Rabu, 06 Maret 2013

VIVAnews - Usaha peternakan di sektor informal rupanya tidak boleh dipandang sebelah mata. Usaha rumahan itu ternyata banyak membawa manfaat, di antaranya membantu untuk memperbaiki dan mengangkat perekonomian masyarakat.

Bahkan, tidak sedikit warga yang malah berpaling ke usaha memelihara "rojo koyo" (hewan peliharaan). Ada yang memilih memelihara sapi, kambing, ayam dan jenis unggas, yakni bebek. Itu, salah satu yang dilakoni oleh Slamet Doroini (47).

Bapak dua anak, warga Dukuh Kebuntoro, Kelurahan Kebunduren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur ini pun menceritakan awal mula ia menekuni usahanya memelihara bebek.
"Usaha ini mulai saya lakukan pada 2009. Awalnya hanya 25 ekor, kemudian terus bertambah dan sekarang mencapai 500 ekor. Jenisnya, bebek Mojosari dan Peking," kata Slamet saat berbincang dengan VIVAnews.
Slamet mengaku bahwa dari usaha yang ditekuninya itu, perekonomian keluarganya pun merangkak naik. Ia menyebut, untuk ukuran keluarganya, penghasilan dari beternak bebek lebih dari cukup.

"Rata-rata, dari hasil penjualan telur, saya mendapat keuntungan Rp10 juta setiap bulan," lanjutnya.
Dari penghasilan itu, selain putaran keuangan untuk keperluan ternak yang dikelola tetap lancar, kebutuhan keluarga pun tercukupi, bahkan lebih. Dua anaknya, yang pertama sudah kuliah, dan kedua duduk di bangku SMP. Semuanya dibiayai dari hasil memelihara bebek.

"Biaya untuk pendidikan juga hasil dari memelihara bebek. Termasuk, bisa memberangkatkan kedua orang tua saya pergi haji," kata dia.
Keberhasilan Slamet pun mengilhami warga lainnya di kota yang masyhur dengan keberadaan makam Presiden Pertama RI Soekarno tersebut.

Saat ini, hampir di semua desa, banyak warga yang menjalani usaha beternak bebek. Jumlahnya mencapai tiga ribu lebih kepala keluarga.
Tentang keberhasilan itu, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, Masduki, mengatakan bahwa potensi besar ternak bebek dan ayam petelur membuat ekonomi warganya membaik dan berkecukupan.

Telur bebek, telur ayam, dan dagingnya tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, melainkan daerah lain di Jatim, bahkan hingga ke luar provinsi.
"Setiap hari, hasilnya bisa 500 ton telur ayam dan bebek. Sepuluh persen untuk kebutuhan lokal, sisanya terserap ke sejumlah wilayah, seperti Jakarta, Jawa Tengah, Bali dan Papua," ujar Masduki.

sumber :  viva.co.id

0 komentar :

Posting Komentar