Jumat, 22 Maret 2013



Niat Oily Purnama Sari jadi entrepreneur bermula usai mengikuti Ciputra Entrepreneurship di UGM.  Bekal tiga bulan pelatihan mampu menyibak wawasan Sarjana Elektro itu.  Kini ia jadi pengusaha muda donat bakar VERI VLORIDA, Jakarta.

Setelah lulus pada tahun 2007, Oily sempat mengisi kegiatannya dengan bekerja di sebuah perusahaan roti di Yogyakarta.  Ketika itu ia mengaku belum memiliki bekal pengetahuan di bidang entrepreneurship.  Namun naluri bisnisnya diuji coba ketika Oily mengikuti pelatihan Ciputra Entrepreneurship di Pasca Sarjana UGM.

Menurut Oily, selama tiga bulan peserta pelatihan mengikuti bimbingan materi pelajaran dan membuat konsep bisnis.  Pada minggu kedua mereka mengikuti progran Crown I sebagai kegiatan pertama untuk memulai bisnis. Modal awalnya Rp 500.000,-.  Dana itu lalu dikelolanya dengan berjualan suvenir atribut UGM.  Pada program Crown II setiap kelompok diberikan modal pinjaman Rp 1.000.000,- Dana itu digunakan Oily dengan mencoba berbisnis donat.  Yang ada di benak saya ucapan Pak Ciputra berbisnis harus melakukan inovasi.

Termasuk berbisnis donat yang biasanya dibuat dari terigu namun ia mencobanya dengan menggunakan bahan baku ubi jalar.  Nama produknya yakni Donatello yang artinya tello dalam bahasa Jawa adalah ubi.  Produk itu

dijajakan di bazar yang digelar di kampus UGM setiap Minggu pagi.  Ternyata peminatnya banyak.  Sebab rasanya jauh lebih empuk tak ubahnya seperti menikmati kentang Itu resep baru.  Selama ini biasanya donat dibuat hanya dengan menggunakan terigu.

.Belum puas dengan hanya satu temuan.  Oily lantas mengolahnya lagi. Kali ini resepnya baru.  Ia mencoba donat bakar.  Donat bakar itu disajikan dalam bentuk tusuk sate lalu diberi nama donat Dboom.  Ada beberapa pilihan rasa untuk temuan barunya itu.  Peminatnya beraneka ragam, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Kini Oily sukses membawa merek dagangannya yang mulai dikenal di kalangan kampus dan pusat perbelanjaan.  Bisnisnya terusdikembangkan dengan membuat jaringan bisnis dengan sistem bermitra.  Misalnya dengan perusahaan katering dan orderan resmi seperti orang kantoran.

Cara itu lebih jitu sebab keuntungannya sudah bisa dihitung secara cermat.  Memulai jadi pengusaha bisa dilakukan dengan apa yang ada.  Jika belum memiliki home industri, orang boleh-boleh saja bermitra dengan pihak kedua.  Yang penting harus tetap melakukan branding terhadap produk sendiri.
Sebelum memulai usahanya itu Oily sebetulnya sempat ragu-ragu dengan sikap keluarga.  Sebab orangtuanya menginginkan setelah lulus Oily bisa bekerja di perusahaan atau pemerintahan.  Sikap itu membuat Oily tertantang untuk menekuni usahanya dengan gigih.  Kini ia malah sibuk mengikuti workshop dan seminar entrepreneurs di berbagai lembaga dan sekolah.

Saya sudah merasakannya.  Saya berjanji mengabdikan ilmu itu dengan membagi pengalaman serta menyebarkan entrepreneurs kepada keluarga dan teman.  Bahwa entrepreneurs bukan karena faktor keturunan.  Selain keluarga, entreprenurs bisa didapat dari lingkungan dan mengikuti pelatihan.

Kunci utama untuk sukses adalah kerja keras. Jangan pernah mengharapkan hasil yang maksimal dengan usaha minimal, Denni Andri, President PT Taka Turbomachinery Indonesia

Denni Andri adalah owner sekaligus President dari PT. Taka Turbomachinery Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Mechanical & Industrial Engineering Industry.  Bermula dari sebuah bengkel mesin yang berlokasi di Bandung, perusahaan ini kemudian berkembang pesat menjadi salah satu perusahaan yang mampu memperbaiki turbine dan compressor pump skala raksasa di Indonesia.  Saat ini PT Taka telah sangat berpengalaman dalam industrial pump repair, steam turbine repair dan gas turbine component repair dengan klien-klien seperti Pertamina, Indonesia Power, Torishima Guna, Kepindo dan Chevron Pasific Indonesia.  Perusahaan yang dibangun dengan modal awal 60 juta ini, sekarang telah memiliki 150 orang pegawai, luasan fasilitas kantor dan workshop sekitar hampir 6000 m2 dan total aset senilai 80 Milyar.

0 komentar :

Posting Komentar