Senin, 29 April 2013


Di tengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan saat ini, tak sedikit penganggur yang bingung, stres, dan akhirnya putus asa. Padahal, begitu banyak hal di sekeliling kita yang bisa diusahakan menjadi sumber penghasilan. Untuk itu, yang diperlukan hanya sedikit kreativitas. Hiro Prabantoro (39 tahun) warga Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, bisa menjadi salah satu sumber inspirasi. Selama sembilan tahun terakhir Hiro menekuni usaha mainan miniatur dari kayu. Produk yang dibuat Hiro bukan dari bahan baku kayu-kayu mahal, melainkan dari limbah kayu sisa industri furnitur dan kusen. Berbagai limbah kayu, mulai dari limbah kayu jati, mahoni, hingga nangka yang diperolehnya dari pengusaha furnitur setempat disulapnya menjadi berbagai mainan miniatur. Contohnya miniatur replika kendaraan tempur, pesawat, senjata, motor, mobil, dan pajangan hewan.

Dengan limbah kayu seharga Rp 300.000 per mobil, Hiro bisa menghasilkan 200-300 mainan miniatur. Pemasaran produk Hiro pun telah merambah lima benua. Produksi mainan miniatur itu telah dipasarkan di 22 negara. Harga yang dipatok oleh Hiro untuk mainan hasil karyanya mulai dari 10 dollar AS hingga 2.500 dollar AS per mainan. Omzetnya mencapai Rp 75 juta per bulan. Peminat mainan karya Hiro tidak main-main. Selain kolektor dari luar negeri, produk Hiro juga diminati oleh Pentagon, Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Melalui penjual perantaranya di negeri Paman Sam itu, Hiro memasok beberapa jenis miniatur kendaraan tempur sebagai suvenir bagi pejabat-pejabat di sana. Bahkan, pabrikan mobil ternama, Hummer, juga memesan miniatur karya Hiro untuk dijadikan model-model miniatur penjualan. Saat ini, Hiro tengah menyelesaikan pesanan replika mesin Ferrari GTB 365 dengan skala satu banding satu untuk seorang kolektor di Australia. Untuk pesanan tersebut, satu replika mesin dihargai Rp 15 juta.

Awalnya Hiro menggemari mainan miniatur dan replika sejak kecil. Minatnya terhadap mainan miniatur itulah yang menghantarkan Hiro pada usahanya saat ini. Hiro membuka usaha membuat miniatur dari kayu ini diberi nama CV Valkiarra pada tahun 2000. Saat membuka usaha itu, ia masih bekerja sebagai konsultan dalam sebuah program pendampingan usaha kecil di salah satu desa di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. 

Setelah program pendampingan usaha kecil itu selesai, masyarakat meminta Hiro melanjutkan pengembangan usaha dengan menanamkan modalnya sendiri. 

Dengan modal awal Rp 5 juta ia bersama beberapa tenaga dari warga desa mulai menjalankan usaha itu. Hiro langsung memilih memasarkan produknya ke luar negeri melalui situs internet yang dibuatnya. Dari situ, peminat produknya mulai mengalir. Desain dan tingkat kedetailan miniatur yang dibuat Hiro pun semakin kompleks, mengikuti permintaan klien. 

Saat ini ia mempekerjakan 15 pegawai yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang, mulai dari desain prototipe, pemotongan, pemahatan, pembubutan, hingga pengecatan. Selain itu, tenaga kerja yang direkrut Hiro juga diharuskan memiliki kualifikasi kesabaran dan ketelitian tinggi. Hal ini dibutuhkan karena produk yang dibuat berukuran kecil dan sarat detail. Sampai saat ini, Hiro telah memproduksi lebih kurang 1.000 unit miniatur per bulan. Desain dan model miniatur yang dihasilkan selama ini sudah mencapai ratusan. Untuk jenis pesawat saja, Hiro telah membuat mulai dari wright brothers sampai jet tempur F-35. Total sudah sekitar 300 model. Hampir semua mainan miniatur dengan berbagai ukuran bisa dibuatnya. Namun, jenis yang paling sulit adalah panser atau tank karena banyaknya rincian struktur yang harus diperhatikan. Dari sasis, mesin, interior, sampai baut-baut terkecil harus dibuat semirip mungkin dengan bentuk aslinya. Selain itu, Hiro menuturkan, pembuatan miniatur replika tank membutuhkan banyak bahan baku, mencapai 2.000-3.000 potongan kayu. ”Waktu pengerjaan juga lama. Bisa mencapai satu bulan untuk mengerjakan 25 unit miniatur replika tank,” katanya.

Sumber :  http://inungfauziah.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar