Kamis, 25 April 2013


Bapak Lestarianto pernah menolak uang muka 1.5 miliar untuk memenuhi ekspor nila ke Korea. Maklum, dia sendiri sudah "keteteran" untuk memenuhi pasokan 75 ton ikan nila untuk ekspor dan 150 ton ikan nila untuk pasar lokal. Jika harga rata-rata ikan nila Rp 14.000 per kg, bayangkan berapa omzetnya per bulan?

Kesuksesanyang diraihnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karier dalam meraup untung dari nila ini dimulai sejak tahun 1990.  Awalnya, Tari merupakan seorang pemilik industri garmen yang juga ikut membantu mengurusi kolam pancing milik orangtuanya seluas 1.000 m2. Seiring berjalannya waktu, Tari melihat bahwa bisnis di bidang perikanan Iebih menarik dan lebih menjanjikan dibandingkan dengan garmen. Karena itu, Tari mulai serius dan terus mengembangkan kolam pancing orangtuanya.

Kolam budi daya yang hanya 1.000 m2 terus berkembang menjadi 8.000 m2. Tidak hanya itu, Tari pun menciptakan jaringan atau jalur pemasaran ikan nila hasil panennya. Awalnya, di Kedungombo, kemudian ke Cangklik, Sleman, Jatiluhur, Cirata, Bandung, bahkan hingga ke Bali.

Berdasarkan perhitungannya, rata-rata per bulan dapat memasarkan 225 ton ikan nila. Jumlah ini tidak hanya berasal dari panen kolam darat, tetapi juga dari 132 keramba di Kedungombo yang ikut menyuplainya. Selain 132 keramba jaring apung, Tari juga memiliki 80 kolam air deras di Janti. Dari jumlah kolam dan keramba ini, setiap bulan Tari membutuhkan 200-250 ton pakan. Dengan harga pakan rata-rata Rp 6.500 per kg, Tari memiliki kewajiban membayar pakan ke pabrik 1.3-1.65 miliar per bulan.

Namun, namanya usaha, pasti ada untung ada rugi," kata Tari. "Karena pernah mengalami pergantian pakan, saya pernah rugi 1.129 miliar," ungkapnya dengan tenang. Anehnya, walaupun pernah mengalami kerugian hingga lebih dari satu miliar, Tari sampai saat ini tidak pernah melibatkan bank. "Semua modal sendiri, tidak ada hutang dengan bank," ujarnya. "Kuncinyaadalah konsisten," tegas Tari ketika ditanya kunci suksesnya. Berdasarkan perhitungan Tari, jika suplainya tersedia, dia akan sanggup untuk memasarkan ikan nila dari Jawa hingga Bali sebanyak 1.000 ton per bulan.

Demikian kisah Bapak Lestarianto yang telah menangguk sukses besar dalam budi daya dan bisnis ikan nila. Anda pun bisa mengikuti jejaknya, tidak mesti langsung dengan skala besar, Anda bisa memulainya dari skala kecil dahulu.

Sumber :  agromedia.net

0 komentar :

Posting Komentar