Kamis, 18 April 2013



Untuk mempercantik diri hingga ke ujung kaki, banyak wanita rela menguras kantong dalam-dalam. Tak heran, salon khusus kecantikan kuku kini booming. Apalagi, variasi layanan untuk kuku ini kian beragam. Tidak hanya manikur dan pedikur, tapi juga nail art. Yang menjanjikan, pemain dalam bisnis ini masih sedikit.
 
Belum banyak pesaing, membuat keinginan Imelda makin kuat untuk membukaVoxy Nail and Spa pada 2006. Saat itu, ia memandang, perhatian wanita Indonesia terhadap perawatan kuku mulai meningkat. Hal itu ia lihat sendiri dari kebiasaan dan hobi keponakan perempuannya, yang gemar merawat dan menghias kuku. Dari cerita keponakan itu, Imelda mengetahui, tak sedikit dari teman-teman kuliahnya yang juga gemar bereksperimen dengan kuku-kuku mereka.
 
Dulu, selain salon khusus kuku belum booming, jasa perawatan kuku hanya menjadi pelengkap di salon kecantikan. Padahal, di negara lain, layanan rawat kuku sudah menjadi usaha khusus yang berdiri sendiri. “Ketika masih tinggal di Amerika, saya adalah pelanggan setia sebuah salon khusus kuku, yang kebetulan tidak jauh dari rumah,” ujar Imelda.
 
Menyadari tidak punya pengetahuan tentang perawatan kuku, Imelda memutuskan mengambil franchise Voxy Nail yang berkantor pusat di Singapura. Di negara asalnya, Voxy Nail sangat dikenal luas. Cabang Voxy Nail lain juga sudah tersebar hingga ke Jepang dan Arab Saudi. Yang memudahkan, dengan mengambil franchise, Imelda hanya perlu menyediakan tempat usaha dan beberapa karyawan yang siap dilatih secara intensif oleh tenaga ahli dari kantor pusat Voxy Nail. Namun tentunya ia harus terlebih dahulu membayar biaya pembelian hak franchise dalam bentuk dollar, serta menanggung biaya akomodasi tenaga ahli yang dikirim dari Singapura, selama tiga bulan.
 
Berbeda dengan Imelda, Sandra Natalia (35), pemilik Blossomnails ini memilih membuka salon khusus kukunya dari nol, tanpa membeli franchise dari pihak mana pun. Ia hanya perlu mengeluarkan biaya untuk sewa ruangan, penataan interior ruangan serta membeli produk-produk yang diperlukan.
 
Wanita yang sejak remaja sudah gemar menghias kuku ini, terlebih dahulu membekali diri dengan ikut pendidikan singkat satu bulan di Hollywood Beauty and Nails School, Singapura. Sandra melihat, saat pertama membuka salon pada 2004, minat wanita Indonesia terhadap layanan perawatan kuku belum terlalu tinggi. Hampir semua pelanggannya adalah warga Jepang dan Korea yang tinggal di Jakarta. Warga dua negara itu memang dikenal sangat memperhatikan kesehatan dan keindahan kuku. Kalaupun ada orang Indonesia yang senang merawat kuku, mereka melakukannya di salon-salon umum.
 
“Tampaknya belum banyak yang tahu kalau ada salon khusus kuku,” ujar ibu dua anak ini. Untunglah, seiring waktu, bisnisnya terus meningkat. Kini ia sudah memiliki dua cabang Blossomnails di Jakarta dan siap membuka salon ketiganya di sebuah mal di kawasan Jakarta Selatan.
 
Untuk variasi jasa perawatan, urusan kuku saat ini memang tidak lagi sebatas manikur ataupun pedikur biasa. Segala jenis perawatan yang berhubungan dengan kaki dan tangan, tersedia lengkap. Misalnya, spa manicure/pedicure, french manicure, foot detoxification, dry feet spa treatment, nail extensions, hingga nail art. Untuk nail art pilihannya bermacam-macam. Dari jenis painting, 3 dimensi, air brush, sticker, hingga jenis printing yang menggunakan komputer dan mesin printer khusus.
 
“Khusus untuk nail art, setiap tahun pasti ada tren terbaru. Tentu kami tidak mau ketinggalan. Setiap ada perkembangan baru, pihak franchise pusat selalu memberi tahu sekaligus mengajari kami, agar bisa segera diterapkan di salon,” ujar Imelda. Sandra pun rajin meng-up date tren terkini seputar nail art lewat internet. Jika ada, ia akan segera mempelajarinya sendiri atau dengan mengikuti kursus-kursus terbaru.
 

Sumber : wanitawirausaha.femina.co.id

0 komentar :

Posting Komentar