Rabu, 06 Maret 2013

Sungguh tak dinyana, peristiwa pahit pemecatan Albert Porsiana (48) sebagai Direktur Hotel Marina Kupang justru menjadi momentum awal kesuksesannya di bidang agroindustri peternakan Nusa Tenggara Timur.

Albert, yang telah memimpin roda manajemen Hotel Marina sekitar empat tahun, akhirnya harus dipecat tahun 1994 karena dianggap tak mampu membawa hotel milik keluarga itu mencapai puncak kemajuan.

”Hotel itu merupakan perusahaan keluarga milik orangtua. Karena saat itu ada konflik keluarga, saya akhirnya harus menerima pemecatan sebagai direktur,” kata Albert.

Anak bungsu dari delapan bersaudara pasangan C Porsiana dan Ny C Chamberlain itu terpaksa merintis lagi kariernya dari nol. Beruntung, pada masa awal yang amat sulit Albert didampingi istri tercinta sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT. Dengan demikian, keuangan rumah tangganya masih dapat tertolong.

Albert juga tidak putus asa. Dia bersyukur atas jiwa kewirausahaan yang ditanamkan dalam keluarga besarnya sehingga semangatnya tidak surut untuk mencari terobosan bisnis. Dia lalu melakukan survei terhadap dua bidang usaha yang dinilainya prospektif, yakni bambu untuk pembuatan tusuk gigi dan daging sapi. Di kawasan NTT ketika itu bambu tumbuh subur dan seperti di daratan Timor lainnya, tiap tahun tanaman bambu banyak yang dibakar. Ini tentu sangat disayangkan, tetapi bisnis pembuatan tusuk gigi membutuhkan investasi besar.

”Bagi saya, untuk menggeluti satu usaha harus dikuasai dulu ilmunya, baru bisa diterapkan. Saya mulai mendalami usaha bambu ataupun daging sapi lewat buku-buku. Ternyata, untuk bisnis daging sapi, modalnya tidak terlalu besar. Dari satu sapi mulai dari daging, kulit, tulang, lemak, dan isi perutnya bisa menjadi uang. Akhirnya saya memilih bisnis daging sapi,” kata bapak tiga anak itu.
Albert telah menghitung secara cermat modal awal untuk bisnis daging sapi dan berniat meminjam modal dari bank. Namun, ketika dia merintis usaha tersebut tahun 1995, tidak ada satu bank pun yang bersedia memberikan pinjaman modal.

Beruntung salah seorang temannya memberikan kiat, yakni dengan cara meminjam dana bank seolah untuk perbaikan rumah. Albert kemudian mengajukan permohonan ke Bank Tabungan Negara (BTN). Sebagai jaminan, dia menyerahkan sertifikat rumah milik ibunya. Dia berhasil memperoleh modal pinjaman Rp 35 juta.

Pada tahap awal usaha setiap minggu Albert membeli dua ekor sapi yang kemudian diolah dengan produk utama daging se’i (daging sapi hasil panggangan khusus). Ia membeli dalam bentuk karkas, daging dan tulang sapi setelah dipisahkan dari kepala, kulit, kaki bagian bawah, isi perut, dan ekor.
Albert membuka usaha agroindustri peternakan itu dengan bendera CV Aldia. Sebutan Aldia merupakan singkatan dari namanya sendiri, istri, dan anak-anaknya.

Daging se’i Aldia kini begitu terkenal dan menjadi oleh-oleh khas dari Kupang. Di luar NTT, daging se’i Aldia paling banyak diminati di Pulau Jawa.

sumber :  .wordpress.com

0 komentar :

Posting Komentar