gula 1 kg, telur 3 butir, tepung 2 kg.

Dalam setiap harinya Kuat mampu menghabiskan 24 kg Tepung terigu. Dari setiap 2 kg tepung terigu bisa menghasilkan sekitar 150 buah kue. Biasanya dijual 10 buah kue setiap bungkusnya. Kue dijual 4- 5 ribu rupiah per bungkusnya. Omset yang diperoleh setiap harinya berkisar antara 500 ribu-600 ribu. “Bahkan ada salah seorang pengusaha kue pukis yang biasa jualan di depan toko progo mempunyai omset 1,2-1,5 juta” pungkasnya.

Dalam menjalankan usahanya Kuat dibantu oleh istri dan 4 orang tenaga pemasaran. Pemasarannya meliputi 4 pasar yang berada di wilayah Jogja utara. Sistem yang digunakan adalah setiap Paket biasanya isi 150 buah kue, dan untuk setiap paketnya tenaga pemasaran menyetor 46 ribu kepada Kuat. Para pelanggan adalah ibu-ibu rumah tangga yang sering berbelanja di pasar tradisional. Kendala yang sering dihadapi adalah pada waktu musim penghujan penjualan turun dikarenakan tidak banyaknya orang yang berbelanja di pasar. ketika ditanya kenapa tidak meluaskan usahanya sampai ke pasar-pasar dalam kota, Kuat menjawab bahwa hampir semua pengusaha dan pedagang yang berada di jogja saling mengenal dan berasal dari satu daerah. sehingga timbul rasa tidak enak untuk merebut lahan penghidupan teman sendiri.

Ketika penulis mengusulkan supaya tidak bertabrakan di lahan yang sama (pasar), bagaimana kalau pemasaran secara langsung ke konsumen melalui instansi, warung burjo atau kost-kostan dengan sistem titip jual seperti halnya kue donat yang sering memakai sistem ini. Kuat dengan antusias menjawab akan mencoba cara ini sebagai salah satu usaha memperluas jaringan pemasarannya.

Sumber : jpmi.or.id

0 komentar :

Posting Komentar