Senin, 29 April 2013


Keberaniannya membuka usaha didasari prinsip yang dipegang sampai saat ini yaitu : “Laku karena Mutu”. Artinya dalam menjalankan usaha yang harus dijaga terutama adalah kualitas. Biarpun harga bahan bakunya naik turun, tetapi yang penting adalah mutunya harus standar. Tidak ada kamus dalam dirinya untuk mengganti bahan baku kecuali menggunakan terigu produksi Bogasari.

Satiman, demikian nama pengusaha kue pia di daerah Comal, Kabupaten Pemalang inilah yang mempunyai prinsip tersebut. Pria kelahiran Pangkalpinang 38 tahun lalu ini mengelola usahanya sejak tahun 2000. Saat ini untuk membuat kue pianya, ia mampu melahap lebih dari 100 zak tepung terigu lencana merah dan segitiga biru setiap harinya, dibantu oleh 300 orang karyawan di bagian produksi dan ratusan orang yang memasarkan produknya selain di wilayah sekitar Comal juga sampai ke Semarang, Purwokerto, Cilacap bahkan sudah merambah sampai ke Bogor, Jombang, Surabaya, Bali hingga Samarinda. Itulah sebabnya bagi ayah tiga orang anak ini, soal mematok harga bukan merupakan hal yang rumit, boleh dibilang harga kue pianya sangat ekonomis berkisar antara Rp 300 hingga Rp 500 per buahnya. Ia juga punya pemikiran bahwa mengambil keuntungan tidak harus besar. Karena keuntungan itu tidak bisa dilihat secara harian, bulanan, atau tahunan saja, tetapi lebih luas dari itu. “Bisa saja tahun ini keuntungannya menurun, tetapi tahun lalu atau diharapkan tahun depan untungnya lebih besar” katanya menjelaskan. “Dari situlah kita bisa mengatur penggunaan keuntungan tersebut secara bijaksana”. Tambahnya.

Prinsi-prinsip itulah yang mengantarkan sukses Satiman, tidak hanya dari segi materi saja tetapi juga dalam hal sosial kemasyarakatan. Betapa tidak, di lingkungannya ia dikenal sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Seluruh karyawannya adalah warga sekitar, yang bagi Satiman, karyawannya itu dianggap sebagai keluarga sendiri. “Ibaratnya kalau mereka makan pakai ikan asin saya juga makan sama seperti mereka”, katanya meyakinkan. “Bahkan kebutuhan mereka lebih didahulukan.” Lanjutnya. Sistem kekeluargaan inipun diterapkan juga pada bagian pemasaran, banyak diantara salesnya bermula juga sebagai karyawan, kepada mereka diberikan pinjaman modal. Setelah mapan, kemudian dilepas agar mereka dapat mengembangkan sendiri jangkauan pemasarannya. Sampai pada perkembangannya, melihat peluang yang cukup terbuka, kini banyak tenaga pemasaran yang justru dari kalangan karyawan, bahkan ada dari pegawai negeri, terutama guru, mereka kemudian mengajak para mantan muridnya untuk menjadi sub salesnya.

Mengawali usahanya, Satiman mulai merantau ketika usianya baru menginjak remaja. Terinspirasi akan keberhasilan orang, atas kemauan sendiri, begitu lulus SMP, ia berangkat menuju Jakarta dan menjadi sales di perusahaan roti. Alhasil sepuluh tahun pengalaman bekerja di perusahaan roti, membulatkan tekatnya untuk membuka usaha sendiri. Menurut pria yang berpenampilan riang ini, paling tidak ada tiga alasan ia memilih membuka usaha kue pia ini. Pengamatan terhadap peluang pasar menunjukkan bahwa ternyata pasar kue pia cukup terbuka, karena belum banyak yang mengusahakan, di samping itu sifat kue pia yang kering, bisa lebih tahan lama masa daluwarsanya serta pengalaman selama bekerja di perusahaan roti dan kue, menguatkan tekatnya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu untuk mandiri. Ternyata dasar pertimbangan itu tidak sia-sia. Setelah ia membuka usaha dari 1 zak pada awal usahanya, kini bisa mencapai tidak kurang dari100 zak terigu lencana merah dan segitiga biru per hari.

Sumber : bogasari.com

0 komentar :

Posting Komentar